Ini Dia Cara Menghitung Penyusutan Dengan Mudah

Artikel ini akan membahas tentang bagaimana cara menghitung penyusutan, termasuk pengertian penyusutan dan contoh soalnya.

Tahukah kamu kalau ternyata aset tetap yang telah atau sedang digunakan bisa mengalami penyusutan lho. Secara umum, penyusutan adalah prosedur perhitungan nilai aset selama masa penggunaannya. Aset yang dimaksud di sini adalah aset tetap atau aktiva ya, guys. Perhitungan biaya penyusutan ini sangat penting, karena penggunaan aset tetap jadi bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh perusahaan. Selain itu, total nilai bisnis juga bisa diketahui secara pasti. Wah, ternyata penting ya biaya penyusutan ini. Itulah mengapa kamu harus tau cara menghitung penyusutan dengan baik. Supaya bisnis kamu dapat semakin dioptimalkan. Mau tau penjelasan lebih lengkapnya? Yuk, cari tau di dalam artikel ini!

Apa Itu Penyusutan?
Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan penyusutan? Jadi, penyusutan atau depresiasi adalah suatu penurunan dari nilai aset tetap. Nah, penyusutan ini sifatnya permanen. Dengan kata lain, ketika aset tersebut dikurangi biaya penyusutan, maka tidak bisa lagi dikembalikan ke nilai aslinya. Penyusutan aset ini bisa dikarenakan penggunaan aset atau berakhirnya waktu, guys. Tapi, perlu untuk kamu ketahui juga, bahwa penyusutan ini tidak bisa digunakan untuk aset yang tidak berwujud, jadi memang digunakan hanya untuk aset tetap yang berwujud.

Perhitungan penyusutan umumnya untuk aset yang berwujud (sumber gambar: pixabay.com/stevepb)

Faktor-faktor Penyusutan
Dalam menghitung biaya penyusutan, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti harga perolehan, umur ekonomis aset atau aktiva, dan nilai residu. Nah, sebelumnya kamu udah tau belum apa pengertian dari ketiga faktor tersebut? Ini dia penjelasannya.

Harga Perolehan
Harga perolehan adalah harga atau biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan aset tetap. Ini adalah salah satu faktor dari biaya penyusutan yang bisa menentukan seberapa besar pengeluaran nilai penyusutan pada setiap periodenya. Untuk mendapatkan harga perolehan gak hanya lihat harga pembelian dari suatu aset, melainkan juga ditambahkan biaya lain yang timbul akibat perolehan aset tersebut. Misalnya, perusahaan membeli mesin seharga X, kemudian biaya kirim mesin tersebut seharga Y, pajak kirimnya Z. Nah, berarti XYZ itu termasuk dalam biaya perolehan.

Umur Ekonomis
Faktor selanjutnya ada umur ekonomis, yaitu perkiraan umur sampai kapan kira-kira aset tersebut dapat digunakan efektif sebelum habis masa pakai. Umur ekonomis ini gak selalu berupa waktu ya, guys. Melainkan bisa juga berupa bentuk hasil produksi dan juga jam kerja. Nah, penentuan umur ini dilihat dari sisi fisik dan fungsional aset tersebut. Jadi, keduanya harus dalam keadaan baik, fisik dan fungsional. Karena, aset yang terlihat baik dari sisi fisik, belum tentu bisa baik dalam sisi fungsionalnya. Misalnya, suatu mesin masih bisa berjalan baik, tapi untuk sistem kerja yang baru udah gak bisa pakai mesin tersebut atau udah gak mendukung sistem baru tersebut.

Nilai Residu
Terakhir, ada nilai residu, yaitu nilai sisa dari suatu aset di akhir umur ekonomisnya setelah dikurangi dengan nilai penyusutannya. Nilai ini bsia diperoleh kalau aset yang telah habis umur ekonomisnya dijual. Kalau aset tersebut gak dijual, berarti aset tersebut gak punya nilai residu alias nol.

Lalu, bagaimana cara menghitung penyusutan? Adakah cara yang paling mudah untuk menghitungnya? Cara perhitungannya ada 4, jadi kamu bisa memilih akan menggunakan cara yang mana, guys. Ada metode garis lurus, metode saldo menurun ganda, metode jumlah angka tahun, dan metode unit produksi.

Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)
Metode yang pertama adalah garis lurus. Metode ini yang paling sering digunakan di akuntansi untuk menjaga penyusutan tetap konstan. Dengan kata lain, biaya penyusutan suatu aset akan tetap bernilai sama di setiap periode sampai akhir umur ekonomisnya. Nah, di sini ada dua rumus yang digunakan, yaitu dengan nilai residu dan tanpa nilai residu.

* Perhitungan menggunakan nilai residu

Rumus:

Biaya penyusutan = (Harga perolehan – Nilai residu) / Umur ekonomis

* Perhitungan tanpa menggunakan nilai residu

Rumus:

Biaya penyusutan = Harga perolehan / Umur ekonomis

Bisa kita lihat dari kedua rumus di atas, perhitungannya sangat sederhatan. Itulah mengapa metode ini banyak sekali digunakan oleh para akuntan. Metode ini lebih menitikberatkan pada aspek waktu, sehingga nilai penyusutannya selalu konstan setiap periodenya. Sedangkan, dari sisi fungsi gak dijadikan perhatian utama.

Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance Method)
Cara menghitung penyusutan yang kedua dengan menggunakan metode saldo menurun ganda. Fungsi metode ini adalah untuk mengkalkulasikan biaya penyusutan pada aset tetap berupa mesin produksinya. Kamu tau sendiri ‘kan kalau performa mesin gak selamanya bagus, pasti lama-kelamaan akan menurun mendekati masa akhir pemakaian. Begini cara perhitungannya:

Biaya penyusutan = (Harga perolehan / Umur ekonomis) x 2

Perhitungan dengan metode ini menggunakan nilai buku yang terus menurun di setiap periodenya, dan digunakan sebagai patokan. Kalau masih bingung, kamu bisa lihat contoh soalnya nanti pada poin contoh soal dan pembahasan ya. Yap, memang metode ini bisa dikatakan lebih rumit dibandingkan dengan metode garis lurus. Tapi, biaya pemeliharaan lebih bisa disesuaikan dengan kondisi aset tetap dan manfaatnya, Sehingga, biaya yang dikeluarkan perusahaan akan lebih hemat.

Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of Years Digits Method)
Metode yang satu ini hampir sama dengan metode saldo menurun ganda, karena digunakan untuk menghitung penyusutan pada mesin produksi. Tapi, rumusnya berbeda ya.

Biaya penyusutan = (Harga perolehan – Harga residu) x [(n / (n + (n – 1) + (n – 2) + …)]

Bisa kita lihat di atas terdapat ‘n’, nah kira-kira maksudnya apa sih, guys? Maksudnya begini, huruf ‘n’ pada rumus di atas menggambarkan usia ekonomis dari mesin produksi. Misalnya, umur ekonomis mesin produksi 5 tahun. Berarti, angka di bawah pecahan mewakili total usia tersebut. Penyebut yang dipakai adalah 5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 15.

Metode Unit Produksi (Units of Production Method)
Cara terakhir ada yang namanya metode unit produksi. Sesuai dengan namanya bahwa metode ini menetapkan penyusutan dengan memperhatikan jumlah unit produksi suatu aset tetap. Yap, metode ini lebih menekankan faktir kegunaan daripada waktu. Itulah mengapa satuan umur ekonomisnya bukan tahun, tetapi satuan unit produksi. Metode ini banyak digunakan oleh perusahaan manufaktur untuk menghitung sisa usia dari aset tetap mereka. Rumusnya seperti ini:

Biaya penyusutan = (Harga perolehan – Harga residu) x (Pemakaian / Kapasitas maksimal)

Contoh Soal dan Pembahasan
Supaya uraian rumus di atas bisa dengan mudah dipahami, sekarang kita langsung lihat contoh kasusnya aja deh, yuk!

Contoh soal 1
PT Kurnia Sari membeli mobil baru untuk kebutuhan operasional perusahaan pada tanggal 15 Maret 2015 dengan harga Rp400.000.000 dan dibayar secara tunai. Empat tahun kemudian, mobil tersebut akan dijual dengan harga Rp100.000.000. Mobil tersebut sudah mengalami perubahan performa, yang awalnya bisa menempuh jarak hingga 100.000 km, sekarang hanya bsia menempuh jarak 50.000 km selama pemakaiannya. Berapakah biaya penyusutan mobil tersebut?

Jawab:

Kita gunakan rumus metode unit produksi.

Biaya penyusutan = (Harga perolehan – Harga residu) x (Pemakaian / Kapasitas maksimal)

Biaya penyusutan = (400.000.000 – 100.000.000) x (50.000 km / 100.000) = 150.000.000

Jadi, biaya penyusutan pada mobil tersebut adalah Rp150.000.000.

Contoh soal 2
PT Tata Boga membeli mesin untuk keperluan operasional perusahaan dengan harga Rp300.000.000 pada tanggal 20 Agustus 2005. Mesin tersebut diperkirakan tidak memiliki nilai residu pada akhir masa pemakaiannya. Mesin bisa beroperasi selama 8 tahun. Jadi, berapakah biaya penyusutan setiap tahun dari mesin tersebut?

Jawab:

Menggunakan metode saldo menurun ganda.

Biaya penyusutan = (Harga perolehan / Umur ekonomis) x 2

Biaya penyusutan akhir tahun pertama = (300.000.000 / 8) x 2 = Rp75.000.000.

Biaya penyusutan akhir tahun kedua = ((300.000.000 – 75.000.000) / 8) x 2 = Rp56.250.000.

dan seterusnya menggunakan cara yang sama.

Nah, demikian penjelasan mengenai cara menghitung penyusutan dengan mudah. Kalau kamu udah tau cara perhitungannya dan kemudian mencoba menghitung biaya penyusutan pada bisnis kamu, tentu nilai total dari bisnis kamu bisa diketahui secara pasti. Selain itu, masa penggunaan aset tetap juga dapat lebih dimaksimalkan dan waktu pergantiannya juga akan lebih mudah diketahui. Semoga informasi ini bermanfaat ya buat kamu.

Baca Juga Artikel Lainnya
Cara Menghitung Diskon
Cara Menghitung Persen
Indeks Harga