Alat Musik Rebab Pengertian Sejarah Asal Dan Cara Memainkan

Rebab merupakan alat musik gesek tradisional. Rebab seringkali digunakan untuk mengiringi kesenian jaipongan, wayang golek, ketok tilu, dan lainnya.

Alat musik tradisional ini juga digunakan orang Betawi, Jawa, Sunda, Madura, hingga Bali. Namun, rebab dari masing-masing daerah ini memiliki perbedaan mulai dari sistem tangga nada, teknik ornamentasi, dan lain sebagainya.

Lalu dari mana asal usul rebab? Simak selengkapnya di bawah ini ya!

Pengertian Alat Musik Rebab
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan rebab sebagai alat musik gesek menyerupai biola bertali dua atau tiga, biasanya digesek dengan cara ditegakkan di lantai dan penggeseknya berada di belakang rebab.

Sementara itu, mengutip Agus Heri dalam skripsi berjudul Rebab Tilu Wanda dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (ISBI), dilihat dari segi etimologi, rebab berasal dari bahasa Perancis ‘rabab’ yang bermakna sedih. Hal itu juga dikemukakan Soepandi dalam buku yang berjudul Inleiding tot de Muzewik Gechledenus.

Namun, tak semua karakter yang dimainkan rebab bernada sedih tapi bisa juga gembira, marah, dan sebagainya bergantung pada lagu yang dibawakan dan laras yang digunakan.

Sejarah Alat Musik Rebab
Sejarah alat musik rebab dikenal sejak ditulis dalam kitab Al Musiqi Al Kabir yang ditulis Al Farabi ( SM). Al Farabi menyebut orang Arab menyebut alat musik gesek ini dengan rabab.

Rabab mulai terkenal di Cordoba yang merupakan pusat kekhalifahan Islam, ke Eropa Barat pada abad VIII M. Di Eropa rabab berkembang menjadi cello dan biola.

Alat musik gesek ini pun semakin dikenal dan masuk ke Nusantara karena dibawa pedagang Turki dan Asia Tengah. Kemudian rebab merambah ke Tiongkok, India, dan Persia.

Alat musik rebab dari Turki. Foto: Georges Jansoone/Wikimedia Commons

Di Afghanistan rebab dikenal sebagai rubab, dan dalam bahasa Persia disebut dengan rabab yang berarti kumpulan alat musik gesek. Dari Timur Tengah, alat musik ini masuk ke India dan dikenal sebagai sarod. Kala itu, pemain sarod terkenal bernama Tansen ( ).

Namun, ada perbedaan antara sarod dan rebab. Sarod dimainkan dengan cara dipetik sedangkan rebab dimainkan dengan cara digesek.

Kembali ke Nusantara, dalam kesenian Betawi, alat musik rebab sering ditemukan sebagai instrumen pengiring pertunjukan wayang kulit dan topeng Betawi. Lalu di kesenian Jawa, rebab merupakan bagian dari gamelan yang menjadi penghias gending dan menjadi penuntun arah lagu sinden.

Dalam budaya Melayu Riau, rebab memiliki kedudukan tinggi. Hal ini terlihat dalam tarian Menghadap Rebab pada teater tradisional Makyong, karena para pemain yang menari duduk menghadap pemain rebab.

Fungsi Alat Musik Rebab
Agus Heri dalam skripsi berjudul Rebab Tilu Wanda menyebutkan dalam penyajian Tembang Sunda Cianjuran, Celempungan, maupun Ketuk Tilu, rebab berfungsi sebagai pengiring lagu-lagu yang dibawakan. Rebab juga berfungsi untuk mendampingi alur melodi pada vokal.

Dalam membawakan melodi rebab dibagi menjadi tiga bagian di antaranya:

1. Merean
Yaitu sebagai pemberi nada awal pada sinden. Dalam kesenian melodi rebab mendahului melodi lagu yang akan dibawakan oleh sinden, kemudian sinden mengikutinya sesuai dengan alur melodi yang diberikan rebab.

2. Marengan
Yaitu antara melodi rebab dan melodi pada sinden disajikan dalam struktur melodi secara bersamaan.

3. Muntutan
Artinya rebab mengikuti alur melodi pada sinden, kemudian memberi hiasan-hiasan ornamentasi di bagian akhir melodinya.

Cara Memainkan Alat Musik Rebab
Rebab dimainkan dengan cara digesek. Meski begitu, ada teknik khusus seperti posisi rebab, teknik gesekan, hingga teknik ornamentasi agar waditra rebab menghasilkan nilai estetika yang enak didengarkan.

Berikut yang perlu diperhatikan:

1. Sikap dan Penempatan Posisi Rebab
Cara duduk, cara menempatkan posisi rebab, dan cara memegang rebab menjadi salah satu hal yang wajib diperhatikan. Sebab, hal ini akan mempengaruhi kualitas bunyi yang dihasilkan.

Posisi badan yang benar saat memainkan rebab yaitu dengan duduk dalam posisi badan tegak, dan posisi kaki dilipat (bersila). Kemudian posisi rebab pada umumnya diletakkan kira-kira 60 derajat di samping badan atau rebab diletakkan di depan berdekatan dengan lutut kiri.

Posisi empat jari tangan yang terdiri dari telunjuk, jari tengah, jari manis, dan kelingking berfungsi sebagai penekan dawai. Sementara ibu jari berfungsi sebagai penahan batang rebab agar tidak jatuh atau goyang.

2. Teknik Gesekan
Teknik menggesek rebab Sunda dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Digelosor : teknik menggesek dengan gerakan dari kiri ke kanan dan sebaliknya. Gerakan gesekan tersebut dilakukan tidak terputus-putus, dimulai dari pangkal sampai ujung pangeset. Artinya dari kiri ke kanan hanya satu gesekan, begitu pun sebaliknya.
2. Disebit sadami : teknik menggesek dari kiri ke kanan dan sebaliknya dengan gerakan yang terputus-putus (staccato). Artinya dalam satu gerakan dari ujung ke ujung pangeset, serta gerakan dari kanan ke kiri ada beberapa kali staccato, begitu pun sebaliknya.
3. Dikerecek : teknik gesekan dari kanan ke kiri sampai ke kanan lagi dilakukan dengan gerakan yang cepat.

3. Teknik Tengkepan
Teknik tengkepan merupakan teknik membunyikan suara dengan cara ditekan menggunakan ujung jari tangan di bagian dawai.

4. Teknik Ornamentasi
Teknik ornamentasi rebab merupakan teknik menyuarakan rebab dari hasil tengkepan an gesekan yang di dalamnya terdapat karakter estetika musikal yang berbeda-beda. Setiap tokoh memiliki teknik ornamentasi yang berbeda-beda, di antaranya:

* Puruluk : tengkepan yang menggunakan dua jari. Jari satu menekan dawai, sedangkan jari yang lain menyinggung-nyinggung dawai yang sedang digesek.
* Pacok : tengkepan untuk membunyikan nada pendek dalam satu kali gesekan menggunakan dua jari.
* Meujit : tengkepan untuk membentuk nada yang paling tinggi dengan menggunakan jari kelingking.
* Getet : tengkepan yang menggunakan dua jari dengan cara dihimpitkan. Pada nada agak panjang, jari yang kena dawai digetarkan.
* Malih Warni : tengkepan di mana jari si penengkep di luar posisi yang semestinya. Umpamanya untuk menghasilkan nada 1 (da) laras salendro, menurut aturan posisi jari harus memakai jari telunjuk, tetapi malah ditengkep dengan menggunakan jari tengah.
* Lelol : tengkepan yang menggunakan tiga jari yaitu telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Telunjuk menengkep dawai, sedangkan jari tengah dan jari manis melakukan singgungan-singgungan secara bergantian.
* Paut : teknik menengkep dengan cara memindahkan posisi jari yang berada di atas sampai ke bawah tanpa melepaskan jari tersebut dari dawai yang sedang ditekan.

Nah itulah pengertian, sejarah, dan cara memainkan alat musik rebab detikers. Semoga bermanfaat ya!

Simak Video “Ada Terduga Teroris, Standar Masuk MUI Dipertanyakan”
[Gambas:Video 20detik]
(ams/fds)