Stres Kerja Pengertian Gejala Penyebab Dan Cara Mengatasi
Stres kerja adalah keadaan emosional yang dialami oleh seorang pekerja berupa kondisi tidak tenang, cemas, tegang, takut atau gugup yang disebabkan adanya ketidaksesuaian beban kerja atau lingkungan kerja dengan kemampuan atau kepribadian pekerja sehingga menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi berbagai tuntutan dalam pekerjaan. Stres kerja merupakan suatu kondisi yang dialami seseorang ketika bekerja, berupa perasaan tidak menyenangkan yang disebabkan oleh adanya ketegangan yang mempengaruhi baik psikologis maupun fisik seseorang.
Stres kerja merupakan respon adaptif seorang pekerja terhadap suatu kondisi yang dirasa mengancam atau menantang. Stres kerja adalah keadaan dimana terjadi kesulitan, ketidaknyamanan, melelahkan, dan menakutkan yang dialami oleh pekerja. Stres kerja juga dapat berupa ungkapan dari emosional dan fisik yang timbul apabila kemampuan pekerja tidak sesuai kebutuhan sumber daya. Stres kerja sangat berdampak buruk bagi perusahaan, karena jika karyawan mengalami stres kerja maka pekerjaan karyawan dapat terhambat dan produktivitas kerja akan menurun. Stres kerja menciptakan ketidakseimbangan antara fisik dan psikis yang berpengaruh pada emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang pekerja. Stres kerja juga menjadi salah satu faktor penghambat dan pengganggu individu dalam produktivitas di lingkungan kerja. Stres kerja terjadi karena ketidakseimbangan antara potensi individu dengan tuntutan kerja serta tujuan organisasi yang memengaruhi fisik, psikis serta emosi individu. Stres kerja adalah sebuah konsep yang terus-menerus bertambah karena jika meningkatnya permintaan tuntutan kerja maka potensi stres kerja juga semakin meningkat dan peluang untuk menghadapi ketegangan akan ikut bertambah. Pengertian Stres Kerja Berikut definisi dan pengertian stres kerja dari beberapa sumber buku dan referensi: * Menurut Munandar (2008), stres kerja adalah hasil dari kurang atau tidak adanya kecocokan antara seseorang (dalam kepribadian, bakat, dan kecakapannya) dengan lingkungannya sehingga mengakibatkan ketidakmampuan dirinya dalam menghadapi berbagai tuntutan dalam hidupnya. * Menurut Handoko (2008), stres kerja adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang dialami seseorang ketika bekerja yang disebabkan oleh suatu kondisi ketegangan yang dapat mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi fisik seseorang. * Menurut Luthans (2011), stres kerja adalah sebuah respon adaptif pekerja yang diperantarai oleh proses psikologi, kondisi lingkungan dan perbedaan individu yang merupakan akibat dari tuntutan fisik atau psikologi seseorang secara berlebihan. * Menurut Mangkunegara (2017), stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stres ini tampak dari simptom, antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat, dan mengalami gangguan pencernaan. * Menurut Vanchapo (2020), stres kerja adalah keadaan emosional yang timbul karena adanya ketidaksesuaian beban kerja dengan kemampuan individu untuk menghadapi tekanan tekanan yang dihadapinya. Stres juga bisa diartikan sebagai suatu kondisi ketengan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis yang memengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang pegawai. Gejala-gejala Stres Kerja Menurut Robbins (2007), stres kerja yang dialami oleh seorang pekerja ditandai dengan tiga gejala, yaitu: 1. Gejala fisiologis. Stres menciptakan penyakit-penyakit dalam tubuh yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, sakit kepala, jantung berdebar, bahkan hingga sakit jantung. 2. Gejala psikologis. Gejala yang ditunjukkan adalah ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan, suka menunda dan lain sebagainya. Keadaan stres seperti ini dapat memacu ketidakpuasan. 3. Gejala perilaku. Stres yang dikaitkan dengan perilaku dapat mencakup dalam perubahan dalam produktivitas, absensi, dan tingkat keluarnya karyawan. Dampak lain yang ditimbulkan adalah perubahan dalam kebiasaan sehari-hari seperti makan, konsumsi alkohol, gangguan tidur dan lainnya. Adapun menurut Lantara dan Nusran (2019), gejala-gejala stres kerja dapat dapat dilihat dari beberapa ciri atau indikator, yaitu sebagai berikut: 1. Fisik. Yaitu sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan leher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi. 2. Emosional. Meliputi marah-marah, mudah tersinggung, dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang, dan kelesuan mental, intelektual yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi oleh satu pikiran saja. 3. Interpersonal.Yaitu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup diri secara berlebihan, mudah menyalahkan orang lain. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja Menurut Robbins dan Judge (2008), terdapat tiga faktor utama yang dianggap mempengaruhi stres kerja pada seseorang, yaitu sebagai berikut: a. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan antara lain yaitu: 1. Ketidakpastian ekonomi. Seseorang yang mengalami keadaan perekonomian yang menurun akan menjadi semakin cemas terhadap kesejahteraan dirinya. 2. Ketidakpastian politik. Keadaan politik yang tidak menentu akan mengakibatkan munculnya stres dalam diri seseorang. 3. Ketidakpastian teknologi. Kemajuan teknologi dapat membantu kinerja karyawan, namun penggunaan teknologi yang kurang atau tidak optimal dapat menghambat keterampilan dan pengalaman karyawan. b. Faktor Organisasi Faktor organisasi antara lain yaitu: 1. Tuntutan tugas. Tuntutan tugas mencakup desain pekerjaan karyawan seperti otonomi, keberagaman tugas, dan tingkat otomatisasi, kemudian kondisi kerja, dan tata letak fisik. Semakin banyak tugas seorang karyawan saling tergantung dengan tugas karyawan lainnya, semakin berpotensi menimbulkan stres kerja. Kondisi fisik seperti suhu, kebisingan, atau kondisi kerja yang berbahaya dan tidak diinginkan juga dapat menimbulkan kecemasan sehingga dapat menimbulkan stres. 2. Tuntutan peran. Tuntutan peran adalah tuntutan yang diberikan kepada seorang karyawan dalam menjalankan pekerjaannya. Seorang karyawan harus memahami peran dan tugasnya di dalam sebuah perusahaan. Jika seorang karyawan tidak mengetahui apa yang menjadi peran dan tanggung-jawabnya di dalam perusahaan, karyawan tersebut akan mengalami kebingungan dan ketidakjelasan mengenai apa yang harus ia lakukan. 3. Tuntutan pribadi. Tuntutan pribadi adalah stres kerja yang berkaitan dengan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya. Kurangnya dukungan sosial dari karyawan lainnya dan terjalinnya hubungan yang buruk antar karyawan dapat menjadi salah satu penyebab stres terutama pada karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi. 4. Struktur organisasi. Aturan kerja yang tidak jelas ataupun berlebihan serta tidak adanya partisipasi dalam pengambilan keputusan dapat menyebabkan terjadinya stres kerja. 5. Kepemimpinan organisasi. Gaya kepemimpinan atasan yang kurang baik seperti gaya kepemimpinan yang otoriter dapat menyebabkan terjadinya stres kerja. c. Faktor Individu Faktor individu antara lain yaitu: 1. Keluarga. Hubungan antar anggota keluarga yang tidak harmonis seperti hubungan dengan suami/istri maupun ketidakharmonisan hubungan dengan anak dapat menimbulkan stres kerja. 2. Ekonomi. Rendahnya tingkat perekonomian seseorang dan atau ketidakmampuan seseorang dalam mengelola keuangannya dapat menjadi penyebab terjadinya stres kerja. 3. Kepribadian. Stres juga dapat terjadi akibat dari bagaimana kepribadian seseorang menanggapi dan menerima perubahan ataupun tuntutan dari pekerjaannya. Cara Mengatasi Stres Kerja Menurut Mangkunegara (2017), dalam mengatasi stres kerja dapat dilakukan dengan menjalankan tiga pola, yaitu: 1. Pola sehat. Yaitu pola menghadapi stres yang terbaik dengan kemampuan mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya stres tidak menimbulkan gangguan, tetapi menjadi lebih sehat dan berkembang. 2. Pola harmonis. Yaitu pola menghadapi stres dengan kemampuan mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan kesibukan dan tantangan, dengan cara mengatur waktu secara teratur. 3. Pola patologis. Yaitu pola menghadapi stres dengan berdampak pada berbagai gangguan fisik maupun sosial-psikologis. Strategi pendekatan untuk mengurangi stres kerja dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu salah satunya dengan pendekatan individu atau pribadi, yaitu seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mengurangi tingkat stresnya. Strategi yang bersifat pribadi yang cukup efektif adalah pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Menurut Wijono (2015), terdapat dua strategi pendekatan secara pribadi yang dapat digunakan dalam mengelola stres, yaitu: a. Strategi Psikologis Strategi psikologis ini menitikberatkan pada usaha mengelola stres kerja untuk tujuan perubahan perilaku melalui : 1. Peningkatan kesadaran diri, kesadaran diri bertujuan untuk membantu menjernihkan pikiran seseorang agar dapat mengendalikan emosi dan menghindari beban psikis dan stres kerja yang bersumber dari kondisi, situasi, atau peristiwa dalam pekerjaannya. 2. Pengurangan ketegangan, strategi yang digunakan dalam pengurangan ketegangan dalam stres kerja ini adalah mencari tempat yang tenang untuk melakukan meditasi, menempatkan posisi tubuh dengan nyaman dan rileks, memejamkan mata dan melepaskan ketegangan otot-otot dengan mendengarkan pernapasan kita secara teratur selama lebih kurang 15 hingga 20 menit. 3. Konseling dan psikoterapi, usaha yang dilakukan dalam konseling dan psikoterapi ini adalah menemukan masalah dan sumber-sumber ketegangan yang dapat menimbulkan stres kerja, menolong mengubah pandangan seseorang terhadap kondisi, situasi, atau peristiwa yang menimbulkan stres kerja. b. Strategi Fisiologis Strategi Fisiologi ini menitikberatkan pada usaha mengelola stres kerja untuk tujuan melatih kesehatan fisik/olahraga, yang berperan positif untuk mengurangi pengaruh-pengaruh stres kerja dengan mengadakan latihan fisik, dengan mengatur makan secara bijaksana, berhenti merokok maupun olahraga seperti renang, senam kebugaran jasmani, badminton, basket, lari atau jalan pagi, dan bersepeda. Selain strategi dengan pendekatan secara pribadi, stres kerja juga dapat dikurangi dengan pendekatan organisasi. Menurut Wijono (2015), beberapa strategi pendekatan organisasi yang digunakan untuk menghindari stres kerja adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan komunikasi Salah satu cara yang efektif untuk mengurangi ketidakjelasan peran dan konflik peran adalah meningkatkan komunikasi yang efektif di antara manajer dan karyawan, sehingga akan tampak garis-garis tugas dan tanggung jawab yang jelas antara keduanya. Situasi semacam ini dapat mengurangi timbulnya stres kerja dalam organisasi. b. Sistem penilaian prestasi dan sistem ganjaran yang efektif Sistem penilaian prestasi dan ganjaran yang efektif perlu diberikan oleh manajer kepada karyawan mereka. Ketika ganjaran diberikan kepada karyawan, karyawan telah menyadari bahwa ganjaran tersebut berhubungan dengan prestasi kerjanya. Ia menyadari juga bahwa ia bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan kepadanya yang akan mengurangi konflik peran. Situasi ini terjadi bila hubungan di antara atasan dan bawahan berada dalam suasana kerja dan sistem penilaian prestasi kerja efektif. c. Meningkatkan partisipasi Untuk dapat mengurangi ketidakjelasan peran dan konflik peran, pengelola perlu meningkatkan partisipasi terhadap proses pengambilan keputusan, sehingga setiap karyawan yang ada dalam organisasi mempunyai tanggung jawab bagi peningkatan prestasi kerja karyawan. Dengan demikian, kesempatan partisipasi yang diberikan oleh manajer kepada karyawan-karyawannya dalam menyumbangkan pikiran atau ide-idenya, memungkinkan karyawan dapat meningkatkan prestasi dan kepuasan kerjanya dan mengurangi stres kerjanya. d. Memperkaya tugas Setiap manajer perlu memberikan dan memperkaya tugas kepada karyawan agar mereka dapat lebih bertanggung jawab, lebih mempunyai makna tugas yang dikerjakan, dan lebih baik dalam melaksanakan pengendalian serta umpan balik terhadap produktivitas kerja karyawan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Situasi semacam ini dapat meningkatkan motivasi kerja dan memenuhi kebutuhan karyawan sehingga dapat mengurangi stres yang ada di dalam diri mereka. e. Mengembangkan keterampilan, kepribadian, dan pekerjaan Mengembangkan keterampilan, kepribadian, dan pekerjaan merupakan salah satu cara untuk mengelola stres kerja di dalam organisasi. Pengembangan keterampilan dapat diperoleh melalui latihan-latihan yang sesuai dengan kebutuhan karyawan dan organisasi atau pengembangan kepribadian yang dapat mendukung usaha pengembangan baik secara kuantitas maupun kualitas. Daftar Pustaka * Munandar, A.S. 2008. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia. * Handoko, T.H. 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE. * Luthans, Fred. 2011. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Andi. * Mangkunegara. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya. * Vanchapo, A.R. 2020. Beban Kerja dan Stres Kerja. Pasuruan: Qiara media. * Robbins, S.P. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta: Indeks. * Lantara, D., dan Nusran, M. 2019. Dunia Industri, Perspektif Psikologi, Tenaga Kerja. Makassar: Nas Media Pustaka. * Robbins, S.P., dan Judge, T.A. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. * Wijono, S. 2015. Psikologi Industri dan Organisasi: Dalam Suatu Bidang Gerak Psikologi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana.