Erni Rahman
Mentereng Berkat Cireng
Lahir dari keluarga guru membuat Erni Rahman mantap memilih pekerjaan awalnya sebagai seorang guru TK. Pengabdiannya sebagai pendidik sudah dilakukannya sejak 1997.
Di sela kesibukannya sebagai mahasiswa Program Studi Informatika IPB University, ia sudah giat menjadi guru TK. Bahkan karena kecintaannya dalam mengajar, Erni terdorong untuk melanjutkan pendidikan sebagai Sarjana Pendidikan di PGSD Universitas Terbuka dan lulus pada 2018. Hingga akhirnya pada 2006, ia menjadi Kepala Sekolah TKIT Darussalam, Reni Jaya, Bojongsari, Kota Depok.
Semakin ia mendalami dunia mengajar, harapannya memberi dampak yang lebih baik kepada masyarakat semakin besar. Dari sinilah Erni berpikir untuk menjadi seorang pengusaha agar memiliki banyak karyawan yang bisa ia sejahterakan dan dapat memberdayakan lingkungan sekitar.
Sambil menjalankan rencana bisnisnya, Erni tak lantas melepas profesinya sebagai guru TK. Ia tetap sibuk menjadi pahlawan tanpa tanda jasa.
“Menjadi guru adalah bagian dari keinginan saya memberi dampak positif pada dunia pendidikan anak. Tetapi selain itu saya punya mimpi, agar keberadaan saya bisa memberikan dampak manfaat secara sosial kepada ekonomi keluarga,” kata wanita lulusan terbaik Informatika IPB University.
“Saya tinggal di satu lingkungan dimana banyak sekali pemuda lulusan SMA yang pengangguran. Niat saya dalam hati, saya ingin menjalankan satu anjuran hadist Rosulullah bahwa sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya,” ungkap alumni S2 Magister Manajemen Universitas Pamulang Tangerang yang lulus pada 2021 dengan predikat Cumlaude ini.
Tak hanya itu, Erni juga berharap bisa mengangkat pamor cireng, agar bisa menjadi ikon kuliner dari sebuah kota. Terlebih cireng merupakan penganan yang menggunakan bahan dasar komoditas pertanian lokal yang relatif mudah didapatkan.
Jalan panjang usahanya dimulai saat tahun 2013. Berbagai macam usaha sudah coba dilakukannya mulai jadi agen asuransi, jual perabotan sampai jual alat kecantikan. Sayangnya, usaha itu belum membuahkan hasil hingga ia mencoba beralih ke bisnis makanan.
Ia pun memutuskan memulai usaha Cireng Crispy dengan brand Shaza Food. “Saya pernah baca bahwa ketika memulai usaha, kita mulai dari hobi, kesukaan. Kebetulan cireng itu kesukaan saya. Dan saya bilang cireng itu mudah dibuat,” ujar wanita kelahiran Sukabumi, 12 Agustus 1997 itu.
Di awal-awal usahanya, menjajakan Cireng Crispy Shaza itu ia lakukan dengan sangat sederhana. Mulanya ia hanya bekerja bersama suami dan anggota keluarga yang lain.
Cirengnya sudah mulai ia jajakkan sejak pukul 04.00 WIB pagi, dengan menawarkan dari pintu ke pintu. Termasuk saat ada kegiatan rapat di sekolahnya, ia tak segan menawarkan dagangan cirengnya tersebut.
“Sejak awal cireng ini memang ditawarkan dari rumah ke rumah, saya mulai bikin jam 03.00 WIB pagi dan setelah matang langsung diantar ke pelanggan. Kalau pas rapat di TK bersama kepala sekolah dan guru lain, saya juga gorengin tuh biar mereka kenal dengan cireng yang saya buat,” cerita istri dari Yudi Fitriawan ini.
Meski sebagai Kepala Sekolah, ia tidak gengsi untuk menjajakan usahanya. Tak hanya di sekolah, saat menjadi pengisi seminar PAUD, ia juga menawarkan ke panitia agar souvenirnya cireng.
Sama seperti para pengusaha lain, jalan rezekinya tidak serta merta mulus. Banyak cobaan hingga tantangan yang telah dilaluinya.
Beberapa di antaranya sampai membuat Erni hampir menyerah seperti kegagalan dalam produksi bahkan ia pernah tertipu dan merugi hingga Rp200 juta akibat distributor yang tidak membayar.
Ia juga bercerita kejadian kecil saat ia jatuh dari motor pagi-pagi buta ketika akan mengantarkan cireng memakai sepeda motor. Tapi rupanya, disitulah langkah besar berawal.
“Memang waktu itu hujan deras, dan saat di pom bensin saya sempat jatuh. Kebetulan di lokasi saya ditolong ibu-ibu dan saya kasihkan tiga bungkus cireng. Dulu hampir menyerah juga, dan mungkin ketika saya langsung pulang sambil nangis-nangis usai jatuh saya tidak tahu bagaimana kelanjutannya,” ujar ibu dari M Zaky Nurfajar dan Azkiya Shafa Shalihah ini.
Saat Erni ditolong oleh ibu-ibu tersebut ia sempat meminta kartu nama dari penolongnya itu. Hal ini merupakan caranya untuk mengetahui cita rasa cirengnya di mata pelanggan.
Selama beberapa hari, Erni terus menjalin komunikasi dengan ibu tadi untuk menanyakan produknya. Hingga ia berinisiatif mendatangi kediamannya dan menggorengkan cireng yang sudah ia berikan sebelumnya.
Usai kejadian itu, ibu tersebut langsung tertarik menjadi agen dan mampu menjual cirengnya sebanyak 1.000 pack per hari.
Erni mengaku tak mengeluarkan modal besar saat memulai usahanya. Di luar alat memasak, dirinya hanya mengeluarkan modal Rp50 ribu. Ia membuat cireng yang dipasarkan kepada orang terdekatnya. Lambat laun, usaha cirengnya berkembang hingga memiliki pabrik dengan ratusan karyawan.
Produk cirengnya sendiri Erni jual ke berbagai metode penjualan, mulai dari supermarket hingga via online seperti instagram. Hingga saat ini sudah terdaftar ratusan orang yang menjadi resellernya, tersebar di berbagai kota di seluruh wilayah Indonesia,dari Sumatera sampai di ujung Papua.
Di tahun 2015, ia melihat peluang dengan menjual varian cireng crispy dengan sambal rujak. Alhasil, omzetnya melonjak drastis. Tak pernah menyangka, dalam sebulan Erni bisa mengantongi omzet penjualan hingga 1 miliar.
“Modal awal ini saya hanya hitung bukan dari aset ya kayak kompor, kuali. Dulu Rp50 ribu dari bahan pembuat cirengnya. Dari modal itu saya jual dan saya dapat Rp100 ribu (10 bungkus), begitu seterusnya sampai saya produksi maksimal 2 ton atau 10 ribu pack,” katanya lagi
Untuk menghasilkan cireng yang berbeda dengan yang ada di pasaran, Erni melakukan uji resep. Dalam proses uji coba tersebut, mereka menemukan resep cireng yang unik. Yakni Cireng Crispy dengan bumbu rujak.
“Kenapa namanya itu karena menurut saya cireng itu setelah goreng abis itu alot. Nah, Cireng Crispy pas digigit renyah. Jadi dia bertahan renyah lebih lama dibanding cireng lain. Cireng biasa hanya enak dimakan pada saat panas aja, tapi begitu didiamkan sedikit sudah ga enak lagi. Nah cireng cripsy, walau didiamkan selama 1 jam tetap cripsy. Padahal kita tidak menggunakan bahan pengawet loh,” ucap Erni yang memperoleh anugerah Perempuan Inspiratif Kota Depok Tahun 2018.
Pada awalnya Shaza Food hanya membuat Cireng Crispy Original, namun dengan banyaknya kompetitor, wanita yang biasa dipanggil Bunda Ani itu mulai berinovasi mengeluarkan beragam varian.
“Mulai dari Cireng Crispy Vegetable (campuran bayam dan wortel), Cireng Crispy Keju, Cireng Crispy Ubi Ungu, Mpek-Mpek Cireng, Cireng Crispy Sosis Pedas, dan Cireng Gejrot. “ Kompetitor membuat saya kreatif,” ujar wanita lulusan SMAN 1 Sukabumi itu.
Baginya inovasi merupakan hal penting agar produk yang dibuat tetap laku di pasaran. Sebagai pelopor Cireng Krispy, dari berbagai varian Shaza Food, Cireng Cripsy Original merupakan produk best seller.
Pada tahun 2016, Shaza Food satu-satunya pabrik cireng yang mendapatkan piagam bintang keamanan pangan dari BPOM Jabar. Bahkan pada 2022 beberapa produk best sellernya sudah mendapatkan ijin edar BPOM Makanan Dalam (MD).
“Makanya di produk bunda dimasukin tanda bintang, itu tanda best seller atau top brand. Ini punya nilai jual dan tidak banyak orang yang punya label bintang di pangan,” kata Bunda Ani.
Kini beragam produk diproduksi tiap hari antara 3 ribu – 5 ribu pack. Rata-rata produksi tiap bulan mencapai 100 ribu pack dengan omset mencapai Rp 1 miliar. Keuntungan bersih mencapai Rp 100 juta atau 10 % persen dari omset.
Perkembangan usaha yang pesat, tidak membuatnya terlena. Ia terus melakukan inovasi agar usahanya tetap bertahan dan makin berkembang. “Makanan itu orang bisa bosan. Jadi kalau bisa eksis di 5 tahun, itu udah luar biasa. Saya kepengen ini bukan usaha musiman tapi langgeng,” ujarnya.
Kini Shaza Food telah hadir di beragam pasar modern dan supermarket. Sebut saja Carrefour, Giant, Hari Hari Swalayan, Tip Top, Diamond, Total Buah, Aeon Mall, Gelael, Aneka Buana, dan Yogya Swalayan.
Selain produk Shaza Food yang telah masuk ke pasar retail modern, cara lain dilakukannya agar usaha terus dilakukan dengan membuka edutrip bagi anak-anak TK yang ingin melihat proses pembuatan cireng.
“Karena saya juga pendidik, jadi buka edutrip, buka kunjungan field trip anak-anak TK. Jadi mereka lihat pembuatan cireng. Saya ajak guru-guru TK dan anak-anak untuk ke pabrik cireng. Jadi dengan acara ini secara tidak langsung mempromosikan cireng,” ucap wanita berhijab ini. ***