Pengajaran Tata Cara Wudhu Nabi
Para pembaca rahimakumullah,
Di antara permasalahan penting yang mesti dipelajari oleh seorang muslim adalah permasalahan yang berkaitan dengan tata cara berwudhu.
Yang demikian ini dikarenakan berwudhu merupakan salah satu syarat sahnya shalat yang wajib untuk dilakukan dengan sempurna. Maka tidak sah shalat seseorang tanpa berwudhu.
Allah Ta’ala berfirman (artinya),
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah wajah kalian dan tangan kalian sampai dengan siku, dan usaplah kepala kalian dan (basuhlah) kaki kalian sampai dengan kedua mata kaki.” (QS. al-Maidah : 6).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
لاَ يَقْبَلُ اللهُ صَلاَةَ أحَدِكُمْ إِذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَأَ
“Allah tidak akan menerima shalat salah seorang dari kalian apabila berhadats (kecil) sampai dia berwudhu.” (Muttafaqun ‘alaih dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).
Para pembaca rahimakumullah,
Ayat dan hadits di atas berisi perintah dari Allah Ta’ala untuk berwudhu terlebih dahulu sebelum melaksanakan shalat. Namun di ayat tersebut Allah Ta’ala hanya menyebutkan secara global saja.
Maka untuk mengetahui bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berwudhu maka wajib bagi kita untuk merujuk kepada hadits-hadits beliau yang menjelaskan tentang tata cara berwudhu secara terperinci.
Salah satu hadits tersebut adalah hadits dari sahabat ‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu ‘Anhu yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim.
Al Imam Ibnu Syihab az Zuhri rahimahullah ketika mengomentari hadits ‘Utsman ini, beliau berkata,
“Dulu para ‘ulama kita mengatakan bahwa cara wudhu di atas (yang disebutkan dalam hadits ‘Utsman merupakan wudhu yang paling sempurna untuk shalat.”
Disebutkan bahwa pada suatu hari sahabat ‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu ‘Anhu meminta disediakan air wudhu, maka beliaupun berwudhu :
1. Membasuh dua telapak tangannya tiga kali.
Yang mesti kita perhatikan sebelum memulai wudhu, wajib bagi seseorang berniat untuk berwudhu di dalam hati dengan tidak mengucapkannya, karena baginda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak pernah melafazhkan niatnya, baik di dalam wudhu maupun shalatnya, dan juga seluruh ibadahnya. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda (artinya),
“Sesungguhnya setiap amalan itu hanyalah tergantung dengan niatnya, dan masing-masing orang hanyalah akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang dia niatkan.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari sahabat ‘Umar bin al-Khattab Radhiyallahu ‘Anhu).
2. Membasuh kedua telapak tangannya dan disunnahkan sebelumnya untuk membaca basmalah.
Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata,
“Aku menyukai seseorang untuk menyebut nama Allah saat hendak berwudhu. Bila ia lupa, maka ia mengucapkannya ketika ingat selama ia sedang menunaikan wudhunya. Bila ia meninggalkan tasmiyah (mengucapkan basmalah) karena lupa atau sengaja, maka tidak akan merusak wudhunya, insya Allah.” (al-Umm, 1/31).
3. Berkumur – kumur (madhmadhah) dan beristintsar.
Petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hal ini adalah beliau menyambung antara berkumur dengan istinsyaq (tidak memisahkan dengan cidukan yang berbeda), sebagaimana diriwayatkan dalam Shahihain dari hadits Abdullah bin Zaid. (Zadul Ma’ad, 1/48 – 49).
Sebelum istintsar tentunya beristinsyaq yaitu menghirup air ke dalam hidung. Setelah itu beristintsar yaitu mengeluarkan (menyemburkan) air dari hidung setelah istinsyaq. (Syarah Shahih Muslim, 3/105, karya an Nawawi).
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda (artinya),
“Bersungguh-sungguhlah engkau dalam beristinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung) kecuali bila engkau sedang puasa.” (HR. Abu Dawud no. 123, at Tirmidzi no. 718).
4. Membasuh wajahnya tiga kali.
Al-Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Disukai untuk mengambil air dengan kedua telapak tangan ketika hendak mencuci wajah, karena hal tersebut lebih mudah dan lebih dekat untuk membaguskan wudhu.” (Syarah Shahih Muslim, 3/122).
5. Membasuh tangan kanannya hingga ke siku tiga kali.
Cara membasuhnya dimulai dari ujung jari hingga siku dan mendahulukan tangan sebelah kanan serta menyela-nyela jari-jari.
6. Membasuh tangan kirinya seperti itu ( yakni hingga ke siku tiga kali).
7. Mengusap kepalanya
Dalam riwayat lain disebutkan cara mengusapnya:
“Mengusapkan dengan kedua telapak tangannya mulai dari bagian depan kepalanya, kemudian menggerakkan kedua tangannya hingga ke tengkuknya, kemudian menggerakkan kembali ke tempat semula (ke depan).” (Muttafaq ‘alaihi).
Mengusap kepala cukup sekali saja.
8. Setelah itu langsung mengusap kedua daun telinga (tanpa mengambil air baru lagi).
Karena mengusap kedua daun telinga itu bagian dari mengusap kepala.
(HR. Abu Dawud no. 115).
9. Membasuh kaki kanan hingga ke mata kaki tiga kali.
Caranya yaitu : membasuhnya hingga merata ke semua bagian kaki, mulai dari jemari hingga kedua mata kaki, dan menyela-nyela jari-jari kaki serta jangan sampai luput dari membasuh tumitnya.
Karena terdapat riwayat khusus dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan peringatan keras terhadap orang yang lalai membasuh tumit. (Muttafaqun ‘Alaihi).
10. Membasuh kaki kirinya seperti itu (yakni hingga ke mata kaki tiga kali).
Beliau (‘Utsman) Radhiyallahu ‘Anhu berkata, ‘Dulu aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berwudhu seperti wudhu yang aku praktekkan ini, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda (artinya), “Barangsiapa berwudhu seperti wudhuku ini kemudian ia mengerjakan shalat dua raka’at dan tidak terbetik di dalam hatinya selain dari perkara shalatnya, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.”
Para pembaca rahimakumullah,
Untuk melengkapi wudhu kita agar lebih sempurna maka hendaknya kita memanjatkan doa setelah berwudhu. Salah satu doa yang diajarkan baginda Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan lafazh,
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا ﷲُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
“Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak (dibadahi) kecuali Allah tidak ada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya.” (HR. Muslim no. 234).
اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى مِنَ التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِى مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Ya Allah jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang menyucikan.” (HR. at Tirmidzi no. 55).
Barangsiapa yang membaca doa ini setelah dia menyelesaikan wudhu dengan sempurna maka akan mendapatkan pahala yang sangat besar yaitu pintu-pintu dari delapan surga akan terbuka dan baginya untuk masuk dari pintu yang dia inginkan.
Para pembaca rahimakumullah,
Demikianlah pembahasan ringkas tata cara berwudhu yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Namun ada beberapa hal yang hendaknya kita perhatikan ;
1. Wajib bagi seseorang untuk menyempurnakan wudhunya.
Dia harus benar-benar yakin bahwa seluruh anggota wudhu telah terkena air wudhu dengan sempurna. Satu bagian anggota wudhu yang tidak terbasuh dengan sempurna maka tidaklah dikatakan seseorang itu telah berwudhu dengan benar. Suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melihat seseorang yang sedang mengerjakan shalat namun ada sedikit bagian dari kakinya yang belum terkena air wudhu, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkannya untuk mengulangi wudhu dan shalatnya. (HR. Ahmad 3/424 dan Abu Daud no. 175).
2. Hendaknya hemat dalam menggunakan air ketika berwudhu, karena demikian yang diajarkan oleh baginda Nabi.
Hal ini sebagaimana digambarkan oleh sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu,
“Adalah Rasulullah berwudhu dengan satu mud dan mandi dengan satu sha’ sampai lima mud.” (HR. al Bukhari dan Muslim).
Satu mud adalah ukuran yang memenuhi dua telapak tangan orang dewasa yang dirapatkan menengadah.
Adapun satu sha’ ukurannya sama dengan empat mud, sehingga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika mandi menggunakan empat sampai lima mud air, subhanallah, bisakah kita mencontoh beliau dalam wudhu dan mandi kita?
Allahu a’lam bish shawab.
Semoga bermanfaat.