4 Cara Menghitung Penyusutan Dengan Lebih Mudah
Penyusutan merupakan prosedur perhitungan nilai aset selama masa penggunaannya. Setiap aset akan mengalami penurunan nilai dalam jangka waktu tertentu. Maka dari itu, perusahaan harus mengetahui penyusutan aktiva supaya dapat berkembang secara seimbang. Nah, apakah Anda sudah tahu bagaimana langkah-langkah kalkulasinya?
Artikel kali ini akan membahas seputar empat cara menghitung penyusutan. Yuk, cari tahu lebih lanjut!
* Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)
Metode yang pertama ini paling sering digunakan dalam akuntansi demi menjaga beban penyusutan tetap konstan dan simpel sepanjang usia ekonomis aset. Ada dua rumus yang dapat dipakai dalam metode ini, yakni perhitungan dengan nilai residu dan perhitungan tanpa nilai residu.
* Perhitungan menggunakan nilai residu
Cara perhitungan ini memakai rumus berikut:
(Harga Perolehan ― Nilai Residu) ÷ Umur Ekonomis = Penyusutan
Sebagai contoh, sebuah perusahaan membeli mobil operasional pada tanggal 2 Februari 2001 dengan harga Rp350 juta. Mobil itu diperkirakan mempunyai masa pakai 4 tahun dengan nilai residu Rp100 juta. Besar penyusutan per tahunnya, yakni
(Rp350.000.000 ― Rp100.000.000) ÷ 4 tahun = Rp62.500.000
* Perhitungan tanpa nilai residu
Perhitungan berikutnya menggunakan rumus sebagai berikut:
Harga Perolehan ÷ Umur Ekonomis = Penyusutan
Misalnya, suatu perusahaan membeli mesin produksi senilai Rp300.000.000 pada tanggal 30 Maret 2004. Mesin tersebut diperkirakan tak akan mempunyai nilai residu pada masa akhir pemakaian dan bisa beroperasi sampai 6 tahun. Artinya, masa penyusutan mesin per tahun, yaitu
Rp300.000.000 ÷ 6 tahun = 50.000.000
* Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance Method)
Cara menghitung penyusutan aktiva yang kedua adalah metode saldo menurun ganda. Metode ini dipakai untuk mengkalkulasikan biaya penyusutan pada mesin produksi. Ini karena performa mesin umumnya bagus pada awalnya, tetapi cenderung menurun saat mendekati masa akhir pemakaian. Metode saldo menurun ganda menggunakan rumus perhitungan berikut:
(Harga Perolehan ÷ Umur Ekonomis) × 2 = Penyusutan
Contohnya, PT Sinar membeli mesin produksi seharga Rp250.000.000 pada tanggal 15 April 2006. Mesin tersebut diperkirakan tak mempunyai nilai residu pada masa akhir pemakaian dan bisa beroperasi selama 8 tahun. Beban penyusutan per tahun dari mesin itu, yakni
* Penyusutan Akhir Tahun Pertama = (Rp250.000.000 ÷ 8 tahun) × 2 = Rp62.500.000
* Penyusutan Akhir Tahun Kedua = (Rp187.500.000 ÷ 8 tahun) × 2 = Rp46.875.000
* dan seterusnya.
* Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of Years’ Digits Method)
Sama halnya dengan metode saldo menurun, metode ketiga ini biasa dipakai sebagai cara menghitung penyusutan pada mesin produksi. Namun, rumus yang digunakan sangat berbeda. Simak rumus berikut:
(Harga Perolehan ― Harga Residu) × [(n / (n + (n ― 1) + (n ― 2) + …)] = Penyusutan
Huruf “n” dalam rumus di atas menggambarkan usia ekonomis dari aktiva. Misalnya, umur ekonomis dari sebuah mesin produksi adalah 6 tahun. Artinya, angka di bawah pecahan mewakili total dari usia ekonomis mesin. Angka penyebut yang dipakai ialah 6 + 5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 21.
Baca juga:Perbedaan Depresiasi dan Amortisasi
* Metode Unit Produksi (Units of Production Method)
Dalam metode ini, nominal dari penyusutan yang dikeluarkan pada masa tertentu mempunyai nilai proporsional. Nilai tersebut seimbang dengan kapasitas produksi dibandingkan dengan perkiraan kapasitas produksi maksimal selama usia ekonomis aset. Metode unit produksi banyak dipakai oleh perusahaan manufaktur untuk menggambarkan sisa usia dari aktiva mereka. Rumusnya sebagai berikut:
(Harga Perolehan ― Harga Residu) × (Pemakaian ÷ Kapasitas Maksimal) = Penyusutan
Sebagai contoh, PT Makmur Maju membeli mobil keluaran terbaru untuk operasional pada 20 November 2015. Mobil tersebut memiliki harga Rp400.000.000 dan dibayar secara tunai. Empat tahun kemudian, perusahaan bermaksud menjual mobil dengan harga Rp100.000.000. Mobil yang dibeli dapat menempuh jarak sampai 100.000 km. Namun, mobil itu sekarang telah menempuh jarak 50.000 km selama pemakaian. Biaya penyusutannya, yaitu
(Rp400.000.000 ― 100.000.000) × (50.000 km ÷ 100.000) = Rp150.000.0000
Itulah uraian seputar cara menghitung penyusutan yang wajib Anda cermati. Dengan mengkalkulasikan penyusutan nilai aset, nilai total dari bisnis Anda dapat diketahui secara pasti. Perhitungan penyusutan pun bisa menghindarkan perusahaan dari masalah perpajakan. Selain itu, masa pakai aset dapat dimaksimalkan dan waktu pergantiannya mudah diketahui. Semoga bisnis Anda lancar!
Kembangkan Dana Sekaligus Berikan Kontribusi Untuk Ekonomi Nasional dengan Melakukan Pendanaan Untuk UKM Bersama Akseleran!
Bagi kamu yang ingin membantu mengembangkan usaha kecil dan menengah di Indonesia, P2P Lending dari Akseleran adalah tempatnya. Sebagai platform pengembangan dana yang optimal dengan bunga hingga 21% per tahun kamu dapat memulainya hanya dengan Rp100 ribu saja.
Yuk! Gunakan kode promo BLOG100 saat mendaftar untuk memulai pengembangan dana awalmu bersama Akseleran. Untuk syarat dan ketentuan dapat menghubungi (021) atau email ke [email protected]