Penilaian Status Gizi Beserta Metode Pengukurannya
Anda mungkin sering mendengar istilah ‘kurang gizi’ ketika menjumpai orang yang badannya terlihat kurus. Padahal, penilaian status gizi seseorang tidak bisa diputuskan semata berdasarkan kondisi fisiknya, melainkan harus diukur menggunakan standar yang tepat. Standar gizi seseorang dihitung baik secara langsung maupun tidak langsung dengan serangkaian pemeriksaan. Penilaian status gizi ini juga dipengaruhi sejumlah faktor, mulai dari pola makan hingga kondisi kesehatan.
Pengertian status gizi
Status gizi menurut Kemenkes RI dan WHO adalah adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan nutrisi yang diperlukan tubuh untuk metabolisme.
Sementara indikator status gizi adalah tanda-tanda yang dapat diketahui untuk menggambarkan tingkat gizi seseorang. Seseorang dikatakan memiliki gizi seimbang jika memenuhi kriteria tertentu setelah menjalani penilaian gizi.
Sebaliknya, ketika penilaian status gizi menunjukkan Anda mengalami gizi kurang maupun gizi lebih, dokter atau tenaga medis akan menyarankan pola hidup sehat untuk memperbaiki gizi Anda. Dengan berada pada gizi seimbang, risiko terhadap penyakit tertentu juga akan berkurang.
Kategori status gizi seseorang berdasarkan usia
Status gizi pada manusia dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu untuk anak di bawah usia 5 tahun, anak usia 5-18 tahun, dan orang dewasa. Berikut penjelasan selengkapnya:
1. Anak usia di bawah 5 tahun
Indikator yang bisa dipakai untuk anak usia di bawah 5 tahun adalah berat badan terhadap umur (BB/U), tinggi badan terhadap umur (TB/U), dan berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB).
Ketiga indikator tersebut dapat menunjukkan apakah seseorang memiliki status gizi yang kurang, pendek (stunting), kurus, dan obesitas.
2. Anak usia 5-18 tahun
Anak usia 5-18 tahun mengalami banyak pertumbuhan dan perkembangan fungsi tubuhnya. Anda bisa mengetahui status gizi anak di usia ini dengan indikator tinggi badan terhadap umur (TB/U) DAN indeks massa tubuh terhadap umur (IMT/U).
3. Orang dewasa usia lebih dari 18 tahun
Pada orang dewasa, Anda hanya perlu menghitung indeks massa tubuh (IMT). IMT adalah indikator yang diambil berdasarkan lemak tubuh dan komposisi tubuh lainnya selain lemak, misalnya seperti tulang dan air.
Anda dapat mengukur IMT dengan membagi berat badan (dalam kg) dengan tinggi badan (dalam meter lalu dikuadratkan).
Baca juga:Memahami Angka Kecukupan Gizi dan Cara Memenuhinya
Jenis status gizi pada anak
Indikator penilaian gizi pada anak dengan menggunakan berat badan, umur dan tinggi badan dapat menentukan apakah anak tersebut memiliki status gizi kurang, pendek (stunting), kurus (wasting), atau obesitas, seperti berikut:
1. Berat kurang (underweight)
Berat kurang atau underweight adalah klarifikasi dari gizi BB/U atau berat badan terhadap umur. BB/U menunjukkan pertumbuhan anak terhadap umurnya, apakah sesuai atau tidak.
Jika berat badan anak di bawah rata-rata berat badan anak seusianya, maka dapat dikatakan ia mengalami berat badan kurang atau underweight. Namun, berat badan anak dapat berubah dengan mudah. Sehingga, indikator ini bukan menjadi tolak ukur indikasi adanya masalah gizi yang berat anak.
2. Pendek (stunting)
Stuntingadalah penjelasan dari indikator tinggi badan terhadap umur (TB/U). Anak dikatakan stunting, yakni ketika mereka memiliki tinggi badan yang tidak sesuai dengan tinggi badan anak seusianya.
Biasanya, stunting ini terjadi akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang panjang. Sehingga, anak tidak bisa mengejar ketertinggalan pertumbuhan tinggi badannya.
3. Kurus (wasting)
Wasting adalah salah satu penjelasan dari indikator gizi berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB). Anak yang dikatakan kurus yaitu mereka yang memiliki berat badan rendah dan tidak sesuai dengan tinggi badan yang dimilikinya.
Wasting biasanya terjadi pada anak selama masa penyapihan atau selama 2 tahun pertama kehidupannya. Setelah anak berumur 2 tahun, biasanya risiko wasting akan menurun.
Wasting menjadi tanda bahwa anak mengalami kekurangan gizi yang serius. Kondisi ini biasanya terjadi karena kurangnya asupan makanan atau infeksi, seperti diare.
4. Gemuk
Gemuk adalah salah satu penjelasan yang juga diambil dari indikator gizi BB/TB. Anak dikatakan mengalami kegemukan ketika mempunyai berat badan lebih terhadap tinggi badan yang dimilikinya.
Baca juga:Waspada Anak Kurang Gizi, Kenali 9 Tandanya Berikut Ini!
Cara melakukan penilaian status gizi
Secara garis besar, terdapat 2 cara melakukan penilaian status gizi, yakni secara langsung maupun tidak langsung.
1. Penilaian status gizi secara langsung
Penilaian gizi secara langsung ini juga terbagi lagi menjadi beberapa cara, yaitu sebagai berikut ini.
* Antropometri
Cara menghitung status gizi dengan antropometri dilakukan melalui pengukuran dimensi dan komposisi tubuh seseorang sesuai dengan umurnya. Metode antropometri sudah lama dikenal sebagai indikator sederhana untuk penilaian status gizi perorangan maupun masyarakat dan biasanya dipakai untuk mengukur status gizi yang berhubungan dengan asupan energi serta protein.
Dengan antropometri, Anda akan menjalani pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan lingkar perut. Menurut Kementerian Kesehatan, orang dewasa juga bisa menjadikan lingkar perut, lingkar pinggang, hingga indeks massa tubuh untuk menentukan status gizinya.
* Pemeriksaan klinis
Ini merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan perubahan yang berhubungan dengan kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi. Pemeriksaan klinis ini biasanya dilakukan dari mulai pemeriksaan bagian mata, hingga kaki. Meliputi konjungtiva mata, mukosa mulut, pemeriksaan dada, abdomen, hingga deteksi bengkak pada bagian kaki.
Dokter juga akan mempelajari riwayat medis pasien serta melakukan pemeriksaan fisik lainnya. Beri tahu dokter jika merasakan gejala tertentu yang Anda duga berhubungan dengan status gizi Anda.
* Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan biokimia dikenal juga dengan istilah cek lab. Pemeriksaan ini bisa berupa pemeriksaan darah, kadar albumin, pemeriksaan urine, pemeriksaan tinja pemeriksaan vitamin dan mineral yang berkaitan dengan kondisi pasien.
2. Penilaian status gizi secara tidak langsung
Penilaian gizi secara tidak langsung dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
* Survei konsumsi makanan
Penilaian status gizi ini dilakukan dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh individu maupun keluarga. Data yang didapat dapat berupa data kuantitatif (jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi) maupun kualitatif (frekuensi maupun kebiasaan dalam makan).
* Data statistik yang berkaitan dengan nutrisi
Data yang dimaksud misalnya angka kematian menurut umur tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian, statistik pelayanan kesehatan, hingga angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan kekurangan gizi.
* Faktor ekologi
Penilaian status gizi dengan faktor ekologi dipilih karena masalah gizi dapat muncul akibat interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis, fisik, dan lingkungan budaya. Metode ini dilakukan untuk mengetahui penyebab kejadian gizi salah (malnutrisi) di suatu masyarakat, agar selanjutnya bisa segera ditangani.
Faktor yang memengaruhi status gizi
Menurut Kementerian Kesehatan RI, hasil penilaian status gizi akan sangat bergantung pada berbagai faktor, seperti:
1. Faktor primer
Faktor ini mencakup kuantitas maupun kualitas gizi yang masuk ke tubuh, misalnya porsi makan, kebiasaan makan yang salah, pengetahuan tentang kandungan gizi pada pangan tertentu, hingga faktor sosial-ekonomi.
2. Faktor sekunder
Faktor ini berhubungan dengan adanya penyakit dari tubuh Contoh masalah yang mengganggu faktor sekunder ini adalah gangguan pencernaan, penyerapan, metabolisme, hingga ekskresi.
Jika merasa mengalami masalah dengan gizi, jalani penilaian status untuk gizi di puskesmas atau rumah sakit. Tenaga medis akan memberi rekomendasi pola hidup sehat sesuai kebutuhan Anda.
Jika ingin berkonsultasi langsung pada dokter, Anda bisachat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Download aplikasinya sekarangdi Google Play dan Apple Store.