Tiga Cara Mengatasi Diare Yang Aman Saat Bepergian
Bagi yang hobi jalan-jalan, pastinya wisata kuliner jangan (sampai) dilewatkan. Kuliner lokal yang ditemui di tempat wisata itu jelas tak setiap hari bisa dijumpai. Tapi, jika setelah menikmati wisata kuliner, lalu tubuh terserang diare, bagaimana cara mengatasi diare itu ya?
Diare saat bepergian di jalan itu sulit dihindari. Tubuh yang lelah, cuaca yang tak ramah, serta cita rasa menu lokal yang asing saat dikunyah membuat daya tahan (imunitas) seseorang musafir atau pelancong melemah. Bakteri dan virus penyebab diare pun akan mudah merambah.
Lalu, bagaimana caranya mengidentifikasi diri kita telah terkena diare? Menurut definisi dari Kemenkes RI (2011) yaitu, “diare adalah suatu kondisibuang air besar (BAB) seseorang yang lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja, dengan frekuensi lebih dari 3x (tiga kali) sehari.”
Pastikan obat herbal selalu menemani perjalanan Anda sebagai cara mengatasi diare (Dokpri)
Saat kita sedang di rumah dan bisa tiduran sekalipun, menderita diare itu (lumayan) melelahkan. Bolak-balik ke kamar mandi jelas menghabiskan tenaga. Diisi makanan apapun, ujung-ujungnya keluar juga. Tapi, kalau sampai perut kosong, bisa tambah semakin lemas.
Terbayang kan repotnya terkena diare saat bepergian? Kondisi toilet umum yang kurang bersih membuat kita maju mundur (minus ‘cantik’) ketika akan memakainya. Tambah repot saat perjalanan masih harus diteruskan sampai tujuan. Pengalaman itu pernah saya alami langsung.
Satu waktu, saya menghadiri seminar ekonomi dari pagi hingga sore di Jakarta. Padahal, sehari sebelumnya, jadwal mengajar saya di Bogor baru berakhir di malam hari. Di lokasi, konsentrasi saya terbagi antara melawan kantuk (plus lapar) dengan mendengarkan isi seminar.
Bakteri penyebab diare, E.coli/warna merah, menempel di saluran pencernaan dan mengeluarkan racun yang membuat perut melilit ()
Tak heran, saat makan siang tiba, dengan semangat 45, saya langsung lahap menyantap barisan menu yang lezat dan nikmat. Entah itu makanan pedas ataupun bersantan, dingin maupun hangat, semuanya saya sikat. Maklum, lapar mata karena paginya hanya sarapan roti.
Seusai seminar, saya kembali ke Bogor dengan Commuter Line. Jam pulang kantor membuat kereta penuh sehingga saya harus berdiri. Sekitar 30 menit di KRL, keringat dingin mulai bermunculan. Bukan itu saja. Perut saya pun mulai melilit-lilit tak karuan. Wah, gawat nih!
Saya pun berencana untuk ke toilet di stasiun akhir di Bogor saja. Namun, rencana tinggal rencana. Di satu stasiun, keringat dingin semakin membanjiri wajah. Sakit di perut pun semakin bertambah. Jadilah saya turun dulu dari KRL dan secepat kilat menuju toilet terdekat di stasiun.
Selain mengatasi flu, Tolak Angin SidoMuncul juga bisa mengobati diare (Dokpri)
Ternyata, setiba di Bogor, saya harus menyambangi toilet stasiun lagi. Sebelum naik angkot, saya membeli sebotol air mineral lagi agar tidak kekurangan cairan. Dugaan saya tepat, diare telah menyerang, duh! Sampai di rumah, toilet menjadi tempat pertama yang saya tuju.
Kenangan pahit itu membuat saya (jauh) lebih berhati-hati saat bepergian. Selain air mineral, minyak aromaterapi dan obat juga selalu mengisi tas saya. Untuk obat herbal yang praktis dan teruji khasiatnya sejak 1951, Tolak Angin Sido Muncul adalah pilihan utama saya.
Lihat Healthy Selengkapnya Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
Lihat Semua Komentar (2)