Bedah Minor PDF Documents Community Sharing

* The preview only display some random pages of manuals. You can download full content via the form below.

The preview is being generated… Please wait a moment!

* Submitted by:
* File size: 2.5 MB
* File type: application/pdf
* Words: 30,850
* Pages: 166

Report / DMCA this fileAdd to bookmarkDescription
Instrumen Instrumen Standar Alat-alat minimal yang harus disediakan adalah: 1. Gunting diseksi sebanyak 1 buah 2. Gunting diseksi metzenbaum sebanyak 1 buah 3. Gunting Aff Hecting sebanyak 1 buah 4. Gunting kasa/linen sebanyak 1 buah 5. Klem/forceps mosquito sebanyak 3 buah 6. Klem/forceps pean lurus sebanyak 2 buah 7. Pinset anatomis sebanyak 1 buah 8. Pinset sirurgis sebanyak 1 buah 9. Needle holder (nald voeder) sebanyak 1 buah 10. Jarum jahit (nald heacting) sebanyak 1 buah jika tidak menggunakan benang yang bersatu dengan jarumnya. 11. Bisturi (bistuori/mess/blade) dan pegangannya 1 buah 12. Klem koher sebanyak 1 buah 13. Kuret kecil sebanyak 1 buah 14. Alat lain sesuai teknik insisi/hemostasis sebanyak 1 buah 15. Koorntang (korentang) dan wadahnya sebanyak 1 buah 16. Kom kecil sebanyak 2 buah (untuk tempat larutan antiseptik) 17. Tempat instrumen 18. Neerbeken/bengkok 19. Hak (retractor) 20. Ring forceps sebanyak 1 buah 21. Trokar sebanyak 1 set

Gunting Diseksi Mayo

Gunting diseksi Metzenbaum

Gunting aff hecting/Stitch scissors

Gunting kassa/Bandage scissors

Klem arteri/mosquito/pean bengkok

Mathieu needle holder

Ring forceps/sponge forceps

Klem vena/pean lurus Pinset anatomis/ dressing forceps

Pinset sirurgis/ tissue forceps Needle holder (naald voeder)

Adson dressing forceps

Towl forceps

Adson tissue forceps

Neerbeken/bengkok

Macam-macam pisau Wound retractor /hak Scalpel handle

Senn retractor

Gillies retractor Trokar

DesMarres Lip retractor

Kuret

Koorntang (korentang) dan wadahnya Instrumen Penunjang Instrumen penunjang antara lain : 1. Tromol untuk menyimpan kasa dan duk steril 2. Autoklaf untuk sterilisasi alat

Instrumen Handling Ditulis Oleh: kapten Memegang instrumen dengan baik dan benar akan memudahkan nanuver-manuver yang dilakukan dan menghindari kerusakan jaringan dan material jahitan. Pinset Pinset sebaiknya dipegang tangan kiri. Prinsipnya seperti memegang sumpit, pinset dianggap sebagai perpanjangan jari telunjuk dan ibu jari. Selama melakukan pembedahan sebaiknya pinset tidak dilepas dan kemudian diambil kembali tetapi biasakanlah”menyimpan” pinset di tangan kiri dengan menjepitnya dengan menggunakan jari manis dan kelingking, sehingga ibu jari telunjuk dan jari

Memegang pinset jika tidak digunakan Pisau Jenis pisau : 

Pisau yang gagang dan matanya disposable

Pisau yang matanya disposable dengan gagang reusable

Pisau yang gagang dan matanya merupakan suatu kesatuan dan reusable

tengah bebas bekerja (lihat gambar).

Memegang pinset untuk digunakan

Skalpel 

Dipegang seperti memegang pisau dapur

Tekanan jari telunjuk merupakan penentu kedalaman insisi

Dua jari (telunjuk dan ibu jari) tangan lainnya dapat dipakai untuk fiksasi kulit atau counter traction

Pisau lebih mengarah ke horizontal, karena bagian yang menyayat adalah perut pisau.

Bistauri 

Dipegang seperti memegang pena

Pisau mengarah ke vertikal karena yang menyayat adalah ujung mata pisau

Kelingking tangan yang sama merupakan alat fiksasi

Cara memegang pisau untuk insisi besar/panjang Klem/Hemostat Dikenal 2 macam yaitu: 

Bergigi (Kocher)

Tidak bergigi (Pean)

Keduanya dapat berbentuk lurus atau bengkok. Diajarkan cara membuka klem dengan tangan kanan dan tangan kiri

Cara memasang pisau pada handlenya

Membuka Klem Apabila mempergunakan hemostat yang bengkok maka ujungnya harus menuju ke permukaan Kanan 

Jari tidak boleh masuk lebih dari satu phalanx

Gerakan pembuka merupakan gerakan yang berlawanan dari ibu jari dan jari tengah

Kiri  Cara memegang pisau untuk insisi yang kecil

Jari tidak dimasukkan ke dalam lubang pegangan

Gerakan pembuka merupakan gerakan yang berlawanan dari ibu jari dan jari manis

Gerakan menggunting

Gerakan membuka

Gerakan mendorong sambil mengunting

Perhatikan, jari tidak sampai masuk lebih dari phalanx distal

Perhatikan jari telunjuk sebagai penahan

Memegang klem dengan tangan kiri Gunting Memegang gunting jari juga tidak boleh masuk lebih dari satu phalanx. Pada saat memotong benang dengan memakai gunting kasar, gunting harus dimiringkan sedemikian rupa sehingga dapat terlihat panjang benang sisa. Apabila menggunakan gunting yang bengkok, maka posisi harus sedemikian rupa sehingga ujungnya harus tetap terlihat. Gerakan Gunting untuk Diseksi

Jari telunjuk sebagai landasan Needle Holder Jarum tidak boleh dipegang dengan tangan. Benang tidak boleh dijepit dengan instrument, kecuali bagian ujung atau bagian yang aka dibuang Jarum dipegang pada sepertiga pangkal, kurang lebih 1-2 mm dari ujung needle holder. Posisi needle holder :

PRONASI

: pada waktu menusuk dan mengambil jarum

MID POSITION : pada waktu pengambilan jarum siap pakai SUPINASI

: tidak dianjurkan dipakai untuk pengambilan jarum Pronasi Perhatikan Alur Mekanik Needle Holder, agar saat mengikat benang tidak tersangkut

Mid posisi

Supinasi

Tombol kuning untuk memotong dan tombul biru, untuk koagulasi

Perhatikan posisi needle holder memegang jarum pada tiap tahapan jahitan Needle holder digambarkan sebagai 2 titik pada jarum. Cauter Teknik memegangnya sama dengan memegang pensil dengan ibu jari memegang salah satu tombol. Tombol biru untuk koagulasi dan tombol kuning untuk memotong

Bahan Habis Pakai Ditulis Oleh: kapten Berikut adalah bahan yang digunakan untuk teknik dorsusisi dan guelotin Benang Benang yang dipakai dalam ligasi ataupun hekting adalah

Benang absorbable Benang yang bersatu langsung dengan jarumnya relatif kurang

absorbable atau yang dapat diserap. Yang sering dipakai adalah

traumatik jika dibandingkan dengan jarum yang terpisah dengan

benang cat gut (plain cat gut). Dahulu benang ini dibuat dari

benangnya. Ini disebabkan pada jarum yang terpisah mempunyai

usus kucing (cat = kucing, gut = usus). Sekarang dibuat dari sub mukosa/usus domba atau sapi. Cat gut dapat bertahan sampai terjadi absorpsi sekitar 10 hari. Penjahitan dengan cat gut ini secara mikroskopis banyak sekali menimbulkan reaksi radang di sekitar tempat jahitan. Terdapat juga cat gut yang telah diolah dengan asam kromat, yang disebut Chromic Cat gut. Reaksi radang yang ditimbulkan jauh lebih rendah. Absorbsi hasil olahan ini lebih lama jika dibandingkan plain cat gut, yaitu sekitar 21 hari. Ukuran yang digunakan adalah 5.0, 4.0, 3.0 tergantung besar dan kecilnya penis. Benang ini dikemas berupa gulungan dalam kotak sepanjang 100 m dan dipotong seperlunya. Ada juga benang yang langsung dengan jarumnya, dengan panjang sekitar 30 cm.

ujung, tempat memasukkan benang yang biasanya lebih lebar daripada badan jarumnya sendiri. Selain itu, jarum ini umumnya digunakan berkali-kali sehingga ketajamannya berkurang.

Cara mengambil benang Duk Bolong Duk ini berukuran sekitar 40 x 40 cm dengan lubang di tengahnya berdiameter 6 sampai 10 cm. Duk ini berguna untuk memperluas zona steril. Duk dapat dibuat dari bahan katun atau kertas serap kemudan disterilkan. Tulle Tulle merupakan benang-benang yang tersusun seperti jala dengan ukuran 10 x 10 cm yang dilumuri salep antibiotik framycetin sulfat BP 1% [soframisin]. Tulle dipakai sebagai Kasa Steril

balutan tepat pada daerah insisi. Selain berfungsi sebagai

Kasa yang digunakan adalah kasa steril yang bisa dibeli di apotek

antibiotik, tulle juga berguna merangsang proses granulasi dan

karena banyak dijual dalam kemasan kotak. Kita dapat pula

untuk memudahkan saat melepas balutan.

membeli kasa gulungan. Kasa gulungan ini kemudian dipotong dan dilipat dengan ukuran seperlunya kemudian disterilkan dengan autoklaf atau menggunakan tablet atau serbuk formalin yang disimpan secara campur dengan kasa dalam wadah tertutup sekurang-kurangnya 24 jam.

Tulle dalam kemasan dan yang sudah dibuka Plester Plester digunakan untuk fiksasi balutan.

Tromol untuk kasa

Balutan film transparan kedap air Obat Anestesi Obat anestesi yang banyak digunakan adalah lidokain HCl 2%. Sediaan terdapat dalam ampul 2 mL atau vial 50 mL. Untuk anestesi infiltrasi dapat diencerkan sampai 0,5% dengan aquabides. Dapat pula lidokain dicampur dengan markain dengan perbandingan 1:1.

Plester dengan berbagai macam bentuk dan ukuran Balutan Kedap Air Berupa lapisan film tipis, transparan elastis sehingga mudah menyesuaikan dengan bentuk luka. Keuntungannya adalah luka terhindar dari kontaminasi post op, jika ada perdarahan dengan mudah terlihat. Kerugiannya adalah evaporasi terganggu sehingga mempertinggi kelembaban daerah luka.

Lidokain dalam ampul dan vial

Sediaan obat anestesi dalam vial dan flakon

Larutaan Antiseptik Dipilih salah satu dari antiseptik berikut :

terhadap Staplylococcus aureus sehingga penggunaan triklosan 2% sebagai larutan untuk memandikan penderita kelainan kulit

Povidon Iodin 10%

methicilin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) sangat

Povidon Iodin merupakan kompleks iodium dengan

dianjurkan. Sebaliknya triklosan memiliki aktivitas antimikroba

polyvinylpirolidone yang relatif tidak merangsang dibandingkan

yang relatif rendah terhadap bakteri gram negatif, fungi, dan

dengan iodin, larut dalam air dan mempunyai daya kerja lebih

micobacterium. Triklosan (trichloro-hydroxy-diphenyl ether)

lama dari iodium, berguna sebagai antiseptik kulit maupun

adalah agen antimikrobial yang banyak digunakan pada

mukosa. Sebelum dilakukan tindakan operasi, perlu ditunggu

detergen, sabun, shampo , deodoran seta kosmetik dengan

sekitar 2 menit untuk menjadi iodium bebas. Hati-hati karena

konsentrasi penggunaan di bawah 0,5%.

pada beberapa orang dapat menimbulkan reaksi alergi dan iritasi terutama di kulit skrotum.Sesudah khitan selesai segera

Sarung tangan

bersihkkan dengan NaCl 0.9 % atau akuades.

Sarung tangan steril digunakan agar lapangan operasi tetap

Alkohol 70%

steril. Selain itu, penggunaan sarung tangan steril juga ditujukan

Alkohol merupakan bakterisid yang kuat dan cepat, baik untuk

untuk melindungi operator dari penyakit yang ditularkan melalui

gram negatif ataupun gram positif tetapi bersifat non-sporosidal.

darah yang mungkin diderita oleh pasien yang dikhitan.

Alkohol bekerja melalui koagulasi protein dinding sel bakteri.

Ukurannya tergantung kepada operator dan asisten, biasanya

Konsentrasi optimum sebagai antiseptik adalah 70%.

berkisar antara ukuran 6 dan 7 ½. Sarung tangan yang

Chlorhexidine gluconate

dibutuhkan minimal 2 pasang.

Savlon digunakan untuk keperluan antiseptik pembersih dan hanya digunakan untuk pemakaian luar. Savlon antiseptik sebaiknya tidak digunakan secara langsung pada mata, otak, meningen, telinga tengah, serta tidak digunakan untuk rongga tubuh. Untuk penggunaan secara umum larutkan mL dalam 1 sampai dengan 1,5 L air. Triklosan Triklosan memiliki aktivitas antimikroba yang cukup baik

Sarung tangan steril

Spuit (disposable syringe) Ukuran yang dipakai sebaiknya 2,5 cc, 3 cc,atau 1 cc dengan ukuran jarum 23 G 11/4 atau yang lebih kecil lagi,yaitu ukuran 27 G ½.

Spuit Kelengkapan Ruangan Kelengkapan ruangan yang diperlukan untuk tindakan sirkumsisi antara lain : 1.

Tempat tidur atau bed yang cukup nyaman

2. Lampu penerangan yang cukup Tempat sampah diletakkan di pinggir bawah meja operasi

Suture Material Ditulis Oleh: kapten

Benang diserap dalam waktu yang terbatas di dalam tubuh. Lamanya berada didalam tubuh dapat disesuaikan dengan organ yang dijahit dengan memilih jenis benang yang sesuai. Sedapat mungkin benang jangan hancur dahulu

Definisi

sebelum organ yang bersangkutan betul-betul rapat dan cukup

Suture materials adalah semua bahan yang dipakai untuk

kuat. Sebagai contoh, fasia harus dijahit dengan benang yang

meligasi atau mengaproksimasi jaringan dan menahannya

lama waktu penyerapannya, karena untuk penyembuhannya

sampai jaringan mengalami penyembuhan.

fascia butuh waktu yang cukup lama (hingga beberapa bulan).

Sejak tahun 2000 SM, penggunaan benang dari bulu binatang

Dengan alasan tertentu, kadang-kadang malah digunakan

telah dilakukan untuk menjahit luka. Seiring dengan

benang tak diserap untuk menjahit fasia. Benang tak diserap

perkembangan zaman, bahan-bahan untuk penjahitan bedah

akan berada seumur hidup. Benang-benang ini digunakan

berkembang dan bervariasi mulai dari sutra, linen, katun, tendon

misalnya pada penyambungan pembuluh darah dengan dacron

ataupun usus hewan, bahkan kini pun telah digunakan bahan

graft, dimana pembuluh darah yang merupakan organ hidup tak

dari benang logam tahan karat.

akan pernah mengalami penyambungan dengan graft yang merupakan benda mati. Disini jahitan dengan benang tak

Klasifikasi

diserap berfungsi mempertahankan penyatuan tadi. Harus

Benang untuk penjahitan luka dapat dibagi atas beberapa

diingat bahwa benang jahitan disini merupakan benda asing

kriteria , yaitu :

yang sedikit banyak akan mengakibatkan terjadinya reaksi dari jaringan tubuh. Karena itu, untuk tujuan meminimalkan reaksi ,

Penyerapan (absorbable or non-absorbable)

digunakan bahan yang inert dan memberikan reaksi yang

Asal Bahan (nature or synthetic)

minimal.

Asal Serat (monofilament or polyfilament)

PlainCatgut maupun chromic dan kolagen merupakan contoh

Pelapisan (coated or uncoated)

benang diserap, sedang polyamida (nylon) dan sutera (silk, zyde)

1.

Penyerapan

merupakan contoh benang tidak diserap.Keuntungan benang tidak diserap adalah dapat memberikan permanent support tidak

akan pernah habis namun meninggalkan benda asing dalam

yang sukar sembuh karena sulit dicapai makrofag. Sering terjadi

tubuh.

pembentukan sinus atau luka yang sukar sembuh pada penggunaan benang serat banyak. Bekas jahitan dengan benang

2.

Asal Bahan

ini lebih kasar dan nyata.

Benang-benang alami berasal dari bahan alam, contohnya rambut, bulu binatang, katun, linen dan catgut. Benang-benang

Benang serat banyak dapat dibagi dua, yaitu braided yang

ini telah digunakan sejak dahulu kala, mudah didapat dan relatif

berupa benang anyaman seperti rambut dikepang (contohnya

murah harganya.

polyester, polyglycolic acid, polyamide (polyfilament dan sutera), dan twisted dimana jalinan benang terdiri dari serat-serat yang

Benang sintetis harganya lebih mahal, namun mempunyai

dililit/dipilin (contohnya katun dan linen). Polyamide (nylon)

berbagai keunggulan dalam hal absorpsi yang terprediksi dan

dapat dijumpai dalam 2 bentuk yaitu berserat tunggal dan

umumnya telah disesuaikan dengan organ yang akan dijahit.

berserat banyak.

Contoh benang sintetis, polyglycolic acid, polypropylene, polyamide, polyester, polyglactin, polydioxanone, polyglyconate,

4.

Pelapisan

polynylidene, polybutylester dan stainless steel. Umumnya

Pelapisan benang (coated) mempunyai berbagai tujuan, bisa

benang-benang ini dijual dalam kemasan dan bentuk sediaan

untuk mendapatkan benang yang lebih kesat sehingga kekuatan

khusus.

simpulnya lebih baik, untuk mengamankan jalinan benang sehingga tampil lebih rapi dan kokoh, untuk menutup celah-celah

3. Serat Benang

(pore) pada anyaman sehingga tidak terdapat tempat kuman

Benang serat tunggal umumnya lebih lentur namun kekuatan

untuk bersarang, serta untuk meminimalisasi reaksi jaringan.

simpulnya (knotting security) biasanya lebih kecil, sehingga simpul jahitan mudah terbuka. Keunggulannya adalah bekas

Polyglycolic acid dan polydioxanone merupakan benang berserat

jahitannya (stitching mark) halus. Sedangkan benang serat

banyak dan berlapis. Sutera diberi lapisan lilin agar benang lebih

banyak lebih baik kekuatan simpulnya, karena jalinan seratnya

kaku dan lebih menggigit, serta untuk menutup celah-celah pada

membuat benang lebih kesat dan menggigit. Perlu diperhatikan

benang.

bahwa celah-celah yang terdapat pada benang merupakan tempat berkumpulnya nidus yang dapat menjadi fokal infeksi

Kriteria untuk penggunaan benang yang memenuhi syarat untuk penjahitan bedah antara lain

Absorba

Natu

Multifila

Catgut-

ble

ral

mant

plain

Memiliki kekuatan regangan (tensile strength) yang baik

sesuai dengan ukurannya. Mudah digunakan dan memiliki tahanan yang rendah

Catgut-

ketika diaplikasikan dalam jaringan

chromic

Mempunyai keamanan simpul yang baik, bebang tidak

mudah longgar dan lepas. Memiliki kemasan steril yang baik dan mudah dibuka

Monofila None

sehingga aman digunakan oleh personil bedah

ment

Reaksi minimal pada jaringan dan tidak cenderung

meningkatkan pertumbuhan bakteri Non-alergenik dan non-karsinogenik Tabel Klasifikasi Suture Materials

Synt

Multifila

Glycolic

hetic

ment

Acid Primer

Generic Breakdo

Origi Strand

wn

n

Name

Trade Name Polyglyc olic acid

Dexon (D+G)

Vicryl

25

(Ethicon)

Polyglact (Ethicon) in 910 Nonabs

Natu

Multifila

orbable

ral

ment

Silk

Polysorb (USSC)

Linen

Cotton

Monofila ment

Polydiox

PDS (Ethicon)

Stainless

anone

Trimethyl ene/

Steel

Maxon (D+G)

Glycolic acid

Poligleca prone

Monofila Stainless ment

Steel

Multifila

Polyester Ethibond/Mer

Monocryl Synt

hetic

ment

silene

Polybute

Ti-cron/

ster

Novafil

Dacron Dyflex/Teflex/ Polyflex

Polyethe

Dyloc

r Polyamid Surgilon e (Nylon) Nurolon Ukuran Benang (size) Benang dengan ukuran besar dipakai untuk menjahit struktur Monofila ment

Polyami

Ethilon

yang alot/liat. Untuk menjahit struktur halus, misalnya pada

de

Dermalon

operasi mata, digunakan benang-benang mulai dari ukuran

(Nylon)

Nylene (5/0) hingga 7/0. Makin banyak angka nol-nya , makin halus ukurannya. Untuk bedah mikro, dipakai benang ukuran 8/0 hingga 10/0. Harus diingat, makin besar ukuran benang, makin

Polyprop

Prolene

besar pula benda asing yang kita masukkan kedalam tubuh

ylene

Surgilene

penderita, yang berarti semakin besar pula reaksi jaringan. Kekuatan regangan (tensile strength)

Polyvinyl idene

Vilene

Uji tensile strength dilakukan dilaboratorium, tensile strength didefinisikan sebagai beban yang diberikan per unit area dan dinyatakan dalam psi atau kg/cm2 atau bisa juga didefinisikan sebagai kekuatan yang dibutuhkan untuk memutuskan jahitan yang dinyatakan dengan lb atau kg.

Makin kuat tensile strength suatu benang, makin besar pula

Reaksi berupa penyerapan atau penyingkiran material

dayanya dalam merapatkan luka. Benang jenis ini terutama

benang. Makin cepat penyerapan, makin besar reaksi seluler

dipakai untuk menahan luka didaerah yang bebannya tinggi,

jaringannya.

misalnya abdomen dan ekstremitas. Umumnya tensile strength paling baik pada benang stainless steel, sedang pada benang sintetis dan paling lemah pada benang alami.

Bahan alami cenderung untuk merangsang reaksi lekosit polimorfonuklear (PMN) dan makrofag, sedangkan bahan sintetis merangsang reaksi makrofag dan sel raksasa (giant cell). Besarnya reaksi jaringan akan memperlambat penyembuhan

Lebih kuat

Stainless steel

luka. Demikian juga dengan hasil akhir penyembuhan luka dipengaruhi oleh reaksi jaringan. Umumnya makin hebat reaksi

Tensile strength

Sedang

Polyamide, polypropylene

jaringan, tampilan akhir luka akan semakin kurang bagus. Penyerapan (Absorbtion)

Lebih lemah

Alami (sutera, catgut)

Ada 2 mekanisme penyerapan benang penjahit luka. Pertama, penyerapan melalui mekanisme enzimatik, misalnya terjadi pada catgut dan kolagen. Disini enzim proteolitik yang tersimpan

Reaksi jaringan (tissue reaction) Reaksi jaringan terhadap benang penjahit luka mempunyai ciriciri sebagai berikut : 

Mulai antara hari 1-3, karena benang merupakan benda asing dalam tubuh.

Reaksi yang terjadi tergantung dari bentuk fisik benang (monofilament, braided) atau dari struktur kimianya.

dalam lisosom PMN akan menghancurkan benang. Kedua, adalah mekanisme hidrolisa yang berefek pada air yang terkandung dalam benang. Gangguan pada air dalam benang akan menyebabkan benang lebih rapuh lalu hancur. Hidrolisa akan meningkat dengan perubahan pH. Keamanan simpul (knotting security) Makin kasar serat suatu benang, makin tinggi pula koefisien gesekannya (coefficient of friction). Dengan demikian, makin tinggi pula keamanan simpulnya. Benang berserat banyak umumnya mempunyai keamanan simpul yang lebih tinggi

daripada benang berserat tunggal. Pelapisan benang juga ikut

barang p (A) atau tidak (NA)

tahan terhadap regangan (breaking strength)

A

Bervariasi jelek

Hilang setelah hari ke 3

Chromic catgut

A

Baik

sedang

Hilang setelah hari ke 10

Collagen

A

Baik

sedang

Hilang setelah hari ke 10

Polyglycolic A acid DEXON IITM

Baik

baik

Tinggal 40% pd hari ke 14

Polyglactin VICRYIL TM

Baik

baik

Tinggal 40%pd

berperan, lilin yang dipakai melapisi sutera akan menyebabkan benang lebih kesat, sehingga simpulnya tak mudah longgar. Tetapi harap diingat, kelenturan (pliability) benang berserat banyak lebih kecil dari benang berserat tunggal, sehingga lebih

simpul (knot security)

dalam jaringan (tensile strength in tissues)

susah dimanipulasi sewaktu penjahitan. Lagi pula pencabutan benang dari luka lebih mudah bila benang berserat tunggal dan licin. Harus diperhitungkan juga bahwa benang berserat banyak akan meninggalkan bekas (stiching marks) yang lebih jelek dari benang berserat tunggal. Selain koefisien gesekan, jenis dan

Plain catgut

jumlah ikatan simpul juga memegang peranan dalam menentukan keamanan suatu simpul. Untuk kulit pada daerah yang ketegangannya tinggi (misalnya daerah abdomen dan ekstremitas), digunakan benang dengan keamanan simpul yang baik. Biasanya kepentingan estetis menjadi nomor dua pada daerah ini. Untuk mendapatkan keamanan simpul yang cukup, biasanya dilakukan manipulasi sesuai dengan jenis benang. Benang yang licin sebaiknya disimpul lebih banyak daripada benang yang kesat. Ini sesuai dengan hukum “approximation, no strangulation” ( merapatkan, bukan menjerat) pada penjahitan luka. Tabel Karakteristik benang penjahit luka

Jenis

Disera

Daya

Keamanan Tegangan

A

hari ke 14

Sutera

Katun

NA

NA

Sedang

Sedang

baik

baik

Tahan hingga 6 bulan

Monofilament polypropylene PROLENET M

NA

Baik

sedang

Bertahan

Steel wire

NA

Sangat baik

baik

Bertahan

Tahan hingga 6 bulan Penyesuaian ukuran benang dengan regio

Braided

NA

Baik

baik

Bervariasi hilangnya pada bln ke 6

Berdasarkan pertimbangan untung-rugi, maka dapat diambil patokan penyesuaian ukuran benang dengan daerah yang akan dijahit sebagai berikut : Tabel Penyesuaian ukuran benang dengan regio

Monofilament polyamide NYLONTM

NA

Baik

jelek

Berkurang sedikit Daerah

Ukuran

Jenis benang yang

yang akan

benang

dianjurkan

dijahit Braided polyester

NA

Sangat baik

baik

bertahan

Wajah dan leher

Subkutis 5/0 Plain catgut, Chromic cat gut, PGA

Jarum Bedah Kulit 4/0 –

Nylon monofilament

Jarum (needle) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah teknik suture, sehingga mengetahui konsep dasar

6/0

tentang needle tersebut dapat membantu dalam menguasai teknik suturing. Sebagaian besar needle tersebut terbuat dari Krpala

Subkutis 3/0 Plain catgut, Chromic

stainless steel yang tahan korosif dan melekat pada ujung

cat gut, PGA

benang melalui swage, yaitu lubang yang terdapat pada pangkal

Kulit 2/0 –

Nylon monofilament,

needle, dimana benang dapat melekat di dalamnya. Needle

3/0

Silk

harus cukup rigid sehingga memungkinkan untuk dapat menembus jaringan tanpa menjadi bengkok, Diameter yang cukup tanpa menyebabkan kerusakan jaringan sekitar, setipis

Badan depan

Subkutis 5/0 Plain catgut

Permukaan

mungkin sehingga tidak meneyebabkan kebocoran. Ujung needle harus tajam untuk dapat menembus jaringan dengan baik

cembung

Kulit 3/0 –

Nylon monofilament,

dan ukuran yang cukup besar sehingga dapat membawa benang

ekstremitas

4/0

silk

tanpa ikut membawa jaringan sekitarnya. Needle juga harus mempunyai ketajaman tiga dimensi yang memungkinkan kita dapat memegang dengan baik dengan menggunakan needle

Badan

Subkutis 4/0 Polyglycolic acid,

belakang

polydioxanone

Permukaan cekung ekstremitas

Nylon monofilament, Kulit 3/0 – 4/0

Silk

holder tanpa menyebabkan kerusakan jaringan lain yang tidak perlu. Pemilihannya disesuaikan dengan jaringan dan regio pembedahan. Kriteria umum yang harus dimiliki oleh jarum bedah antara lain : 

Mengandung bahan antikarat (stainless steel)

Kuat untuk menembus jaringan

Ramping hingga tidak menimbulkan trauma pada jaringan

Tajam

Stabil bila digunakan bersama instrumen (needle holder)

itu sendiri. Needle Diameter adalah ketebalan needle pada setiap bagian.

Anatomi Jarum Bedah (surgical needle) Karakteristik Surgical Needle Karakteristik yang paling penting dari surgical needle adalah : 

Ketajaman dan kelengkungan

Needle length dan diameter needle (ukuran)

Mata needle dan bentuk melintang needle

Jenis perlekatan dengan benang jahit terhadap needle

Ketajaman dan kelengkungan

Ketajaman dan kelengkungan needle berkaitan erat dengan fungsinya. Seringkali needle yang khusus hanya untuk satu jenis operasi saja, misalkan J-shaped, yang digunakan hanya untuk operasi hernia femoralis saja. Pada surgical needle yang standar terdapat beberapa bagian yaitu : Needle Point, yaitu ujung needle yang relatif lebih tajam dan memiliki diameter terkecil dibandingkan semua bagian Needle. Swage adalah pangkal needle yang memiliki pegangan berupa lubang atau celah untuk benang. Cord Length adalah jarak antara needle point dan swage apabila ditarik garis lurus , sedangkan needle length adalah jarak antara swage dan needle point dengan mengikuti lengkung lingkar luar needle. Radius adalah jarak antara pusat kelengkungan needle dengan needle

2. Panjang dan diameter needle Potensial length dari needle, ditentukan oleh ketebalan bahan yang digunakan dan rigiditas, ductility dan kekuatan sebuah needle menentukan ukuran needle. Kenyataannya needle dengan diameter 66 mm dengan ultra-thin wire gauge akan lebih mudah bengkok atau patah jika dibandingkan dengan needle yang pendek dengan diameter yang tebal. Needle yang panjang lebih baik digunakan untuk menjahit fasia dan kulit dengan bahan needle dan bahan yang lebih kuat. Needle yang pendek

seringkali digunakan untuk menjahit viseral dan pembuluh darah . 3. Mata dan penampang melintang needle Titik lubang yang dibentuk oleh needle ditentukan oleh bagian terujung dari mata needle sampai diameter melintang yang terbesar dari needle. Terdapat empat jenis lubang yang dibentuk oleh needle: yaitu : Conventional Cutting, Reverse Cutting, Taper Point dan Blunt. Conventional Cutting dan Reverse Cutting: digunakan dalam penjahitan kulit, periosteum, tendon. Taper digunakan untuk jaringan yang gampang ditembus dan untuk mendapat luka yang minimal Blunt, untuk menjahit hepar dan lien. 4. Jenis perlekatan benang jahit terhadap needle Needle umumnya sudah melekat dengan benang yang akan kita gunakan. Teknologi tersebut mulai dikenal beberapa dekade terakhir. Secara tradisional semua needle memiliki 2 mata pada pangkalnya dan benang jahit harus dimasukkan pada mata needle tersebut sebelum dipergunakan. Terdapat dua macam perlekatan pada jarum-benang, yang pertama adalah tipe eye, yang dewasa ini sudah mulai jarang digunakan karena kurang praktis dalam pemakaianya dan menimbulkan trauma pada jaringan yang dijahit. Tipe yang kedua adalah swedged, dimana benang sudah digabungkan dengan jarum di dalam kemasan. Hal ini lebih

disukai karena tipe ini menimbulkan trauma yang minimal pada jaringan, selain itu penggunaan jarum pun tidak dapat diulang sehingga mengurangi risiko penularan penyakit bagi pasien.

Ikatan dan Jahitan

Dua tangan

Ditulis Oleh: kapten A. SIMPUL

Instrumen

Surgeon’s knot

Simpul merupakan bagian penting dalam tindakan bedah. Proses

Simpul pertama dilakukan 2 kali lilitan selanjut nya simpul 1 kali

hemostasis, penyambungan jaringan, jahitan akan bertahan jika

lilitan dengan arah/gerakan yang berbeda dengan sebelumnya.

dilakukan penyimpulan dengan teknik yang benar. Tiap jaringan

Dipakai jika regangan tinggi

yang dijahit mempunyai karakter yang berbeda, untuk itulah diperlukan teknik penyimpulan yang berbeda pula. Prinsip – Prinsip Dalam Membuat Simpul 

Kuat dan tidak mudah lepas,

Sederhana

Ikatan sekecil mungkin, ujung dipotong secukupnya.

Tidak boleh ada gesekan antara untaian benang yang akan melemahkan jahitan

Tidak boleh ada kerusakan materi jahitan (tidak boleh menjepit benang dengan instrumen)

Tidak boleh terdapat tarikan yang berlebihan

Pertahankan tarikan pada satu ujung benang setelah ikatan pertama supaya lilitan tidak longgar pada jahitan kontinu

Macam Simpul 

Reef knot

Dilakukan tiga kali simpul dengan gerakan 1 dan 3 sama. Semua simpul memakai reef knot. Dapat dikerjakan dengan : 

Satu tangan

Deep Tying

Dilakukan pada area yang dalam (misalnya simpul di intra abdomen) dilakukan beberapa simpul yang sama (sleep knot dan diakhiri dengan reef knot. Sebaiknya menggunakan tangan(bukan instrument) 

Slip Knot

Dua simpul yang sama kemudian didorong dengan jari, kemudian simpul ketiga berlawanan dengan simpul 1 dan 2. Prinsip gerakan dalam simpul Terdiri dari 2 macam gerakan: Gerakan simpul ke 1 harus sama dengan 3, 5, 7 dst. Gerakan simpul ke 2 harus sama dengan 4, 6, 8 dst.

Hasilnya:

Kamudian dilanjutkan sekali lagi dengan arah yang berlawanan dari simpul terakhir, hasilnya Deep Tying Perbedaan dengan reef knot: Pada pengencangan simpul benang tidak boleh ditarik ke atas melainkan harus didorong ke bawah menggunakan jari telunjuk.

Perhatikan urutan penyimpulannya

Slip knot Terdiri atas : 1.

Dua kali gerakan yang sama (dengan telunjuk atau jari tengah) atau

Gerakan reef knot yang ditarik ke arah yang sama (tanpa penyilangan) 1.

Harus diakhiri dengan reef knot. Jadi terdapat 4 gerakan

Reef knot dengan menggunakan instrumen

Ulangi dengan arah ikatan kedua beda dengan yang pertama Dan ikatan ketiga sama dengan ikatan pertama B. JAHITAN Jahitan telah dilakukan berabad-abad yang lalu, mulai dengan menggunakan bulu binatang, serat tumbuhan sampai sintetik. Tujuan penjahitan adalah 

Menutup defek

Mendekatkan tepi luka yang mempunyai tegangan

Mendekatkan tepi kulit

Meminimalkan perdarahan dan infeksi

Teknik penjahitan tergantung kepada: 

Tipe luka

Lokasi anatomi luka.

Ketebalan kulit

Derajat ketegangan

Hasil kosmetik yang diharapkan

Untuk mengoptimalkan hasil secara fungsi dan kosmetik, perlu diperhatikan:

Meminimalkan dead space

Teknik ini menjahit tepi luka dengan satu jahitan, disimpulkan

Mengembalikan kepada kontur anatomis bagian yang

kemudian dipotong. Teknik ini memerlukan lebih banyak benang

dijahit 

Meminimalkan bekas jahitan dengan cara memilih benang yang tepat dan tension yang minimal.

Menurut waktu penjahitannya, jahitan dibagi menjadi: 

Jahitan Primer

Adalah jahitan yang dilakukan segera setalah luka terbentuk 

Jahitan Sekunder

karena setiap jahitan harus dibuat simpul dan dipotong. Relatif lebih aman karena bila satu jahitan putus jahitan lainnya tidak terganggu. Baik digunakan untuk luka yang terinfeksi, karena mudah membuka jahitan jika ada satu tempat yang mengalami infeksi sehingga tidak mengganggu jahitan lainnya. Interrupted suture bisa berbentuk jahitan simple, atau subkutikuler, matras vertikal ataupun matras horizontal

Dilakukan setalah jahitan pertama (primer) terlepas atau longgar.

Penjahitan dianjurkan dimulai di tengah dan dilanjutkan setiap

Atau dilakukan mengoreksi dead space.

pertengahan dari insisi yang tersisa.

Tujuan jahitan sekunder adalah untuk:

Arah jarum yang tegak lurus dengan permukaan kulit dan juga

Memperkuat jahitan primer

tegak lurus sayatan kulit

Menghilangkan dead space

Jarak masuk dan keluarnya jarum dari tepi sayatan sama dengan

Mencegah akumulasi cairan pada luka abdominal selama

dalamnya jaringan yang diambil (x) dan jarak antar jahitan sama

proses penyembuhan. 

Untuk penutupan luka sekunder karena kerusakan jahitan pada masa penyembuhan.

Umumnya digunakan benang tidak diserap.

Menurut kontinuitasnya, jahitan dibagi menjadi:

dengan dua kali jarak tersebut (2) Keuntungan: 

Mudah

Kekuatan jahitan besar

Kecil kemungkinan menjerat sistem sirkulasi sehingga

Jahitan interrupted, yaitu jahitan satu tidak ada hubungan

mengurangi edema Mudah untuk mengatur tepi-tepi luka

dengan jahitan yang lainnya,.Kedua adalah jahitan

kontinyu/continous running suture, antara jahitan sebelum dan

Kerugian:

sesudah, terdapat hubungan berupa benang yang tidak dipotong.

Lama

Bekas jahitan lebih terlihat

Interrupted Suture

Eversi (benar)

Inversi (salah)

Perhatikan pola umum jahitan simple interrupted 

Continuous Suture / Running Stitches

Adalah suatu serial jahitan yang dibuat dengan menggunakan benang tanpa putus antara jahitan sebelum dan sesudahnya. Untaian benang dapat diikat pada setiap ujung jahitan. Cara ini dapat dilakukan dengan cepat, kekuatan tegangan seluruh jahitan sepanjang luka hamper sama. Tarikan yang terlalu kuat Terlalu longgar

Terlalu kuat hingga kulit robek

harus dihindari untuk mencegah putusnya jahitan yang akan merusak semua jahitan. Biasanya digunakan diperitoneum atau fascia dinding abdomen. Untuk luka infeksi tidak dianjurkan menggunakan teknik ini. Kerugiannya, jika satu jahitan longgar maka akan berpengaruh terhadap jahitan sebelum atau sesudahnya. Syarat :

Terlalu dangkal,

Terlalu dalam

Harus dengan asisten yang tugasnya hanya melepas & memegang benang, BUKAN mengencangkan jahitan.

Selama penjahitan benang tidak boleh kendor.

Jarum diambil siap pakai (Midposisi)

Keuntungan 

Cepat

Sedikit simpul

Kerugian 

Jahitan menjadi mudah longgar jika satu jahitan saja tidak kuat

Sulit mengoreksi jika terjadi infeksi

Pengangkatan harus sekaligus, tidak bisa per area(misalnya jika di area tertentu ada pus)

Teknik Jahitan 

Jahitan continuous/continuous running suture

Gambar Jahitan continuous interlocking/Running locked sutures 1.

Interrupted Suture/simple interrupted suture

Gambar Jahitan continuous 

Jahitan continuous interlocking/Running locked

Gambar jahitan simple interrupted

sutures

Gambar jahitan simple interrupted

1.

Interrupted Vertical Mattress Suture

Teknik ini bertujuan untuk membuat pinggir luka menjadi eversi

Indikasi utama penggunaan vertical matress suture adalah

(menjorok keluar) dan membagi rata tekanan pada seluruh

untuk mengangkat permukaan pinggir luka, yaitu bila tepi luka

pinggir permukaan luka,

tidak sama tinggi sehingga jika dengan jahitan simple interrupted tepi luka (epitel dengan epitel) tidak bertemu (inversi). Vertical mattress suture sering digunakan pada bagian tubuh yang memiliki kecenderungan untukinverted, seperti posterior neck atau luka yang terdapat pada permukaan yang concave.

Gambar vertical mattress suture Beberapa peneliti percaya bahwa penggunaan vertical mattress suture yang menyebabakan pinggir luka mengalami eversi lebih baik dibandingkan teknik penjahitan luka yang lain. Vertical matres berfungsi untuk menyamakan permukaan sayatan 1.

Horizontal Mattress Suture

Gambar matras horizontal Teknik ini dipergunakan biasanya pada luka yang memiliki jarak kedua permukaan pinggir luka yang cukup jauh, sehingga regangan cukup kuat. Jahitan ini dipergunakan sebagai initial suture untuk mendekatkan dua permukaan pinggir luka. Teknik suture ini juga cukup efektif dalam memegang permukaan kulit luka yang rapuh seperti kulit di telapak tangan dan kaki. Teknik ini juga efektif untuk hemostasis akibat perdarahan bawah kulit di tepi luka (misalnya di kulit kepala).

Horizontal mattress suture juga berguna untuk aproksimasi tanpa mengganggu sesuatu struktur yang berjalan sejajar dengan luka sayatan, seperti pembuluh darah, nervus dll 1.

Smead-Jones/Far-and-Near

Jahitan ini digunakan pada jaringan dengan regangan yang kuat, misalnya penjahitan fascia.

Gambar jahitan sudut 1.

Jahitan pure-string

Merupakan jahitan tidak terputus pada sekeliling lumen atau area tertentu yang dikencangkan seperti tali celana. Contohnya seperti pada apendektomi. Gambar jahitan Smead-Jones 1.

Corner Stitch

Variasi dari teknik horizontal mattress suture dan half-buried horizontal mattress suture, atau disebut juga corner stitch. Teknik suture corner stitch dipergunakan untuk mendekatkan pinggir luka yang membentuk sudut tanpa menghilangkan atau mengurangi suplai darah ke permukaan kulit tersebut.

Gambar jahitan pure-string 1.

Jahitan yang dikubur (burried)

Seluruh jahitan berada dibawah lapisan epidermal. Bisa dilakukan dengan menggunakan jahitan continuous atauinterrupted dan

tidak diangkat setelah operasi. Jalurnya searah atau paralel dengan luka. Jahitan dilakukan pendek-pendek, dibagian lateral

4.

Diselesaikan tanpa simpul (dengan penjahitan bentuk Z dimana jarum dimasukkan kembali pada lubang yang sama)

sepanjang luka. Setelah jahitan selesai dilakukan, kedua ujung tali diikat.

Stapler

Keuntungannya adalah baik secara kosmetik karena penyatuan

Selain jahitan dengan benang, aproksimasi tepi luka dapat juga

kulit dilakukan dari bawah, hingga kulit tidak terlukai oleh bekas

dengan menggunakan stapler. Aplikasinya dengan menggunakan

jahitan.

alat seperti halnya stapler kertas. Keuntungannya adalah lebih cepat, namun kerugiannya kadang-kadang tepi luka tidak sama tinggi dan inversi.

Gambar jahitan subcuticular Dilakukan untuk tujuan kosmetik, sehingga harus dilaksanakan dengan benar : 1.

Simpul pertama di subkutis (absorbable).

2.

Pengambilan subkutis harus sama dalam dari permukaan kulit.

3.

Keluar masuknya jarum harus sejajar dari sisi luka berseberangan.

Gambar penggunaan stapler Skin Tapes Plester kulit (steril) dapat digunakan bila jaringan yang dipertemukan memiliki regangan yang rendah. Biasanya digunakan setelah jahitan subkutikuler yang baik sehingga terjadi aproksimasi antara epitel kedua tepi luka. Penggunaan plester ini lebih cepat, namun rawan terjadi pergeseran.

Trunk

10 to 14

Extensor surface

14

hands Lower extremity

14 to 28

Teknik Pengangkatan jahitan: Gambar penutupan akhir luka dengan plester 1.

PENGANGKATAN JAHITAN

1.

Pastikan jaringan telah rapat

2.

Bersihkan dengan kasa lembab steril

3.

Tindakan aseptik

4.

Identifikasi jenis jahitan (simple interupted, matras,

Pengangkatan jahitan antara lain disesuaikan dengan lokasi

continous subcuticular dll)

anatomis luka, kondisi luka, usia luka, jenis benang yang

5.

Angkat simpul dengan pinset anatomis

digunakan, jenis tehnik jahitan. Jahitan mungkin ditinggalkan

6.

Gunting benang yang paling dekat dengan kulit

terutama bila digunakan benang yang diserap. Pengangkatan

7.

Cabut benang perlahan lahan. Jika ada tahanan, tarik

dilakukan pada jahitan kulit. Benang mungkin diangkat sekaligus atau berselang-seling dengan selang waktu1 – 3 hari.

kearah awal jahitan dan kembali tarik kearah berlawanan. 8.

TABEL Suggested Removal Times for Interrupted Skin Sutures Removal Area

time (days)

Face

3 to 5

Neck

5 to 8

Scalp

7 to 9

Upper extremity

8 to 14

Periksa apakah ada seroma, pus atau krusta, jika ada cuci dan bersihkan.

9.

Jika luka operasi rentan kontaminasi, bisa dibalut kembali dengan steril dressing

Simpul ditarik dengan pinset Gunting benang yang menempel ke kulit di tepi jahitan

Tarik simpul kearah berlawanan

Wound Healing

Secara skematis dapat dilhat dai gambar dibawah ini

Ditulis Oleh: kapten Wound healing atau penyembuhan luka adalah suatu proses alami, baik secara selular maupun biokimia, yang dilakukan oleh tubuh untuk regenerasi jaringan dermis atau epidermis sebagai respon atas suatu jejas atau injuri.

Sumber Grabs and Smith Ditinjau dari lamanya waktu Proses ini secara garis besar terdiri dari 3 fase yang merupakan suatu urut-urutan tertentu dan dalam perjalanannya dapat saling tumpang tindih. Jika fase-fase ini tidak berjalan sebagaimana harusnya, maka luka tidak akan sembuh. Luka mungkin menjadi luka kronis seperti venous ulcer atau skar patologis seperti keloid. Fase-fase tersebut adalah: 1.

Fase Inflamasi

2.

Fase Proliferasi

3.

Fase Maturasi dan Remodeling

Sumber Grabbs and Smith’s Ringksan fase-fase wound healing

glikoprotein pada membran sel sehingga platelet tersebut dapat menempel satu sama lain, beragregasi, dan membentuk massa. Platelet adalah sel yang paling banyak terdapat segera setelah suatu luka terjadi. Platelet kemudian akan melepaskan faktorfaktor lainnya seperti protein ECM, sitokin, growth factor yang mempercepat pembelahan sel, dan faktor proinflamasi (serotonin, bradikinin, prostaglandin, prostasiklin, tromboksan, dan histamine) yang meningkatkan proliferasi dan migrasi sel ke daerah luka serta menyebabkan peningkatan permeabilitas. Segera setelah pembuluh darah berdilatasi, membran sel yang ruptur akan melepaskan tromboksan dan prostaglandin yang menyebabkan pembuluh darah berkontraksi untuk mencegah kehilangan darah sekaligus mengumpulkan faktor-faktor dan sel inflamasi lainnya. Vasokonstriksi ini berlangsung selama 5–10 menit, kemudian diikuti dengan vasodilatasi yang terjadi karena

Fase pada normal acute wound healing Gambar diambil dari: Granick Surgical wound healing and management 1. FASE INFLAMASI Fase inflamasi ditandai dengan terjadinya pembekuan

pelepasan histamin. Dengan terjadinya vasodilatasi maka akan terjadi ekstravasasi protein. Hal ini menyebabkan tekanan osmolar ekstravaskular meningkat dan air tertarik ke ekstravaskular sehingga jaringan menjadi edematous. Vasodilatasi ini juga memfasilitasi leukosit dari pembuluh darah

darah (clotting) untuk mempertahankan hemostasis, pelepasan

untuk mencapai lokasi luka.

bermacam-macam faktor untuk menarik sel-sel yang akan

Setelah 1 jam luka terjadi, polymorphonuclear (PMNs) sampai

memfagosit debris, bakteri, dan jaringan yang rusak, serta

pada lokasi luka dan menjadi sel predominan hingga 3 hari

pelepasan faktor yang akan memulai proliferasi jaringan.

selanjutnya. PMNs tertarik ke lokasi luka karena adanya

Ketika jaringan terluka, maka darah akan kontak dengan kolagen.

fibronektin, growth factors, neuropeptida, dan kinin. Netrofil akan

Hal ini memacu platelet untuk mensekresi faktor-faktor inflamasi.

memfagositosis debris dan bakteri, membunuh bakteri dengan

Platelet atau dikenal juga dengan trombosit, juga mengekspresi

cara melepaskan radikal bebas, membersihkan luka dari jaringan mati dengan mensekresi protease. Setelah netrofil menyelesaikan tugasnya, ia akan mengalami apoptosis dan didegradasi oleh makrofag. Leukosit lainnya yang memasuki lokasi luka adalah sel T-helper yang mensekresi sitokin. Sitokin menyebabkan sel T-helper membelah lebih banyak lagi sehingga terjadi proses inflamasi, vasodilatasi, dan peningkatan permeabilitas kapiler lebih hebat. Sel T-helper juga akan meningkatkan aktivitas makrofag.

Sumber Grabbs and Smith’s

Makrofag akan menggantikan peran PMNs sebagai sel

Fase inflamasi sangat penting dalam proses penyembuhan luka

predominan. Platelet dan faktor-faktor lainnya menarik monosit

karena berperan melawan infeksi pada awal terjadinya luka serta

dari pembuluh darah. Ketika monosit mencapai lokasi luka, maka

memulai fase proliferasi. Walaupun begitu, inflamasi dapat terus

ia akan dimatangkan menjadi makrofag. Peran makrofag adalah:

berlangsung hingga terjadi kerusakan jaringan yang kronis.

1.

2. FASE PROLIFERASI

Memfagositosis bakteri dan jaringan yang rusak dengan melepaskan protease.

2.

3.

Melepaskan growth factors dan sitokin yang kemudian

setelah terjadinya luka, dan ditandai dengan adanya fibroblas di

menarik sel-sel yang berperan dalam fase proliferasi ke lokasi

sekitar luka.

luka.

Pada fase ini terjadi angiogenesis. Angiogenesis disebut juga

Memproduksi faktor yang menginduksi dan mempercepat angiogenesis

4.

Fase proliferasi dari penyembuhan luka dimulai kira-kira 2–3 hari

Memstimulasi sel-sel yang berperan dalam proses re-

sebagai neovaskularisasi, yaitu proses pembentukan pembuluh darah baru. Karena aktivitas fibroblas dan epitelial membutuhkan oksigen, angiogenesis adalah hal yang penting sekali dalam

epitelisasi luka, membuat jaringan granulasi, dan menyusun

langkah-langkah penyembuhan luka. Jaringan dimana

matriks ekstraselular.

pembentukan pembuluh darah baru terjadi, biasanya terlihat berwarna merah (eritem) karena terbentuknya kapiler-kapiler di daerah itu. Seiring dengan terjadinya proliferasi fibroblas, populasi sel

keratinosit dan endothelial serta produksi faktor-faktor

sampai hari ke-3 setelah terjadinya luka, dan mencapai kadar

pertumbuhan akan bertambah. Hal ini menstimulasi sel-sel

puncak pada minggu ke-1 hingga minggu ke-3. Produksi kolagen

proliferasi dan migrasi sel-sel endotelial ke daerah luka sehingga

terus berlanjut secara cepat hingga 2 sampai 4 minggu.

terjadi angiogenesis. Pembuluh darah yang baru terbentuk ini

Deposisi kolagen sangatlah penting mengingat kolagen berperan

mengawali peningkatan jumlah fibroblas ke daerah luka untuk

dalam peningkatan kekuatan luka, sebelum jumlahnya menurun,

memenuhi kebutuhan nutrisi dan untuk memproduksi

satu-satunya yang membuat luka dapat berdekatan satu sama

plasminogen activator dan collagenase.

lain adalah fibrin – fibronectin clot, yang tidak terlalu kuat untuk

Setelah pembentukan jaringan cukup adekuat, migrasi dan

menahan suatu luka karena trauma.

proliferasi sel-sel endotelial menurun, dan sel yang berlebih akan

Formasi dari jaringan granulasi pada suatu luka terbuka

mati dalam dengan proses apoptosis.

menyebabkan terjadinya fase reepitelisasi, seperti halnya sel

Seiring dengan angiogenesis, fibroblas mulai terkumpul di dalam

epitel bermigrasi melintasi jaringan yang baru untuk membentuk

luka. Fibroblas mulai memasuki daerah luka 2 – 5 hari setelah

suatu barier diantara luka dan lingkunagn sekitar. Basal

fase inflamasi luka berakhir, dan jumlahnya mencapai puncak

keratinosit dari tepi luka dan lapisan dermal, seperti folikel

pada 1 – 2 minggu setelah terjadinya luka. Pada akhir minggu

rambut, kelenjar keringat, dan glandula sebacea adalah sel yang

pertama, fibroblas adalah sel utama dalam luka. Fibroplasia

paling bertanggung jawab untuk terjadinya fase epitelisasi pada

berakhir 2 sampai 4 minggu setelah luka terjadi.

penyembuhan luka. Mereka tumbuh dalam bentuk lembaran,

Pada 2 – 3 hari setelah terjadinya luka, fibroblas berproliferasi

melintasi luka dan berproliferasi pada tepi luka, dan berhenti

dan bermigrasi, sehingga nantinya menjadi sel utama yang

bergerak ketika bertemu di tengah luka.

menjadi matrix kolagen di dalam area luka. Fibroblas dari jaringan normal bermigrasi ke dalam area luka. Awalnya fibroblas menggunakan benang fibrin pada fase inflamasi untuk bermigrasi, melekat ke fibronectin. Lalu fibroblas mengendapkan substansi dasar ke dalam area luka yang selanjutnya akan ditempati oleh kolagen. Salah satu peranan penting dari fibroblas adalah menghasilkan kolagen. Fibroblas mulai menghasilkan kolagen pada hari ke-2

berdiferensiasi menjadi myofibroblas dan luka mulai menyusut. Pada luka yang dalam puncak penyusutan terjadi dalam 5 – 15 hari setelah terjadinya luka. penyusutan dapat berakhir dalam beberapa minggu, dan berlanjut bahkan setelah luka mengalami re-epitelisasi. Jika pengerutan berlanjut terlalu lama, hal ini akan menuju pada kerusakan dan malfungsi. Pengerutan terjadi untuk mengurangi bentuk yang berlebihan dari penyembuhan luka. Luka yang besar akan menjadi 40 – 80 % Sumber Grabbs and Smith’s

lebih kecil setelah terjadinya pengerutan. Kecepatan pengerutan

Dengan demikian onset dari migrasi ini bervariasi dan mungkin

dalam penyembuhan luka terjadi 0.75 mm per hari, tergantung

terjadi sehari setelah luka terjadi. Sel pada tepi luka berproliferasi

pada seberapa besar jaringan luka yang hilang. Penyusutan

pada hari ke dua dan ke tiga setelah luka untuk kelangsungan

biasaya tidak terjadi secara simetris, namun kebanyakan

proses migrasi sel.

penyembuhan luka memiliki aksis pengerutan yang dapat

Jika membran basalis tidak rusak, sel epitel digantikan dalam 3

dimasuki lembaran – lembaran sel kolagen.

hari oleh bagian-bagian dari membran basalis dan sel yang

Pada awalnya, pengerutan terjadi tanpa keterlibatan

bermigrasi dari stratum basalis, dengan cara yang sama pada

myofibroblas. Fibroblas baru distimulasi oleh growth factor yang

kulit yang tidak mengalami luka.

akan berdiferensiasi menjadi myofibroblas. Myofibroblas yang

Namun bagaimanapun, jika membran basalis di sekitar luka

mirip sel otot polos bertanggung jawab pada kontraksi.

mengalami kerusakan, reepitelisasi pasti terjadi di sekitar tepi

Myofibroblas mengandung aktin yang serupa ditemukan di dalam

luka dan dari lapisan kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat

sel otot polos.

dan kelenjar sebacea yang melintasi dermis yang berhubungan

3.. FASE MATURASI DAN REMODELLING

dengan keratinosit yang hidup. Jika luka yang terjadi sangat

Saat kadar produksi dan degradasi kolagen mencapai

dalam, kemungkinan besar lapisan kulit juga akan mengalami

keseimbangan, maka mulailah fase maturasi dari penyembuhan

kerusakan, sehingga migrasi sel hanya akan terjadi pada tepi

jaringan luka. Fase ini dapat berlangsung hingga 1 tahun

luka.

lamanya atau lebih, tergantung dari ukuran luka dan metode

Sekitar 1 minggu setelah terjadinya penyembuhan luka, firoblas

penutupan luka yang dipakai. Selama proses maturasi, kolagen

tipe III yang banyak berperan saat fase proliferasi akan menurun

penatalaksanaannya. Faktor sistemik meliputi keadaan umum

kadarnya secara bertahap, digantikan dengan kolagen tipe I yang

penderita beserta kelainan kronik sebelumya yang telah diderita,

lebih kuat. Serat-serat kolagen ini akan disusun, dirangkai, dan

keadaan gizi, penyakit sistem imun dan lain sebagainya. Tabel

dirapikan sepanjang garis luka.

dibawah ini menerangkan faktor-faktor yang berperan dalam penyembuhan luka.

Sumber Grabbs and Smith’s Kekuatan susunan kolagen akan bertambah seiring dengan perjalanan waktu. Setelah 3 bulan, rata-rata kekuatan jaringan ini mencapai 50% dari kekuatan jaringan normal, dan akan terus bertambah hingga maksimal 80% dari kekuatan jaringan normal. Lama kelamaan aktivitas pada lokasi luka berkurang, sehingga luka pun menjadi tidak eritematous karena pembuluh darah yang tidak lagi dibutuhkan untuk kelangsungan proses penyembuhan luka akan dihilangkan secara apoptosis. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Penyembuhan Faktor-faktor ini secara garis besar dibagi menjadi 2 kelompok yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal meliputi besarnya luka, jenis jaringan yang mengalami luka, lokasi, bersih dan kotornya luka (kontaminasi) serta kecepatan

Sumber Grabbs and Smith’s

Penatalaksanaan Luka Ditulis Oleh: kapten Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan hidup sebagai akibat adanya jejas. Penanganan luka tetap mengacu kepada penatalaksanaan sesuai pedoman ATLS, mulai dari primary survey sampai secondary survey. Jika keadaan umum baik, maka baru dilakukan perawatan lokal pada luka. Jenis Luka: 

Luka Memar (contusion)

Luka Lecet (vulnus excoreatum)

Luka Robek (vulnus laceratum)

Luka Sayat (vulnus Schissum)

Luka Gigitan (vulnus morsum)

Luka tusuk (vulnus ictum)

Luka Tembak (vulnus sclopectorum)

Luka Bakar (combustio)

Penanganan luka meliputi: 1. Wound Cleansing Langkah membersihkan luka secara umum adalah: 

Lakukan tindakan a dan antiseptic

Anestesi local (kecuali pada luka bakar kemungkinan memrlukan general anestesi)

Mechanical Scrubbing, menggosok luka dengan kassa steril, memakai larutan antiseptik

Dilusi dan irrigasi cc atau cc/panjang luka, tergantung dari luas dan kotornya luka.

Larutan yang digunakan adalah NS

Dilanjutkan dengan klorheksidin atau betadin

Kembali irigasi dan dilusi sampai benar-banar bersih

2. Debridemen Pembersihan luka dan debridemen diawali pada lapisan superfisial jaringan sampai ke lapisan terdalam. Perhatikan tanda-tanda jaringan avital/mati, yaitu warna lebih pucat, lebih rapuh dan tidak berdarah Buang jaringan avital dengan pisau atau gunting, perhatikan anatomi daerah tersebut, jangan mencederai vascular atau nervus Lakukan debridement sampai jaringan yang normal terlihat, biasanya terlihat adanya perdarahan dari jaringan yang dipotong. 3. Penutupan Luka Jika luka bersih dan jaringan kulit dapat menutup, maka lakukan jahitan primer. Jika luka bersih namun diperkirakan produktif, misalnya kemungkinan seroma atau infeksi, maka pansanglah drain. Jika luka kotor, maka lakukan perawatan luka terbuka untuk selanjutnya dilakukan hekting sekunder. 4. Medikamentosa Antibiotik Tujuan pemberian atibiotik adalah untuk profilaksis 

Topikal /larutan/Salep

Mengurangi pembaentukan krusta yang dapat menghambat epitaelisasi

Mencegah kassa melekat pada luka

Mengurangi tingkat infeksi

Sistemik berupa sediaan oral ataupun parenteral.

5. Pemberian Anti Tetanus Pemberian tetanus toksoid dilakukan jika belum atau lama tidak mendapatkan booster TT. Jika telah mendapat booster sebelumnya, cukup diberikan anti tetanus serum yang terlebih dahulu dilakukan skin test.

Tindakan Aseptik Ditulis Oleh: kapten Bakteri pada kulit sebagian besar besifat komensal. Luka yang terbentuk akibat insisi bisa menjadi port the entry bakteri kedalam jaringan dan sirkulasi darah. Bakteri dapat juga berkembang biak pada luka. Untuk mengurangi polulasi bakteri dilakukan tindakan aseptik

Antiseptik harus dibedakan dengan obat seperti antibiotik yang dapat membunuh mikroorganisme di dalam

penyakit. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya melalui teknik aseptik. Teknik aseptik/asepsis adalah segala upaya yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tindakan asepsis ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan mikroorganisme yang terdapat pada permukaan

mikroorganisme yang terdapat pada benda mati. Perlu diperhatikan adanya reaksi atau riwayat alergi terhadap iodium. Jenis antiseptik yang sering digunakan adalah alkhol 70 %, povidon iodin, chlorhexidine gluconate dan triklosan. Jenis Antiseptik Jenis antiseptik yang akan dibahas di bawah ini hanya sebagian dari antiseptik, antara lain povidone iodine, savlon (chlorhexidine), triklosan, dan alkohol 70%. Berikut keterangan mengenai jenis antiseptik tersebut : 1.

Povidone Iodine 1.

Struktur Kimia Povidone Iodine adalah senyawa larut air yang merupakan

benda hidup atau benda mati. Tindakan ini meliputi antisepis,

komplek senyawa iodine dengan polyvinylpyrrolidone,

desinfeksi, dan sterilisasi. Untuk itu, diperlukan perlakuan khusus

dengan kosentrasi iodine mulai dari 9 % sampai dengan 12

pada alat dan bahan operasi, lapangan operasi, operator,dan

%, dihitung berdasarkan berat kering. Povidone iodine

asisten sebagai pelaksana.

mempunyai rumus bangun (C6H9NO)n.xI. (2)

Antisepsis adalah upaya pencegahan infeksi dengan membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya. Bahan yang digunakan disebut antiseptik. Antiseptik adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman, ada yang bersifat sporosidal (membunuh spora) dan non sporosidal, digunakan pada jaringan hidup khusus,yaitu kulit dan selaput lendir.

atau

dengan desinfektan yang digunakan untuk membunuh

Tindakan Aseptik Aseptik adalah keadaan bebas dari mikroorganisme penyebab

tubuh

Rumus bangun povidone iodine 2.

Mekanisme kerja

Povidone iodine bekerja dengan menghancurkan dinding sel patogen. 3.

2.

Chlorhexidine gluconate 1.

Keuntungan dan Kerugian

Struktur Kimia Chlorhexidine gluconate sering digunakan untuk mencuci

Povidone iodine memiliki aktivitas antimikroba yang paling

tangan di kamar operasi. Bahannya lembut dan jarang

luas karena dapat membunuh semua patogen yang

menimbulan iritasi. Chlorhexidine gluconate (nama dagang

penting, bahkan dapat membunuh spora di mana spora

savlon) , merupakan derivat dari biguanidin. Chlorhexidine

merupakan salah satu bentuk dari mikroorganisme yang

gluconate merupakan cairan antiseptik yang mempunyai

paling sulit dibunuh (to be inactivated) oleh desinfektan

komponen aktif cetrimide 0,5 % dan chlorhexidine

dan antiseptik

gluconate 0,1%. Selain Chlorhexidine gluconate, savlon

Povidone iodine merupakan antiseptik golongan iodine

mengandung n-propyl alkohol dan benzyl benzoat.

yang menyebabkan sedikit iritasi kulit dan jarang menimbulkan reaksi alergi jika dibandingkan dengan antiseptik iodine lainnya, namun lebih sering menyebabkan dermatitis kontak iritan jika digunakan untuk higienitas Cetrimide

tangan (larutan pencuci tangan). 4.

Cara Pemakaian Povidone Iodine diformulasikan dalam bentuk antiseptik topikal, antara lain larutan (dengan surfaktan dan atau alkohol), aerosol atau salep pada konsentrasi mulai dari 7,5% sampai dengan 10 %. Zat tersedia di dijual bebas dan digunakan untuk membersihkan dan desinfektan pada kulit, menyiapkan kulit sebelum operasi dan mengobati

Chlorhexidine gluconate 2.

Chlorhexidine bekerja dengan cara melekat dan kemudian

infeksi yang peka terhadap iodine. Povidone iodine harus

merusak membran sitoplasma sehingga kandungan/isi

digunakan secara hati-hati pada penderita yang alergi terhadap iodine. Jika terjadi iritasi, kemerahan dan bengkak; penggunaan zat harus dihentikan.

Mekanisme kerja

intraselular menjadi keluar dari dalam sel. 3.

Keuntungan dan Kerugian

Aktivitas antimikroba chlorhexidine lebih lambat dari pada alkohol. Chlorhexidine memiliki aktivitas antimikroba yang

4.

Cara Pemakaian

baik terhadap bakteri gram positif, dan sebaliknya kurang

Savlon digunakan untuk keperluan antiseptik pembersih

baik terhadap bakteri gram negatif dan fungi, serta

dan hanya digunakan untuk pemakaian luar. Savlon

aktivitas antimikroba yang minimal terhadap bakteri

antiseptik sebaiknya tidak digunakan secara langsung pada

tuberkulosa. Chlorhexidine tidak dapat membunuh spora.

mata, otak, meningen, telinga tengah, serta tidak

Chlorhexidine memiliki aktivitas secara in vitro untuk

digunakan untuk rongga tubuh. Untuk penggunaan secara

membunuh enveloped virus seperti herpes simplex virus,

umum larutkan mL dalam 1 sampai dengan 1,5 L air.

HIV, cytomegalovirus, namun memiliki aktivitas yang kurang terhadap non-enveloped virus sperti rotavirus,

3.

Triklosan 1.

Struktur Kimia

adenovirus, dan enterovirus.

Triklosan merupakan senyawa aromatik yang diklorinasi

Reaksi alergi terhadap penggunaan chlorhexidine sangat

dan memiliki dua gugus fungsional yaitu eter dan fenol.

jarang ditemukan. Penggunaan chlorhexidine yang menyebabkan iritasi pada kulit sangat tergantung pada konsentrasi larutan chlorhexidine, dimana chlorhexidine 4% yang sering digunakan sebagai larutan antiseptik pencuci tangan dapat menyebabkan iritasi. Jika larutan chlorhexidine mengenai mata dapat mengakibatkan konjungtivitis.

Rumus bangun triklosan

Reaksi idiosinkrasi pada kulit dapat terjadi. Savlon bila

2.

Mekanisme kerja

terminum secara tidak sengaja dapat menimbulkan mual

Yaitu dengan cara denaturasi protein dan merusak

muntah, dyspnea dan sianosis akibat paralisis dari otot

membran sel. Triklosan memiliki sifat biosidal dengan

pernafasan. Selain itu depresi sistem saraf pusat dapat

merusak membran sel dan sitoplasma. Sedangkan pada

menyebabkan kejang, hipertensi serta

konsentrasi rendah, triklosan bekerja sebagai bakteriostatik

Pengobatan

dengan

terapi simptomatik.

koma.

cara pengosongan lambung dan

dengan menghambat sintesis asam lemak. 3.

Keuntungan dan Kerugian

Triklosan memiliki aktivitas antimikroba yang cukup baik terhadap Staplylococcus aureus sehingga penggunaan triklosan 2% sebagai larutan untuk memandikan penderita Rumus bangun alcohol

kelainan kulit methicilin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) sangat dianjurkan. Sebaliknya triklosan memiliki

4.

Alkohol bekerja dengan cara denaturasi protein dan

gram negatif, fungi, dan micobacterium.

melarutkan lemak. 3.

Keuntungan dan Kerugian

pada pasien luka bakar atau pasien dengan kelainan kulit

Alkohol memiliki aktivitas germisidal secara in vitro

yang luas dan juga pasien dengan kulit yang sensitif karena

terhadap bakteri vegetatif gram positif dan gram negatif

dapat menimbulkan efek neurotoksik.

(termasuk diantaranya MRSA dan VRE), Mycobacterium

Cara Pemakaian

tuberculosis, dan sebagian jenis fungi. Namun demikian

Triklosan (trichloro-hydroxy-diphenyl ether) adalah agen

alkohol memiliki

antimikrobial yang banyak digunakan pada detergen,

aktivitas antimikroba yang sangat minimal terhadap spora

sabun, shampo , deodoran seta kosmetik dengan

bakteri. Herpes simplex virus, HIV, influenza virus,

konsentrasi penggunaan di bawah 0,5%.

respiratory syncytial virus dan vaccinia virus diketahui

Alkohol 1.

Mekanisme kerja

aktivitas antimikroba yang relatif rendah terhadap bakteri Triklosan sebaiknya tidak digunakan sebagai larutan mandi

4.

2.

Struktur Kimia

sangat peka terhadap alkohol. Jenis virus lain yang kurang peka terhadap alhokol, namun dapat dibunuh dengan

Alkohol yang paling sering digunakan antara lain ethanol

alkohol 50-70%, seperti Hepatitis B virus, enterovirus,

(60-90%), 1-propanol (60-70%) dan 2-propanol/isopropanol

rotavirus dan adenovirus. Ethanol memiliki aktivitas

(70-80%) atau campuran dari jenis-jenis alkohol ini. Zat ini

antimikroba yang lebih baik dari pada propanol.

membunuh secara cepat dan aktif bakteri vegetatif seperti

Alkohol bekerja sebagai germisidal dengan cepat ketika

Mikobakterium tuberkulosis serta beberapa jamur dan virus

digunakan pada permukaan kulit, namun tidak berlangsung

lipofilik yang inaktif.

lama. Dengan demikian akan terjadi pertumbuhan bakteri kembali secara perlahan pada permukaan kulit. Hal ini diduga karena beberapa bakteri pada kulit memiliki efek sublethal terhadap alkohol.

Penggunaan larutan alkohol yang cukup sering dapat

3.

menyebabkan kulit menjadi kering. Namun kelainan

dan sekspos mungkin sehinggga operator dan asisten

dermatitis kontak alergi atau urtikaria akibat kontak

dengan leluasa dapat melakukan tindakan

terhadap alkohol sangat jarang ditemukan. Penggunaan

4.

larutan alkohol pada lesi kulit dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat seketika. 4.

Cara Pemakaian tempat yang dingin dan cukup ventilasi udaranya. Sebelum

5.

Siapkan larutan antiseptic dalam kom steril

6.

Siapkan seluruh intrumen operasi dalam meja yang mudah dijangkau

7.

kauterisasi, bedah elektrik serta bedah laser, alkohol harus ditunggu menguap terlebih dahulu.

Fiksasi daerah operasi atau daerah lainnya sehingga daerah operasi tidak bergerak-gerak

Alkohol bersifat mudah terbakar serta harus disimpan di

5.

Posisikan daerah operasi seergonomis mungkin

Celupkan kassa steril yang dipegang oleh klem Kelly atau ring klem.

8.

Teknik Tindakan Aseptik

Usapkan mulai dari arah tengah (jika bukan ulkus) secara melingkar makin lama makin ketepi dengan tidak

Tindakan yang dilakukan adalah dengan mengusapkan cairan

mengusap daerah yang telah diusap sebelumnya.

antiseptik pada lapangan operasi dan sekitarnya. Untuk

9.

Laklukan 2 – 3 kali.

memperluas permukaan steril maka dilakukan drepping, yaitu

10.

Pola usapan (painting) dapat juga dari atas

pemakaian duk bolong steril.

kebawah secara vertical mulai deri lapangan operasi paling

Prinsipnya adalah mengusap kulit dari mulai daerah yang

tengah sampai ketepi dengan arah yang sama.

lebih bersih ke daerah yang paling kotor dengan tidak mengusap daerah yang telah diusap sebelumnya. Teknik tindakan aseptik 1.

Sebaiknya cuci daerah oparasi dengan air bersih dan sabun, jika luka atau daerah operasi kotor.

2.

Jika daerah operasi berulkus maka cuci dahulu daerah sekitar ulkus (diluar ulkus) kemudian baru daerah ulkusnya( daerah ulkus merupakan daerah terkotor sehingga tindakan aseptic dilakukan paling akhir.

11.

Tutup permukaan tadi dengan duk bolong steril.

Klorheksidin dan kassa dalam kom steril, dipegang dengan tangan yang telah menggunakan sarung tangan steril

Pola pengusapan secara melingkar

Pola tindakan aseptic pada khitanan

Anastesi Lokal Ditulis Oleh: kapten Keberhasilan tindakan anestesi sangat besar peranannya atas keberhasilan operasi. Pada anestesi lokal, dengan anestesi yang baik dapat dicapai hasil memuaskan baik secara prosedural medis ataupun kosmetik. Kegagalan pada tindakan ini akan memberikan kesulitan dan komplikasi Anestesi dapat dilakukan dalam lokal ataupun general (narkose umum ). Hal ini tergantung dari berbagai kondisi setiap individu. Tindakan bedah minor umumnya dilakukan dalam anestesi lokal. Pertimbangan pemilihan anestesi lokal antara lain : 

Risiko anestesi lebih rendah

Biaya lebih murah

Tidak diperlukan recovery

Lebih efisien untuk operasi yang singkat

Teknik Anetesi Ada dua teknik anestesi lokal yang memberikan hasil yang baik, yaitu blok dan infiltrasi. Kedua cara ini masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian. 1.

Blok Dilakukan dengan menyuntikkan obat anestesi di area tertentu dimana saraf yang mempersarafinya diblok agar rangsang nyeri tidak dilanjutkan. Jadi dengan teknik blok, anestesi dilakukan di proksimal daerah operasi. Pada daerah operasinya dapat juga ditambahkan anestesi infiltrasi.

Penguasaan anatomis persarafan sangat penting diketahui. Keuntungan 1.

Keberhasilan cukup tinggi

2.

Area yang teranestesi relatif bisa lebih luas dibandingkan dengan anestesi infiltrasi

3.

Obat yang dipakai lebih sedikit sehingga menurunkan toksisitas

Kerugian 4.

Teknik lebih rumit

5.

Penyuntikan tergantung daerah operasi

6.

Tidak semua daerah operasi dapat dilakukan tindakan anestesi ini

7.

Cedera saraf permanen

Teknik 8.

Identifikasi lokasi operasi

9.

Identifikasi jalan persarafan

10.

Suntikan beberapa cc obat anestesi disekitarnya

11.

Cek hasilnya

Jika pasien masih kesakitan cobalah masase lagi dan lakukan pengujian. Jika keadaan anestesi belum juga terjadi, evaluasilah beberapa hal berikut. 12.

Apakah lokasi penyuntikan sudah sesuai dengan anatomi persarafan ?

13.

Apakah ada riwayat alkoholik ?

14.

Apakah benar yang disuntikkan adalah obat anestesi atau obat anestesi yang sudah kadaluarsa ?

Hati-hati, sediaan vial sering tertukar dengan aquabides atau obat anestesi dalam vial yang sudah pernah dipakai atau tidak dipakai dalam waktu lama akan mengurangi daya anestesinya. Anastesi pada jari tangan dan kaki Perhatikan anatomis persarafan Suntikan di arah maedial 2.

Infiltrasi Dilakukan penyuntikan di sekitar area operasi. Suntikan dilakukan di daerah subkutis. Teknik yang berkembang saat ini adalah field blok, yaitu menginfiltrasi suatu area dengan terget operasi ditengahnya. Setelah seluruh pinggir area diinfiltrasi, area tepat diatas insisi diinfiltrasi lagi. Jarak antara

Jalannya saraf dari lateral dan medial tiap jari

pinggir daerah yang diinfiltrasi dengan target operasi tidak

Perhatikan pola penyuntikan:

melebihi 2 cm. Jika lebih maka kemungkinan masih ada impuls saraf yang tidak terblok. Jika memang masa yang akan operasi cukup besar, kemungkinan diperlukan infiltrasi beberapa lingkaran, agar area yang diinfiltrasi menjadi luas. Kedalaman infiltrasi tergantung dari jenis operasi. Jika masa yang diambil cukup dalam, maka perlu juga dilakukan infiltrasi lebih dalam, bahkan sampai otot atau periosteum.

Suntikan di arah lateral dan medial

Teknik infiltrasi 1.

5.

Masukan jarum di salah satu sudut area operasi.

Arahkan ke area kanan, aspirasi, jarum dicabut (tetapi tidak sampai lepas dari kulit) sambil obat dikeluarkan

6.

Jarum dibelokan ke arah kiri, aspirasi, jarumdicabut sambil obat dikeluarkan.

7.

Lanjutkan penyuntikan ketiga tepat diatas garis yang akan diinsisi

8.

Masase

9.

Cek dengan menjepitkan pinset

Komplikasi Tindakan Anestesi 1. 2.

Arahkan ke area kanan, aspirasi, jarum dicabut (tetapi

Terjadi karena pecahnya pembuluh darah ketika anestesi yang

tidak sampai lepas dari kulit) sambil obat dikeluarkan. 3.

Hematom

kemudian darah berkumpul di submukosa sehingga

Jarum dibelokan ke arah kiri, aspirasi, jarum dicabut

menimbulkan benjolan. Hematom ini dapat terus membesar

sambil obat dikeluarkan.

atau berhenti tergantung dari besarnya pembuluh darah yang terkena. Pada pembuluh darah kecil biasanya hematom tidak membesar karena platelet plug sudah cukup untuk menghentikan kebocoran tadi. Jika terjadi hematom, kita evaluasi beberapa saat apakah hematom itu terus membesar atau tetap. Jika terus membesar, kita harus berusaha mencari pembuluh darah yang pecah dan mengikatnya kemudian membuang bekuan darah yang terkumpul. Tetapi jika hematom tidak membesar hanya diperlukan membuang masa hematomnya saja.

4.

Masukan jarum di sudut yang bersebrangan dengan sudut tadi

2.

Udem

3. Suntikan segera adrenalin 1:1000 sebanyak 0,3-0,4 Disebabkan terlalu banyaknya obat anestesi yang diberikan

ml im , sebaiknyna otot deltoid, atausubcutan (sc)

sehingga obat tersebut berkumpul dalam jaringan ikat longgar

dan segera dimasase, ulangi pemberian 0,3-0,4 ml

mukosa dan sub mukosa. Hal ini akan mempersulit ketika

adrenalin tiap 5-10 menit sampai tekanan sistolik

melakukan penjahitan. Udem akibat anestesi ini diabsorpsi

mencapai mmHg dan denyut jantung/nadi

dalam 24 jam.

tidak melebihi 120x/menit. 4. Suntikan:

3.

Syok Anafilaktik

Antihistamin difenhidramin mg

Kortikosteroid-hidrokortison Syok anafilaksis disebabkan oleh reaksi hipersensitifitas type I. Terjadi vasodilatasi perifer

mg iv Bila ada spasme bronchial, Aminofilin

sehingga terjadi pengumpulan darah di perifer. mg i.v perlahan lahan.(1 ml mengandung

Akibatnya terjadi penurunan venous return sehingga

24 mg aminofilin)

cardiac output pun menurun.

5. Bila terjadi henti nafas, berikan nafas buatan, bila disertai henti jantung lakukan pijatan (penekanan)

Tanda dan gejalanya

terhadap jantung (pertengahan sternum)/ RJP.

Nadi cepat dan kecil

Penurunan tekanan darah

pernafasan buatan dan kompresi jantung,

Keringat dingin

pemasangan infus dengan kristalolid (NaCl, ringer

Lemas

laktat) dengan tetesan secepat mungkin (diguyur)

Badan terasa melayang

sampai nadi teraba.

Mual

Penatalaksanaan: 1. Letakkan pasien dalam posisi trendelenburg. 2. Berikan oksigen lembab l/menit.

6. Bersamaan dengan pemberian adrenalin, lakukan

7. Observasi dengan seksama sampai tanda-tanda vital stabil.

Insisi Ditulis Oleh: kapten Insisi dilakukan sebagai akses awal menuju daerah tujuan operasi. Insisi dilakukan setelah mengkaji kembali diagnosa dan tujuan terapi bedah. Perencanaan insisi harus disertai dengan perencanaan penutupan defek yang ditimbulkannya. Pengambilam masa di subkutis yang tidak membuang kulit mungkin tidak akan menimbulkan masalah saat penutupan defek, tetapi jika kulit ikut diambil maka ada kemungkinan timbul masalah saat penutupan luka apalagi jika jariongsan kulit yang diambil luas. Menurut bentuknya insisi dikelompokan menjadi 1.

Pastikan masa yang akan diambil tidak berhubungan dengan kulit. 2.

Insisi elips atau bulat Digunakan sebagai akses jika target operasi masa yang akan diambil berhubungan atau berada di kulit. Misalnya skin tag, granuloma, atau keloid. Dilakukan juga untuk massa dilokasi lebih dalam dari kulit tetapi berhubungan dengan kulit misalnya kista aterom, atau masa di subkutis lainnya yang terinfeksi sampai kulit sehingga kulit diatasnya harus dibuang. Pada pembuatannya tentukan lebih dulu lebar dan incisi sesuai dengan lesi, kemudian panjang insisi harus ≥ 3x lebar

Insisi Linier Insisi dalam satu lintasan atau garis lurus, atau melengkung. Insisi ini digunakan jika daerah operasi atau masa yang diambil tidak melekat/ berhubungan dengan kulit. Misalnya mengambil masa lipoma yang letaknya di subkutis maka insisi linier digunakan sebagai akses masuk dan diseksi sebagai lanjutan untuk evakuasi masa.

Perhatikan ujung lancip tiapsisi Jahitan tidak boleh sekaligus tetapi harus dua kali karena arah jarum harus tegak lurus dengan tepi insisi

3.

Untuk menghindari regangan dapat dikerjakan teknik

sampai inti yang masuk ditemukan yang dilanjutkan dengan

“undermining”

insisi ellips.

Insisi S atau Z

5.

Insisi Poligonal

Insisi dalam satu lintasan berbentuk huruf S atau Z (tidak

Digunakan sebagai akses sekaligus diseksi tajam jika target

berbetuk lurus). Insisi ini digunakan jika daerah operasi atau

operasi masa yang akan diambil berhubungan atau berada di

masa yang diambil biasanya tidak berhubungan dengan kulit

kulit. Dibuat banyak sisi tajam atau poligonal bertujuan untuk

tetapi letaknya di persendian. Misalnya mengambil

menghabiskan akar-akanr dari masa yang dibuang. Misalnya

masa Becker cyst di fosa poplitea. Insisi ini digunakan sebagai

tumor ganas kulit. Poligonal juga berfungsi untuk mengecek

akses masuk dan diseksi sebagai lanjutan jika masa sudah

tiap sisi apakah bebas dari masa tumor atau tidak.

ditemukan. Tujuan dari bentuk yang tidak lurus adalah untuk

Penutupan Defek

mencegah terjadinya kontraktur seteleh luka sembuh.

Pengambilan masa bersamaan dengan kulit diatasnya menimbulkan deffek yang dapat ditutup dengan mendekatkan tepi luka. Mungkin juga jika defek terlalu lebar maka kedua tepi luka tidak dapat didekatkan. Untuk itulah diperlukan

Perhatikan jahitan ditiap sudut.

teknik khusus untuk menutup defek. Sekali lagi, petutupan defek ini harus difikirkan saat merencanakan insisi, bagaimana kemungkinan defek yang terjadi dan cara untuk menutupnya. Dengan demikian, pada saat insisi telah tergambar rencana teknik penutupan defeknya.

4.

Insisi dilakukan jika lokasi didaerah persendian dan masa

Adapun teknik yang dapat dipakai adalah, advancement,

tidak berhubungan dengan kulit.

flaps, STSG (split thickness skin graff ), FTSG (full thickness)

Insisi tangensial/transversal

dan lain-lain

Insisi secara mendatar, sejajar dengan masa. Dilakukan pada

Menutup defek dengan cara mendekatkan 2 sisi insisi.

masa solid yang letaknya di kulit.Untuk bedah minor, insisi ini

Dilakukan jika masing-masing tepi longgar. Jika tidak maka

dilakukan pada insisi klavus dimana klavus ditipiskan dahulu

dilakukan pembebasan jaringan subkutis dari masing-masing

tepi agar menjadi longgar sehingga masing-masi tepi bisa bertemu sehingga jahitan tidak terlalu tegang /tension.

Gambar advancement flaps dengan single pedicle

Gambar penutupan defek dengan flap

Gambar advancment flaps dengan 2 buah flaps Koreksi

Dog Ear

Adakalanya diujung luka kulit lebih menonjol dan seakan seperti masa kulit. Kelebihan kulit ini menyerupai telinga anjing sehingga sering disebut dog ear. Antisipasi terbentuknya dog ear ini dilakukan saat insisi, yaitu ujung insisi pada insisi elips diusahakan lebih lancip, tidak lengkung.

Dog ear pada ujung luka

Badingkan kedua ujung insisi yang lancip dengan lengkung. Dog ear terbetntuk dari insisi yang lebih lengkung. Untuk memperbaikinya, luka operasi terlebih dahulu dijahit seperti biasa untuk menilai sebesar apa ear dog yang terbentuk. Kemudiaan baru dikoreksi dengan membuat insisi berikutnya seperti pada gambar dibawah ini

Gambar diatas mengoreksi dog ear dengan membuat insisi elips pada tepi sayatan sebelumnya, sedangkan gambar bawah membuat insisi dua segitiga.

Hemostasis Ditulis Oleh: kapten

harus dipelajari sebagai antisipasi adanya penyulit yang mungkin terjadi.

Hemostasis adalah bagian penting dari tindakan operasi apapun. Kecepatan dan ketepatan dalam tindakan ini akan mengurangi komplikasi akibat perdarahan. Penggunaan alat bantu yang canggih telah banyak menghemat waktu dan darah pasien. Secara skematis, respon terhadap injuri vaskular dapat dilihat pada bagan dibawah ini

Teknik Hemostasis Penekanan/Depper Sistem koagulasi yang terjadi dapat melalui jalur intrinsik

Teknik ini digunakan untuk membantu sistem hemostatis dengan

ataupun ekstrinsik,tetapi pada akhirnya akan bergabung lewat

melakukan penekanan pada daerah perdarahan beberapa saat.

jalur bersama. Berbagai faktor yang mempengaruhi pembekuan

Dengan penekanan, diharapkan kapiler dapat tertutup dan selanjutnya platelet plug yang terbentuk akan lebih mudah menutup kapiler yang terpotong. Teknik ini hanya bisa dilakukan

pada perdarahan yang diakibatkan jejas pada pembuluh darah

perdarahan, terutama perdarahan yang besar. Biasanya setelah

kecil seperti kapiler, sedangkan untuk pembuluh darah yang

diklem hampir selalu diligasi. Caranya sama seperti cara dep dan

lebih besar digunakan penjepitan dengan klem atau bahkan

klem. Namun, setelah diklem, dilakukan ligasi pada pembuluh

ligasi.

darah yang terpotong, baru kemudian klem dibuka. Ligasi dapat

Segera setelah insisi selesai, lakukan penekanan/dep dengan

dilakukan dengan menggunakan chromic cat gut atau plain cat

melingkarkan kasa ke sekeliling daerah insisi sambil ditekan,

gut dengan ukuran 3.0.atau 4.0. Perlu diingat bahwa setiap ligasi

diputar dan dibiarkan beberapa saat, kemudian lepaskan dan

dengan cat gut harus disimpulkan sekurang-kurangnya 3 kali

lihat sumber-sumber perdarahan. Setelah terlihat baru di klem.

karena lama-kelamaan cat gut akan mengembang dan ikatan

Pengkleman

menjadi longgar serta dapat lepas jika hanya satu atau dua kali

Dilakukan pada pembuluh darah yang agak besar. Sebelum

menyimpulkan. Simpulkan secara reef knot. Untuk lebih jelas

dijepit dengan klem, harus dipastikan terlebih dahulu sumber

perhatikan gambar berikut.

perdarahan atau pembuluh darah yang terpotong. Caranya adalah dengan mendep daerah perdarahan tersebut dengan kasa beberapa saat sampai diperkirakan darah di daerah sekitarnya terserap oleh kasa, kemudian kasa diangkat secara tiba-tiba dan sambil diperhatikan di daerah mana darah muncul. Setelah ditemukan sumber perdarahan, jepit dengan klem , usahakan posisi klem tegak lurus supaya bagian yang terjepit seminimal mungkin. Hal ini berguna jika dilakukan ligasi maka ikatan tidak menjadi longgar setelah klem dibuka. Setelah diklem, didep kembali untuk melihat apakah masih terdapat perdarahan atau

Teknik Ligasi

tidak. Jika perdarahan masih ada, perlu dipikirkan apakah

Dep dengan kasa daerah yang diperkirakan sumber perdarahan.

pengkleman sudah tepat pada sumber perdarahan atau ada

Jepit sumber perdarahan, yakinkan bahwa perdarahan berhenti.

sumber perdarahan lain. Ligasi Ligasi dilakukan jika penjepitan dengan klem masih terjadi

pada ujung klem yang menjepit pembuluh darah akan mengakibatkan sel-sel akan mengalami combustio yang bergabung menjadi struktur seperti hialin dan pembuluh dalam masa kuagulasi. Arus keluar dihantarkan melalui ground plate yang dipasang pada bagian lain tubuh pasien. Agar arus keluar ini tidak mengakibatkan kerusakan pada kulit, ground plate harus memiliki permukaan yang lebar. Teknik Teknik Ligasi

1.

Pasang ground plate

Perhatikan tahapan ligasi di atas. Ikatan di atas diulang

2.

Identifikasi sumber perdarahan dengan cara mendep dengan kasa

sebanyak tiga kali agar tidak mudah lepas. Gunting , sisakan benang sekitar 2 mm.

3.

Klem/pegang dengan pinset sumber perdarahan

4.

Nilai ulang apakah masih ada perdarahan ditempat yang sama

Kauterasi

5.

Tempelkan pencil probe kauter pada klem/pinset

Metode ini ditemukan oleh Bovie yang menyatakan bahwa arus

6.

Tekan tombol biru beberapa saat sampai sumber perdarahan terkoagulasi

listrik bolak balik (alternating current) dengan frekuensi tinggi, yaitu sebesar 250.000 – 2.000.000 Hertz dapat digunakan untuk

7.

Lepaskan kelm/pinset

menginsisi atau mengkoagulasi jaringan.

8.

Nilai ulang apakah amasih ada perdarahan di tempat yang sama.

Ada dua teknik dasar yang dapat digunakan, yaitu : 1.

Probe Monopolar

9.

Identifikasi lagi perdarahan di tempat lain

10.

Dengan cara yang sama lakukan koagulasi sampai semua sumber perdarahan terhenti.

Cara kerjanya adalah arus listrik AC berfrekuensi tinggi (+ 1,5

Pembuluh darah yang terbuka dibakar untuk menimbulkan

MHz) mengalir lewat probe dan mengakibatkan efek destruksi

obstruksi. Cara ini sangat menguntungkan dibandingkan

jaringan dan dehidrasi hingga koagulasi. Probe ditempelkan

dengan semua cara di atas. Dengan teknik ini perdarahan

12.

dapat lebih cepat diatasi karena hanya dengan

Identifikasi sumber perdarahan dengan cara mendep dengan kasa

menyentuhkan probe pada sumber perdarahan. Cara ini juga

13.

Jepitkan probe pinset sumber perdarahan

relatif lebih mudah dibandingkan teknik lainnya. Sayangnya

14.

Inajak tombol on beberapa saat sampai sumber

harga alat ini relatif mahal.

perdarahan terkoagulasi 15.

Lepaskan probe pinset

16.

Nilai ulang apakah amasih ada perdarahan di tempat yang sama. Identifikasi lagi perdarahan di tempat lain

Kontrol Perdarahan Dengan menggunakan electrocauter. b.

Probe bipolar

Jaringan yang dikoagulasi berada antara arus masuk dan keluar dengan jarak hanya beberapa millimeter saja. Probe

Electro Cauter dengan Probe Bipolar

yang digunakan mirip pinset, dimana satu sisi pinset diisolasi dari sisi pinset lainnya yang bihubungkan dengan satu untuk

Spons Gelatin

aliran listrik masuk dan sisi lainnya untuk arus keluar.

Berupa potong-potongan spons kecil seperti gabus, bersifat

Electrocauter ini dapat digunakan untuk koagulasi dan insisi.

lembut, tidak toksis, tidak bersifat antigen, dan dapat diserap

Teknik

tubuh sekitar 4 minggu. Digunakan dengan cara

11.

Pasang ground plate

menempelkan pada daerah perdarahan dan perdarahan mulai

berhenti beberapa saat. Di pasaran lebih dikenal dengan nama spongostan.

Collastypt (surgycell) Laser Penggunaan laser bisa berbarengan dengan insisi. Seperti hanya dengan menggunakan electrocauter monopolar, penggunaan laser hampir sama. Dengan menembakan sinar dari probe ke arah perdarahan (pengaturan jarak disesuaikan Gambar 8.6 Spons Gelatin

dengan daya) maka terjadi proses pembakarn. Sayangnya penggunaaan laser CO2 tidaklah sepraktis electrocauter

Collastypt (surgycell)

karena alur sinar yang dipancarkan dan harus dibelokkan

Suatu kolagen berupa lembaran-lembaran

melalui cermin dan prisma untuk sampai ke ujung probe

putih. Collastypt yang bergabung dengan darah akan

sehingga lebih rigid dibandingkan dengan penggunaan probe

membentuk masa gelatin yang dapat menghentikan

pada electrocauter. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah

perdarahan. Penggunaannya terutama pada perdarahan

pengaturan daya agar jangan sampai menimbulkan daya

parenkim. Hemostatis akan segera tercapai setelah

tembus yang terlalu besar yang akan mengakibatkan

pemakaian. Tidak ada efek samping maupun kontraindikasi

efek combustio yang dalam.

dalam pemakaiannya dan dapat diserap dalam waktu sekitar

Teknik

3 minggu.

17.

Identifikasi sumber perdarahan dengan cara mendep dengan kasa

18.

Arahkan optik ke sumber perdarahan

19.

Atur jarak optik ke sumber perdarahan

20.

Tekan tombol sinar beberapa saat sampai jaringan terkoagulasi

21.

sirkulasi ekstrakorporeal karena tidak memerlukan suatu sistem hemostatik yang efektif.

Perhatikan agar jaringan yang disinar dalamposisi kering.

Lem fibrin juga telah dievaluasi pada graft vaskular yang terbuat dari Dakron yang dianyam atau dirajut. Kelemahan

22.

Evaluasi ulang sumber perdarahan

yang utama dari penggunaannya adalah risiko penularan

23.

Untuk di jam 6, angkat jaringan yang akan disinar

penyakit serologis dari darah yang disatukan dan darah yang

dengan pinset menjauhi urethra baru disinar.

berasal dari donor tunggal. Preparat yang paling aman adalah

24.

Identifikasi lagi perdarahan di tempat lain

menggunakan darah pasien sendiri untuk mempersiapkan lem

25.

Dengan cara yang sama lakukan koagulasi sampai

fibrin. Secara keseluruhan, lem fibrin merupakan suatu

semua sumber perdarahan terhenti.

metode tambahan yang berguna untuk mengontrol

Fibrin Glue

perdarahan pada pasien operasi.

Fibrin glue (lem fibrin) adalah campuran antara 2 zat yaitu

Teknik

fibrinogen dan thrombin. Ketika kedua zat ini bercampur,

26.

agen ini mirip dengan tahap akhir dari urutan pembekuan

Masukan masing-masing vial dalam spuit double barel

darah untuk membentuk suatu gumpalan fibrin. Fibrinogen

27.

Pasang kedua spuit pada tempatnya

dapat diperoleh dari pengumpulan, donor tunggal, dan

28.

Identifikasi sumber perdarahan

donor darah autolog dan biasanya diisolasi melalui proses

29.

Letakan ujung spuit double barel pada sember

kriopresipitasi. Komponen thrombin biasanya diperoleh dari

perdarahan (usahakan secepat mungkin agar masih kering

sapi komersil. Beberapa penyelidik telah menambahkan

setelah di dep)

kalsium klorida dan/atau antifibrinolitik (yaitu asam aminokaproat, aprotinin) pada

preparat mereka. Lem

fibrin dapat digunakan dengan memakai barrel

syringe

30.

suatu

double-

atau aplikasi semprot. Walaupun telah

Tekan kedua ujung spuit sampai kedua isi spuit keluar bersamaan

31.

Lekatkan sedikit saja.

32.

Jika seluruh perdarahan teratasi maka kulit

digunakan untuk berbagai prosedur operasi, lem fibrin

diaproksimasi dan di lem(menggantikan penjahitan.

terutama bermanfaat untuk pasien yang diheparinisasi yang

33.

Biarkan beberapa detik sampai kering.

menjalani prosedur kardiovaskular yang membutuhkan

Ligasi Hekting

Jika dilakukan hemostasis dengan ligasi hekting, ada beberapa cara yang dapat dilakukan jahitan matras atau figure of eigh

Pembalutan Ditulis Oleh: kapten Dressing atau pembalutan luka paskaoperasi bertujuan untuk melindungi daerah operasi dari kotoran. Banyak macam dan jenis baluta, mulai yang paling konvensional seperti kasa (gauze), sampai balutan yang menyerap eksudat seperti bahan dari rumput laut bahkan sampai bio ceramic. Komposisi balutanpun ditambah dengan berbagai macam zat yang berfungsi mengoptimalkan suasana agar penyembuhan luka dapat berlangsung tanpa komplikasi. Pemakaian antibiotik, antiseptik, anti perdaraha sampai yang mengandung zat untuk peningkatan oksigen kedalam jaringan. Secara kosmetik juga berkembang balutan yang mengandung zat untuk meminimalkan skar post operasi. Balutan luka sintetik Balutan luka sintetik semula terdiri dari 2 tipe; pembalutan gauze dan balutan pasta seperti balutan pasta zinc. Pada pertengahan tahun 1980-an, pembalutan luka modern pertama diperkenalkan dimana diperkenalkan karakteristik terpenting dari pembalutan luka yang ideal : mempertahankan kelembaban dan bersifat menyerap (seperti busa poliuretan, hidrokoloid) dan mempertahankan kelembaban dan antibakteri (seperti gel yang mengandung yodium). Selama pertengahan tahun 1990-an, pembalutan luka sintetik meluas menjadi beberapa kelompok produk berikut: 

vapour-permeable adhesive films

hidrogel

hidrokoloid

alginates

Balutan luka sintetik

silicone meshes

tissue adhesives

barrier films

 Balutan mengandung perak atau kolagen Balutan luka ideal TIdak ada balutan tunggal yang dapat dipergunakan untuk semua tipe luka. Seringkali, sejumlah tipe balutan yang berbeda digunakan selama proses penyembuhan suatu luka. Balutan seharusnya memenuhi fungsi berikut : 

Mempertahankan lingkungan yang lembab pada permukaan luka/balutan

Menyerap eksudat yang berlebihan tanpa adanya kebocoran pada permukaan balutan

Terlindung dari termal dan mempertahankan secara mekanis

Memberikan proteksi terhadap bakteri

Adanya pertukaran gas dan cairan

Menyerap bau luka

Tidak melekat pada luka dan mudah dibuka tanpa trauma

Memberikan aksi debridement (mengangkat jaringan mati dan/atau partikel asing)

Non-toxic, non-allergenik dan non-sensitif (baik bagi pasien dan tenaga medis)

 Steril Klasifikasi balutan luka

balutan

Balutan luka sintetik secara luas dikategorikan dalam tipe

Gauze

berikut:

Balutan dapat melekat pada permukaan

Tipe

Karakteristik

Produk

Balutan tradisional yang

pasif

menutupi seluruh luka, misalnya

luka dan merusak dasar luka ketika diangkat. Hanya

balutan gauze dan tulle

digunakan pada

Produk

Film polimerik dan bentuk yang

luka minor atau

interaktif

lebih transparan, permeable

sebagai balutan sekunder

terhadap air dan oksigen, nonpermeabel terhadap bakteri, misalnya asam hialuronat, hidrogel, balutan busa Produk

Balutan yang mengandung

bioaktif

substansi aktif yang berperan dalam perbaikan luka, misalnya

Tulle

Balutan tidak melekat pada permukaan luka. Cocok untuk luka datar dan dangkal. Berguna

hidrokoloid, alginate, kolagen,

pada pasien

chitosan

dengan luka sensitive.

Tipe luka dan balutan

Contohnya

Tabel berikut menggambarkan beberapa tipe perbedaan balutan

Jelonet®,

luka dan karakteristik utamanya.

Paranet®

Tipe

Karakteristik

Gambar

Film

Lapisan steril dari

debridement dan

semiperm

poliuretan yang

penyembuhan.

eabel

dilapisi oleh pita

Tergantung pada

akrilik. Karena

balutan

transparan,

hidrokoloid yang

mudah mengecek

dipilih, dapat

luka. Cocok untuk

digunakan pada

luka dangkal

luka dengan

dengan sedikit

sedikit sampai

eksudat.

banyak eksudat,

Contohnya

luka lembab atau

OpSite®,

bergranulasi.

Tegaderm®

Tersedia dalam

Hidrokoloi Terdiri dari d

karboksimetilselul osa gelatin, pektin, elastomer dan pelekat yang berubah menjadi gel ketika eksudat diabsorbsi.Hal ini membentuk suasana panas dan lembab yang akan merangsang

beberapa bentuk (adhesive atau nonadhesif pad, pasta, bubuk) tetapi lebih sering sebagai self-adhesive pads. Contohnya DuoDERM®, Tegasorb®

Hidrogel

Trutama terdiri

Alginat

Terdiri atas

atas air dalam

kalsium alginate

jaringan kompleks

(komponen

atau fiber yang

rumput laut).

mempertahankan

Ketika kontak

keutuhan gel

dengan luka,

polimer. Air

kalsium dalam

dilepaskan untuk

balutan diubah

menjaga agar

menjadi natrium

luka tetap

dari cairan luka

lembab.

dan hal ini akan

Digunakan untuk

mengubah

luka nekrotik atau

balutan menjadi

lembab untuk

bentuk gel yang

rehidrasi dan

mempertahankan

mengangkat

suasana lembab

jaringan mati.

luka. Baik untuk

Tidak digunakan

luka dengan

untuk luka

eksudat dan

eksudat moderat

membantu dalam

sampai berat.

hal debridement

Contoh Tegagel®,

luka lembab.

Intrasite®

Tidak digunakan pada luka dengan sedikit eksudat karena dapat

menyebabkan

suasana kering

suasana kering

dan krusta.

dan krusta.

Contohnya

Balutan sebaiknya

Allevyn®,

diganti setiap

Lyofoam®

hari. Contohnya Kaltostat®,

Hidrofiber

Balutan lembut non-woven pad

Sorbsan®

atau plester yang

Busa

Didesain untuk

terbuat dari fiber

poliuretan

mengabsorbsi

natrium

atau

sejumlah besar

karboksimetilselul

silikon

eksudat.

ose. Berinteraksi

Mempertahankan

dengan drainase

luka dalam

luka untuk

suasana lembab

membentuk suatu

tetapi tidak

gel lunak.

berguna seperti

Mengabsorpsi

alginate atau

eksudat dan

hidrokoloid untuk

memberikan

debridement.

suasana lembab

Tidak digunakan

di bagian dalam

pada luka dengan

luka.

sedikit eksudat karena dapat menyebabkan

Kolagen

Balutan berasal dari pad, gel atau partikel.

Absorb

Merangsang

Bersih,

deposit baru

kering, sedikit

ent

kolagen pada

eksudat

perforated

dasar luka.

(epithelialisin

plastic film-

Mengabsorpsi

g)

faced

eksudat dan

dressing

menciptakan

Vapour-

suasana lembab.

permeable adhesive

Perbedaan tipe luka dan perbedaan tingkat penyembuhan luka

film

memerlukan pembalutan yang berbeda atau kombinasi

dressing

pembalutan.

Bersih,

Tabel berikut ini memperlihatkan balutan yang sesuai untuk tipe

exudasi

luka tertentu.

(granulating)

Tipe luka

Hidroko

 loid 

Busa

Alginat

Hirokol

Tipe balutan Contoh Bersih,

medium sampai

Paraffin gauze

covered

viscose

eksudat

primary

(epithelialisin

dressing

oid Hidrog

Knitted

banyak

g)

Slough-

el Kering,

Hidroko

nekrotik

loid Hidrog

 el

alginat atau Pembalutan mungkin memerlukan balutan sekunder seperti

hidrokoloid bila

absorben pad dan plester.

banyak eksudat

Efek samping balutan

Graze,

Film, tulle, lapisan

Balutan luka dapat menyebabkan masalah, termasuk:

abrasions –

terfiksasi atau

clean

lapisan kering

Graze,

Kering atau tulle

2 hari

Terbuka atau kering

2 hari

Laceration –

Terbuka atau kering,

3-7 hari

suturedLacer

pertimbangkan

ations

paper tape support

Maserasi (kelembaban) kulit di sekitarnya (sering ganti

balutan dan gunakan lebih banyak balutan absorben) Dermatitis kontak iritan (melindungi kulit dengan emolien

atau film barier) Dermatitis kontak alergik (jarang : ganti tipe balutan,

oleskan steroid topical)

2 hari

abrasions – soiled Luka tusuk atau gigitan

Tipe luka

Pilihan balutan

Review times

Luka nekrotik

Moisture retention

3-4 hari

kering

misalnya hidrokoloid,

setelah

semi permeabel

pengangkatan jahitan

Slough –

Moisture retention

3-4 hari

covered

dan absorpsi cairan

Luka bakar

Film, medicated

4-5 hari

wounds

misalnya hidrokoloid,

minor

tulle, fixation sheet

visual review

alginat Luka

Hindari balutan

terinfeksi

semiterbuka. Pertimbangkan

1-2 hari

leave dressing on if

healing see Luka bakar

Plastic

Pemeriks

mayor atau

wrap terutama untuk aan

memerlukan

pemeriksaan

rawat

rawat inap

surgical, medicated

inap

misalnya area tulle

Tipe balutan

Cont Keuntung oh an

Kerugian

Indikasi

Kontrai ndikasi

Film poliuretan transparan semipermeabel – tipis, melekat,

OpSi te, Tega derm

Evaporasi kelembaba n, Menguran gi nyeri. Barrier terhadap kontamina si eksternal. Mudah terlihat.

Eksudat tergenang, dapat traumatik.

Luka superfisial Sebagai balutan sekunder

Luka dengan banyak eksudat

Non adherent Moist (Tulle Gras Dressing) – Gauze ditambah paraffin atau zat serupa. Dapat ditambahka n dengan antiseptic atau antibiotic

Jelon et, Unit ulle Bacti gras, Sofr aTulle

Melekat pada luka. Suasana lembab membantu penyembu han

Tidak mengabsor psi eksudat.M emerlukan balutan sekunder. Dapat merangsan g alergi atau memperla mbat penyembu han ketika terisi paraffin atau zat serupa

Luka bakar.Pen yembuhan luka dengan tujuan sekunder

Alergi

Film plastic berlubang

Melo Perlekatan lin, luka

luka bakar kronis special Luka kronis

Hidrokoloid, alginat,

misalnya

busa

5 hari

ulkus, PEG sites dll Pemilihan balutan Pemilihan balutan didasarkan kepada 

Jenis luka

Ukuran luka

Lokasi luka

Kebersihan luka

Produktifitas luka

Komplikasi penyerta

Ketersediaan bahan

Finansial

Secara umum, pemiliha balutan dapat dilihat pada table dibawah ini

Tidak Luka cocok pada dengan

Luka kering

tipis kering, non adherent melekat pada pad absorben

Melo lite, Trico se

ringan. Dapat mengabsor psi sedikit eksudat

luka dengan eksudat banyak. Dapat mongering dan menempel pada luka. Memerluk an balutan sekunder.

eksudat moderat

(dapat menyeb abkan dehidras i jaringan )

Fixation SheetPorous polyester fabric dengan adhesive backing

Fixo mull, Hyp afix, Mefi x

Dapat digunakan secara langsung di tempat luka. Mengikuti kontur tubuh, menguran gi nyeri dan mengontro l edema, Permeabel hingga eksudat mudah keluar dan luka mongering . Ganti balutan setelah 5-7 hari.

Balutan perlu dibasuh sabun dan water patdried 2 kali sehari.Me merlukan olesan minyak sebelum diangkat, idealnya direndam dalam minyak dan dibungkus film melekat semalaman .

Luka dengan eksudat ringan, tidak perlu sering control

Luka terinfeks i alergi terhadap plester

Natural Kalt Kalsium ostat Alginat polisakarida dari rumput laut

Membentu k gel pada luka dan melembab kan. Menguran gi nyeri. Dapat membung kus ruang.Abs orbenpada luka eksudatif. Merangsan g hemosasis Allergenik rendah.

Memerluk an balutan sekunder. Tidak direkomen dasikan pada infeksi anaerob Gel dapat dikelirukan dg slough atau pus dalam luka.

Luka eksudativa moderat atau tinggi eksudat.Pe rlu untuk hemostasis

Luka kering atau jaringan parut keras

Foam Poly DressingsPo Mem lyurethane foam dressing dengan layer incorporate d

Lembab, absorben tinggi dan protektif

Ukuran busa terbatas terhadap ukuran luka.

Luka dengan eksudat ringan sampai moderat.

Luka kering.L uka yang perlu control yang sering.

Perawatan Luka Ditulis Oleh: kapten Pengetahuan operator tentang komplikasi yang akan terjadi akan membekali pasien/ orangtua/ wali dalam pemeliharaan dan pengawasan luka paska operasi. Seringkali operator lupa menjelaskan berbagai hal yang harus atau tidak boleh dilakukan setelah operasi

Pengangkatan jahitan dilakukan jika benang yang digunakan jenis non absorbable. Pengangkatan tergatung pada 1.

Jenis operasi

2.

Lokasi

3.

Jenis benang

Pada penjahitan di muka dengan menggunakan benang di atas 50 umumnya dibuka hari ke 3 – 5.

Seperti pada perawatan paskaoperatif lain, perawatan setelah

Area

Removal time (days)

Face

3 to 5

Neck

5 to 8

Penggantian Balutan

Scalp

7 to 9

Pelepasan balutan ini dapat dilakukan pada hari ketiga karena

Upper extremity

8 to 14

pada saat tersebut luka umumnya sudah kering. Jika terjadi

Trunk

10 to 14

Extensor surface hands

14

Lower extremity

14 to 28

bedah minor pun tidak berbeda. Yang membedakan adalah ukuran lukanya relatif kecil. Luka operasi sebaiknya tetap kering, minimal selama tiga hari untuk menghindari kontaminasi kuman.

kesulitan melepaskan kasa, luka dapat dibasahi dahulu dengan iodin povidon 10% atau cairan steril lainnya beberapa saat sampai kasa basah dan mudah dilepas. Setelah luka kering, tidak perlu lagi dibungkus dengan kasa, jika

Teknik pengangkatan jahitan dapat dilihat di bab ikatan dan

masih sedikit basah bisa ditetesi iodin povidon 10% sampai luka

jahitan

kering,

Monitoring Tanda-Tanda Komplikasi

Jika luka produktif apakah mengeluarkan nanah atau seroma,

Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan dan infeksi.

maka segera harus dievakuasi. Evakuasi bisa dilakukan dengan

Komplikasi lainnya jarang ditemukan, kenali gejala dan

menekan luka atau embuka sebagian jahitan. Selanjutnya dapat

tandanya .

dilakukan penggantian balutan yang menyerap cairan/pus.

1.

Perdarahan

Selengkapnya dapat dilihat di komplikasi paska operasi

Perhatikan jika ada perdarahan aktif. Lakukan dep dengan

Pengangkatan jahitan

kasa dalam beberapa menit. Jika tidak dapat diatasi maka

lakukan eksplorasi dengan membuka jahitan di arah tempat

takikardi

sumber perdarahan.

nyeri

2.

Hematom

Jika dijumpai tanda-tanda tadi, maka cucilah luka sampai

Terdapat bekuan darah sebagai akibat terputusnya pembuluh

bersih dengan NaCl 0,9 % Jaringan nekrotik dan eksudat harus

darah dan darah berkumpul di jaringan ikat longgar. Hematom

dibersihkan sampai maksimal. Jika ada krusta maka harus

dapat aktif ataupun pasif. Aktif artinya hematom terus

diangkat karena dibawahnya hampir dipastikan terjadi koloni

membesar karena bekuan yang terbentuk tidak mampu

kuman.

menutup pembuluh darah yang pecah. Jika ini terjadi maka

Berikanlah tambahan antibiotik dengan dosis yang sudah

harus dilakukan eksplorasi ulang dan dilakukan hemostasis.

dihitung untuk 3 hari kedepan. Jika 3 hari tidak memberikan

Jika hematom tetap tidak membesar, maka kalau ukurannya

respon maka lakukanlah tes kultur dan resistensi. Sambil

relatif kecil tidak masalah sepanjang tidak mengganggu

menunggu hasil tes kultur dan resistensi, gantilah antibiotik

penjahitan atau kosmetik

dengan golongan lain.

3.

Seroma

Perlu diperhatikan tanda dan gejala berbagai komplikasi yang

Cairan yang keluar dari luka atau bekas manipulasi tindakan yang bersumber dari ekstravasasi pembuluh darah dan lymp.

mungkin terjadi. Uraian rinci dapat dibaca di bab berikutnya. 5.

Wound Dehiscence

Jika aktif maka salah satu jahitan dibuka untuk memberi

Terbukanya luka operasi karena proses inflamasi dan atau

jalannya cairan keluar. Dapat juga menggunakan balutan yang

infeksi yang mengganggu healing. Jika luka kotor, maka

bersifat absorben, misalnya yang mengandung agar-agar laut

dilakukan perawatan luka terbuka dengan mencuci dengan

atau bio-ceramic.

NaCl 0,9 % dan atau dengan larutan antiseptik. Setelah

4.

Infeksi Terjadi mulai hari kedua dan sering muncul di hari ke 3. Tanda dan gejalanya: 

edema

kemerahan

keluar eksudat yang bertambah banyak

demam

terbentuk granulasi atau luka bersih maka dilakukan penjahitan kembali (secondary suture).

Kista Aterom Ditulis Oleh: kapten Definisi Tumor jinak di kulit yang terbentuk sebagai akibat tersumbatnya muara kelenjar sebasea. Patofisiologi Terbentuk akibat sumbatan pada muara kelenjar sebasea, oleh karena itu ditemukan puncta berbentuk titik kehitaman sebagai muara kelenjar di kulit yang tersumbat. Sekret kelenjar sebacea yaitu sebum dan sel-sel mati tertimbun dan berkumpul dalam kantung kelenjar. Lama kelamaan membesar dan terlihat sebagai masa tumor yang berbetuk lonjong sampai bulat, berbatas tegas, berdinding tipis, tidak terfiksir ke dasar, tetapi melekat pada dermis di atasnya. Isi kista adalah bubur eksudat berwarna putih abu-abu yang berbau asam. Diagnosa Tampak bulat atau oval, superficial-subkutan, batas tegas, ada puncta berupa titik kehitaman yang letaknya biasanya dipermukaan kulit tepat ditengah masa. Batas tegas, konsistensi lunak sampai kenyal, umumnya tidak nyeri, Predileksi di bagian tubuh yang berambut (kepala, wajah, belakang telinga, leher, punggung, dan daerah genital). Epidemiologi Sering terjadi pada usia 20 sampai 30 -an, predileksi pada pria dua kali lebih banyak dibanding pada wanita.

Perhatikan adanya puncta diatas masa Terapi Terapi Antibiotik diberikan jika terdapat tanda adanya infeksi yaitu kemerahan dan inflamasi, seringnya adalah infeksi bakteri staphylococci. Eksisi menyertakan kulit dan puncta untuk mengangkat seluruh bagian kista hingga ke dindingnya secara utuh. Bila terjadi infeksi sekunder dan terbentuk abses, dilakukan insisi, evakuasi dan drainase. Setelah tenang (3-6 bulan) dapat dilakukan operasi definitif Teknik operasi 1.

Lakukan tindakan aseptik.

2.

Tutup dengan duk bolong

3.

Lakukan anestesi lokal (blok/infiltrate) dengan lidocaine 2%

4.

Tandai batas insisi yang akan dilakukan, berbentuk elips, dengan panjang sejajar dengan garis Langers

3.

Masa dibelah dan dilihat isinya kemudian dikirim ke patologi anatomi

1.

Insisi kulit sampai subkutis.

2.

Pegang ujung insisi dengan klem dan angkat

Kista di region gluteal, perhatikan besar masa, letak puncta dan pola insisi

1.

Lakukan diseksi tajam dengan gunting menelusuri masa kesekelilingnya

2.

Usahakan kista tidak pecah

3.

Jika masa sudah terangkat, potonglah jaringan bagian bawah

1.

Perdarahan dirawat

2.

Jahit luka operasi lapis demi lapis.

Insisi elips, angkat kulit dengan klem, mulai diseksi tajam

Lanjutkan diseksi ke segala arah dan mepet ke kapsul

Setelah kista terangkat , lakukan pencucian kemudian jahitan subkutis dan kutis

Lipoma

Tumor ini sering meluas ke dalam otot maka kurang memberikan hasil yang baik dengan reseksi lokal Tumor ini

Ditulis Oleh: kapten

terdiri dari jaringan lemak yang immatur

Lipoma adalah tumor jinak jaringan lemak yang berada di bawah kulit yang tumbuh lambat, berbentuk lobul masa lunak yang dilapisi oleh pseudokapsul tipis berupa jaringan fibrosa.

3.

Etiologi

Sering dijumpai pada daerah kepala, leher, bahu dan proximal

Penyebab lipoma belum diketahui dengan pasti, akan tetapi ada

extremitas atas. Pada anamnesa sering terdapat riwayat

kecenderungan lipoma dapat diturunkan. Beberapa jenis lipoma

mengkomsumsi alkohol atau penyakit diabetes mellitus

dapat terjadi akibat trauma tumpul. Orang yang gemuk tidak meningkatkan kemungkinan terjadinya lipoma.

Lipomatosis simetris ( Madelung)

4.

Familial lipomatosis multiple

Pada pemeriksaan secara mikroskopis akan ditemukan suatu tumor yang berbentuk lobulus yang mengandung sel lemak yang

Ditandai dengan beberapa benjolan kecil dengan batas tegas

normal. Pada pemeriksaan secara sitogenetik, lipoma sering

dan “berkapsul” Biasanya terdapat pada daerah extremitas

sekali berhubungan dengan alterasi dari kromosom 12q, 6p, dan

dan timbul setelah pubertas Pada anamnesa didapatkan

13q.

riwayat penyakit yang sama pada keluarga

Jenis Lipoma 1.

Lipoma soliter (paling sering)

5.

Penyakit Dercum ( adiposis dolorosa)

Kebanyakan lipoma soliter adalah superfisial dan berukuran

Lipoma yang menimbulkan rasa nyeri Biasanya dijumpai pada

kecil Lipoma soliter bisa tumbuh dengan kenaikan berat badan

wanita postmenopausa yang obese ,alcoholism,

dan tidak menghilang apabila berat badan diturunkan

ketidakstabilan emosi dan depresi berasosiasi dengan penyakit ini

2.

Diffuse Kongenital Lipoma 6.

Angiolipoma

Lipoma diffuse dengan batas tidak tegas biasanya berlokasi pada daerah belakang badan.

Angiolipoma adalah nodul subkutan yang kenyal dan nyeri. Tumor ini lebih keras daripada lipoma biasa dan multilobulasi

7.

Hibernomas

Diagnosis lipoma bisa ditegakkan dari anamnesa dan gambaran klinis atau dari fine needle biopsy

Tumor ini tumbuh soliter, nodul yang berbatas tegas dan

Penatalaksanaan

biasanya asimptomatik

Pada dasarnya lipoma tidak perlu dilakukan tindakan apapun,

Biasanya dijumpai pada regio interskapula, axilla, colli dan

kecuali bila berkembang menjadi nyeri dan mengganggu

mediastinum Secara histologik, hibernomas terdiri dari

pergerakan. Biasanya seseorang menjalani operasi bedah untuk

lipoblast coklat yang dikenali sebagai mulberry cells

alasan kosmetik. 1. Konservatif

Gejala Klinis

Mesoterapi

Lipoma bersifat lunak pada perabaan, dapat digerakkan, dan

Mesoterapi adalah terapi dengan injeksi NSAIDS, enzim dan

tidak nyeri. Pertumbuhannya sangat lambat dan jarang sekali

hormon.

menjadi ganas. Lipoma kebanyakan berukuran kecil, namun

Namun sekarang yang sering digunakan adalah lecithin

dapat tumbuh hingga mencapai lebih dari diameter 6 cm.

(phosphatidylcholine isoproterenol) yang mempunyai efek

Biasanya suatu lipoma dikulit hanya dirasakan mengganggu

lipolitik.

kosmetik oleh penderitanya.Sangat jarang suatu lipoma dikulit

2. Operatif

akan menekan struktur lain yang akan menyebabkan gangguan.

Simple surgical excision

Suatu lipoma sangat jarang berubah menjadi suatu keganasan,

Insisi dilakukan pada kulit hingga ke pseudokapsul lipoma,

misalnya suatu liposarkoma. Liposarkoma praktis tidak pernah

kemudian masa direseksi. Setelah pendarahan dihentikan,

timbul dari suatu lipoma.

dijahit dengan absorbable suture setelah itu luka ditutup

Pemeriksaan Fisik

(pressure dressing) selama 24 jam untuk mencegah terjadinya

1.

Nodul subkutan ukuran rata-rata 2 – 10 cm

hematoma atau seroma

2.

Sering berlobus

Squeeze teknik ( lipoma superficial yang kecil)

3.

Mobile

Insisi selebar ¼ diameter lipoma dilakukan dan bagian tepi

4.

Konsistensi kenyal

lipoma ditekan supaya massa tersebut keluar. Kemudian

5.

Kulit diatas lesi normal

dilakukan diseksi dan kuret

Liposuction Teknik yang bagus untuk angiolipoma,

adiposis dolorosa dan

sindroma Madelung. Kebaikan teknik ini adalah berkurangnya masa operasi dan insisi lebih kecil, Teknik Operasi 1.

Bersihkan daerah operasi dengan tindakan aseptik.

2.

Lakukan anestesi lokal field blok infiltrations dengan lidocaine 2%

3.

Tandai batas insisi yang akan dilakukan, linier, dengan

Lakukan anestesi secara infiltrasi di kedua sudut, menyebar ke tepi

panjang sejajar dengan garis Langers 4.

Insisi kulit sampai subkutis. Sampai jaringan adipose

5.

Pegang tepi insisi dengan klem dan angkat

6.

Lakukan diseksi tumpul dengan klem menelusuri masa kesekelilingnya

7.

Jepit bagian masa dengan klem, angkat dan teruskan diseksi tumpul

8.

Insis linier sampai subkutis

Diseksi mulai tepi insisi kebawah

Jika masa sudah terangkat, potonglah jaringan bagian bawah

9.

Perdarahan dirawat

10.

Jahit luka operasi lapis demi lapis.

11.

Kirim masa untuk pemeriksaan patologi anatomi. Diseksi kedalam tiap sisi jari

Diseksi tumpul dengan

Tarik tepi atas dengan klem sambil diseksi terus menelusuri tiap

Setelah perdarahan diatasi, jahit subkutis sampai tepi insisi

sisi

menyatu

Angkat, dan identifikasi dasar masa, masa dapat diluksir keluar

Jahit kutis setelah jahitan subkutis benar-benar rapat dan kuat

Potong dasar masa dengan kauter, setelah itu masa dilepaskan

Kista Epidermoid Ditulis Oleh: kapten

pembentukan kista. Kondisi ini disebut sebagai FavreRoucouchout syndrome

Patofisiologi

Kista epidermoid merupakan kista kutaneus yang paling sering dijumpai. Dapat terjadi dimana saja di seluruh tubuh, paling

Kista epidermoid berasal dari proliferasi sel epidermal dalam

sering pada wajah, scalp, leher dan tubuh.

dermis. Analisis pola lemaknya memperlihatkan kesamaan dengan epidermis. Kista epidermoid juga mengeluarkan

Penyebab

sitokeratin 1 dan 10 dari lapisan suprabasiler epidermis. Inflamasi diperantarai sebagian oleh material dari isi kista epidermoid.

Kista epidermoid terbentuk oleh beberapa mekanisme. Kista ini dapat berasal dari sekuestrasi sisa epidermal selama kehidupan

Klinis

embrional, oklusi unit pilosebaseus atau implantasi traumatic atau surgical dari elemen epitel. Infeksi HPV , paparan ultraviolet

Kista epidermoid muncul sebagai nodul padat, bulat dengan

, dan oklusi kelenjar eccrine dapat menjadi faktor tambahan

ukuran bervariasi. Punctum sentral dapat terlihat sebagai titik

dalam perkembangan kista epidermoid palmoplantar. HPV juga

kehitaman. Kista ini biasanya terletak di garis tengah dari badan.

telah ditemukan pada kista epidermoid nonpalmoplantar. Kista epidermoid kongenital berasal dari sekuestrasi atau terjebaknya sisa epidermal sepanjang embryonic fusion planes selama perkembangan. Pada pasien yang lebih tua, kerusakan akibat sinar matahari yang terakumulasia dapat merusak unit pilosebaseus, menyebabkan abnormalitas seperti sumbatan komedonal dan hiperkornifikasi, yang keduanya dapat menyebabkan

6.

Lakukan diseksi tajam dengan pisau atau gunting, mengitari masa, hati-hati kapsul pecah.

7.

Rawat perdarahan

8.

Cuci dengan NaCl 0,9 %

9.

Jika kulit berlebih, buang dengan menggunting.

10.

Lakukan jahitan subkutis dengan chromic cat gut 4-0 atau PDS .

Jahitan kutis dengan nilon 4-0 atau .

Balut.

Kista epidermoid besar dengan punctum prominen pada pundak

Terapi Kista epidermoid dapat diangkat dengan eksisi atau insisi simple dengan pengangkatan kista dan dinding kista Insisi dan drainase dapat dilakukan pada kista terinfeksi. Hal ini dapat membersihkan infeksi tetapi tidak menghilangkan kista. Teknik Operasi 1.

Lakukan tindakan a dan antiseptic

2.

Tutup daerah operasi dengan duk bolong

3.

Gambar insisi secara elips, supaya bag

4.

Lakukan anestesi infiltrasi

5.

Lakukan insisi elips

Identifikasi masa, gambar pola insisi, Bagian kulit yang ada punctanya harus terabil dalam insisi elips.

Diseksi tajam seperti halnya pada kista atherom. Bila perlu insisi dapat diperpanjang.

Keloid dan Hipertropik Skar

Klavus Ditulis Oleh: kapten Definisi Klavus adalah penebalan dari kulit karena tekanan yang berulang-ulang dan gesekan yang kuat. Semua ini mengakibatkan hiperkeratosis secara klinis dan histologis. Penebalan kulit yang luas ini menyebabkan nyeri yang kronis, terutama jika terdapat pada telapak kaki.

Klavus di bagian medial Patofisiologi

Klinis Lesi-lesi pada klavus berwarna kuning hingga kecoklatan dengan

Bentuk dari tangan dan kaki penting dalam formasi klavus.

suatu inti sentral. Klavus yang keras biasanya tampak agak

Secara rinci, penonjolan-penonjolan dari prominen sendi

mengkilap karena permukaannya yang halus. Klavus yang lunak

metacarpophalangeal dan metatarsophalangeal sering kali

biasanya maserasi dan basah.

menyebabkan suatu penekanan yang lebih besar terutama saat

Klavus terdiri dari dua jenis, yaitu:

menggunakan alas kaki yang keras. Seperti formasi klavus,

1.

gesekan terhadap alas kaki memungkinkan untuk terjadinya

Klavus yang keras Biasanya terdapat pada telapak kaki atau pada tumit.

2.

Klavus yang lunak Biasanya maserasi oleh karena keringat.

Secara klinis, lesi-lesi ini terlihat seperti hiperkeratosis atau penebalan dari kulit. Maserasi dan infeksi sekunder dari jamur atau bakteri dapat terjadi sehingga menimbulkan penyulit pada terapi. Letak yang paling sering dari klavus adalah di kaki, terutama pada daerah dorsolateral dan plantar kaki, yaitu daerah yang paling sering mendapat tekanan yang kronis.

suatu hiperkeratosis. Kelainan bentuk jari kaki, termasuk kontraktur dan kaki berbentuk cakar, bentuk jari palu, dapat berperan untuk patogenesis. Epidemiologi Klavus sering terjadi pada pemakaian alas kaki yang keras dan aktivitas yang berulang, misalnya seperti berlari. Pengerasan yang berlebih akan mengakibatkan nyeri kronis. Pada keadaan tertentu dapat timbul ulkus. Klavus bisa menjadi suatu tanda dasar neuropati yang disebabkan oleh karena DM atau neuroborreliosis, atau karena kelainan radang sendi rheumatoid. Di dalam kasus penyakit saraf, suatu klavus dengan ulkus yang

tersembunyi dapat menandakan adanya vaskularisasi yang

3.

abnormal pada kaki. Pada radang sendi rheumatoid, klavus dapat meningkatkan rasa nyeri pada persendian yang mengalami

HCl 2% . 4.

deformitas. Diagnosis Banding

Lakukan anestesi lokal (blok/infiltrasi) dengan lidocaine Lakukan insisi tangensial sampai terlihat inti sentral dari klavus.

5.

Tandai batas insisi yang akan dilakukan, berbentuk elips

Acanthosis Nigricans

Acrokeratoelastoidosis

Arsenical keratosis

Atypical fibroxanthoma

7.

Pegang ujung insisi dengan klem lalu diangkat.

Atypical mole (Dysplastic nevus)

8.

Lakukan diseksi tajam dengan gunting menelusuri masa

Warts

Histopatolologi

hanya seluas inti sentral. Bukan seluas seluruh klavus. 6.

Eksisi secara tajam bagian dasar klavus sampai subkutis (lemak subkutis bisa diidentifikasi).

ke sekelilingnya. 9.

Secara histologis akan ditemukan adanya penebalan dari stratum

Jika masa sudah terangkat, potonglah jaringan di bagian bawahnya.

korneum.

10.

Perdarahan dirawat.

Penatalaksanaan

11.

Jahit luka operasi dengan nylon 2-0 sampai 3-0

Karena disebabkan gesekan atau tekanan, maka apabila penyebabnya dihilangkan, biasanya gejala akan menghilang dengan sendirinya. Gunakan alas kaki yang lunak dan kurangi aktivitas yang berulang yang mengakibatkan penekanan pada satu tempat. Koreksi kelainan lain yang mengakibatkan penekanan kronis. Terapi klavus dapat juga menggunakan larutan asam salisilat atau melakukan eksisi dengan skalpel. Teknik operasi 1.

Lakukan tindakan aseptik.

2.

Dreping dengan duk bolong.

Ingrowing Toenael Ditulis Oleh: kapten Oleh: dr.Asep Hermana,SpB, FINACS Definisi Pertumbuhan kuku yang mengarah ke samping lateral atau medial sehingga kuku tertanam di lipatan kuku atau nail fold. Keadaan ini bisa mengakibatkan inflamasi bahkan infeksi (paronikia). Pada diabetisi dan orang dengan masalah vaskular perlu lebih

Potongan melintang phalanx distal

agresif menangani dan mencegah terjadinya masalah minor pada kaki seperti pertumbuhan kuku yang mengarah ke samping ini

Patofisiologi dan Etiologi

karena hal ini dapat berkembang menjadi masalah kesehatan

Pertumbuhan kuku yang menyamping sering disebabkan karena

yang serius seperti kehilangan anggota gerak.

memotong kuku terlalu pendek atau memutari batas pinggir

Nama lain onychocryptosis, unguis incarnatus

kuku. Atau karena mamakai sepatu yang terlalu ketat sehingga

Anatomi Kuku

menekan kuku kebawah . Hal ini juga dapat terjadi setelah adanya trauma seperti tertusuknya ibu jari kaki. Apabila kondisi yang menyebabkan pertumbuhan abnormal ini berlanjut, pertumbuhan jaringan secara berlebih di atas kuku dapat mengarah kepada perubahan permanen pada jaringan yang dapat menyebabkan infeksi, nyeri dan bengkak yang semakin bertambah. Penyebab yang lainnya antara lain : 

Potongan memanjang

Hereditas – Beberapa orang secara genetik memiliki predisposisi kuku yang memiliki lengkungan yang mengarah

ke atas dengan distorsi pada salah satu atau kedua batas kuku. 

Klasifikasi Perkembangan kuku yang tumbuh menyamping dan masuk ke dalam lipatan kuku terbagi menjadi 3 tahap :

Keadaan tulang yang patologis yang sudah ada menyebabkan deformitas kuku

Obesitas menyebabkan alur kuku bertambah dalam

Trauma sebelumnya menyebabkan bentuk kuku yang

1.

Eritema, oedem dan nyeri tekan local.

2.

Pembentukan krusta dan purulensi di lipatan kulit dan nail plate junction .

3.

tidak beraturan Paronychia adalah infeksi pada kuku dan jaringan sekitarnya. Hal

Infeksi kronis dengan pembentukan jaringan granulasi di atas lempeng kuku.

ini secara umum adalah akibat dari kuku yang tumbuh

Epidemiologi

menyamping melukai jaringan yang mengitarinya sehingga.

Dari semua masalah kuku, penyakit ini merupakan yang paling

Keadaan ini menjadi tempat masuknya bakteri dan menimbulkan

sering terjadi. Kuku ibu jari terkena lebih banyak dibandingkan

infeksi. Penyebab yang lebih jarang dapat berasal dari trauma

kuku jari lainnya. Batas lateral ibu jari adalah yang paling sering

kuku seperti jatuhnya suatu benda di atas ibu jari yang biasa

terkena.

disebut micro trauma. Dapat juga disebabkan oleh tekanan

Di Inggris dilaporkan 10.000 kasus setiap tahunnya. Secara

berulang terhadap kuku seperti yang terjadi pada seorang yang

umum, mortalitas tidak berhubungan dengan ingrown nails.

bermain sepak bola atau tenis, dimana ibu jari secara terus

Morbiditas terutama merupakan akibat dari infeksi jaringan.

menerus terbentur ke ujung sepatu.

Apabila dibiarkan, pembentukan abses (paronikia) dapat terjadi atau penyebaran ke tulang/osteomielitis, infeksi sistemik, sepsis atau amputasi. Gejala Klinis Anamnesa Pasien datang untuk mengatasi ingrown nails karena ketidaknyamanan, nyeri atau bengkak. Ingrown nails dapat menyebabkan nyeri yang signifikan. Perasaan tidak nyaman menjadi bertambah dengan penambahan

Paronichia

berat badan dan ambulasi.

Pemeriksaan fisik

Insisi kuku sekitar 1/3 bagian lateral atau medial .

Pada pemeriksaan dapat ditemukan tanda-tanda berikut :

Buang jaringan nekrotik

Lakukan kuretase jaringan di sekitar eksisi

bantalan kuku.

Cuci dengan NaCl 0.9 %, povidon iodine 10 %, dan H2O2

Hiperemis

Penjahitan

Jaringan granulasi yang rapuh atau mengalami maserasi

Teknik penjahitan

Eksudasi

Prinsipnya adalah lipatan kuku (nail fold) harus ada dibawah

Hipertrofi epidermis yang mengelilingi

kuku, sehingga tepi kuku yang di eksisi tidak lagi tertanam (tepi

Oedema atau inflamasi pada jaringan yang mengelilingi

Penatalaksanaan 

kuku diatas kulit)

Memilih peggunaan sepatu/alas kaki yang nyaman dengan ujung yang lebar atau terbuka.

Memberikan arahan kepada pasien untuk selalu memotong kuku secara lurus dan menghindari terpotongnya margin lateral. Ujung tepi kuku harus melewati jaringan.

Tindakan bedah minor.

Teknik Operasi 

Tindakan a dan antiseptik

Ikat bagian pangkal jari untuk membantu hemostasis

Anestesi blok di bagian lateral dan medial phalank (lidocain HCl 2 % tanpa adrenalin),

Anestesi infiltrasi di bawah kuku yang akan di incisi sampai bawah nail root

Uji anestesi yang telah dilakukan dengan menjepit dengan pinset.

Insisi bagian nail fold lateral berbetuk elips sampai ke nail fold proksimal

Perhatikan pola jahitan, tepi kulit akan barada dibawah kuku Tekninya adalah: 1.

Tusukan jarum ke kuku

2.

Masuk lipatan kuku dari dalam keluar

3.

Tusukan kembali ke nail fold agak keatas atau ke pinggir.

4.

Tusukan jarum mengarah ke kuku dari dalam luka

5.

Simpulkan.

Regional blok di sisi lateral dan medial jari.

Kuku digunting dan dicabut.

Bersihkan jaringan dengan kuret

Tambahkan infiltrasi di bawah kuku. Pola insisi digambar Perhatikan pola jahitan

Jarum masuk dari kuku

Lakukan insisi sampai jaringan granulasi terbuang habis Masuk kembali dari luar kulit kedalam

Jarum keluar dari dalam luka insisi, masuk kembali ke bawah kuku

Tarik dan simpulkan hingga tepi kulit berada dibawak kuku. Jahit lagi.

Ganglion Ditulis Oleh: kapten Oleh: dr.Asep Hermana,SpB, FINACS Definisi Ganglion merupakan kista yang berisi cairan bening kental dengan dinding tipis yang berasal dari tonjolan selaput sarung tendon (tendon sheath). Pada banyak kasus, ganglion asimptomatik dan jarang menimbulkan gangguan fungsional. Walaupun pada beberapa kasus, ganglion dapat mempengaruhi struktur di dekatnya seperti arteri, vena, tendon dan syaraf. Frekuensi timbulnya ganglion secara umum adalah % dari semua soft-tissue tumors yang terdapat pada lengan dan tangan. Prevalensinya pada wanita adalah 3 kali lebih sering. Paling

containing mucoid flesh” atas dasar ini, beberapa hipotesa pun muncul diantaranya : Synovial Herniation atau ruptur yang melewati lapisan tendon. Yang terbaru, teori degenerasi mukoid yang dipublikasikan oleh Ledderhose pada tahun 1893, yang paling banyak diterima. Dalam Green edisi terbaru “Operative Hand Surgery” teori ini digantikan dengan teori yang berdasarkan mikro trauma dan produksi asam hialuronik. Trauma atau iritasi jaringan lokal akan menyebabkan produksi asam hialuronik pada permukaan synovial-capsular. Asam hialuronik menciptakan cekungan musin kecil yang bergabung ke dalam kista subkutan. Kista yang terbentuk mengandung cairan yang sama seperti cairan sendi. Kista ganglion bukan merupakan kantung sinovial (sendi) yang keluar dari kapsul sendi.

sering muncul pada pergelangan tangan (80%) dan sendi jari. Biasanya muncul pada usia tahun. Etiologi Etiologi dari ganglion tidak diketahui. Teori-teori menyebutkan degenerasi mukoid dan trauma. Beberapa pasien (kurang dari 10 %) mengalami trauma minor ataupun mayor pada daerah yang menjadi tempat ganglion timbul. Tidak diketahui faktor resiko yang menyebabkannya. Dipercaya disebabkan oleh penggunaan sendi secara berlebihan seperti atlet angkat berat, pramusaji, dan pemain musik (terutama pemain bass). Patofisiologi Hipocrates mendeskripsikan ganglion sebagai “Knots of tissue

Klinis Ganglion adalah tumor yang terdapat berbatasan dengan sendi dan tendon. Tempat paling sering dari ganglion adalah sisi

punggung dari pergelangan tangan dekat Scapholunate (SL) joint (60-70%), Volar Wrist dekat sendiradioscaphoid atau sendi pisotriquetral (18-20%), dan Volar Retinaculum (10-12%). Kista mucoid terjadi di atas punggung jari pada level sendi DIP. Sisi lainnya termasuk sendi carpometacarpal (CMC), tendon ekstensor (sering diasosiasikan dengan first dorsal compartment), carpal tunnel, dan Guyon kanal. Ganglion mungkin muncul juga dari tulang; yang ini sering disebut kista

Lokasi-lokasi tersering timbulnya ganglion di tangan

ganglion intraosseous. Ganglion biasanya simptomatik minimal. Bergantung dari lokasi kista, gejala yang muncul bervariasi, seperti nyeri tumpul, perubahan ukuran, drainase spontan, disfungsi saraf sensoris.

Pemeriksaan Penunjang Untuk lesi pada pergelangan tangan, digunakan rontgen standar posteroanterior (PA), lateral dan oblik. MRI atau USG dapat digunakan ketika diagnosa masih belum jelas. 1.

Kista mukus dievaluasi dengan standar PA, lateral dan radiograf oblik tegak pada jari-jari yang terkena.

2.

Pada radiologi, ganglion interosseous mungkin di lokasi sentral atau sisi tulang yang terkena. Radiologi juga dapat menggambarkan ganglion juxtaosseous yang menembus tulang. Lesinya adalah radiolusen dengan border sklerotik. Ganglion ini sering terjadi dekat permukaan sendi.

Perhatikan posisi anatomis ganglion 3.

MRI digunakan untuk melihat ganglion yang tidak terlihat dengan radiologi konvensional.

4.

Axial, Coronal, atau Sagital CT-Scan digunakan untuk melihat kista ganglion yang samara-samar.

5.

Bone Scan dipakai untuk menentukan apakah suatu masa

3.

intraosseous merupakan metabolik aktif dan menyebabkan nyeri.

Tandai batas insisi yang akan dilakukan, linier, dengan panjang sejajar dengan garis Langers

4.

Insisi kulit sampai subkutis.

5.

Pegang ujung insisi dengan klem dan angkat

6.

Lakukan diseksi tumpul dengan klem menelusuri masa dan sekelilingnya

7.

Usahakan agar kista tidak pecah

8.

Jika tiap bagian pinggir sudah dapat dibebaskan, klem bagian dasar masa dengan dua buah klem sejajar

9.

Potonglah antara 2 klem

Histologi

10.

Jangan sampai tendon rusak

Cairan yang diambil dari kista ganglion terdiri dari mucin yang

11.

Perdarahan dirawat

mengandung glucosamin, albumin, globulin, dan asam hialuronik.

12.

Jahit luka operasi lapis demi lapis.

Terapi

13.

Masa dilihat isinya kemudian dikirim ke patologi anatomi.

1. Konservatif 1.

Splint Immobilization (ganglion pergelangan tangan)

2.

NSAIDs

2. Operatif 1.

Pengambilan massa dengan teknik operasi terbuka.

2.

Reseksi arthroskopik

3.

Mengeluarkan cairan ganglion dengan menggunakan needle dan syringe (aspirasi).

Teknik operasi 1.

Bersihkan daerah operasi (daerah kulit diatas kista) dengan tindakan aseptik.

2.

Lakukan anestesi lokal (blok/infiltrate) dengan lidocaine 2%

Insisi “S” memanjang, dilanjutkan diseksi tumpul dengan klem

Diseksi tajam dengan gunting, hati-hati mengenai masa kista

Setelah dasar kista teridentifikasi, klem, jangan sampai tendon terpotong

Ikat bagian dasar dengan PGA, jahit subkutis. Tutup kutis dengan nylon 4-0

Veruca Vulgaris

Sinonim

Ditulis Oleh: kapten

Veruca Vulgaris, Common Warts Veruca simplex, Veruca vulgaris.

Oleh: dr.Asep Hermana,SpB, FINACS

Papiloma keratolitik epidermis yang terjadi paling sering pada usia muda sebagai hasil dari infeksi terlokalisir oleh human papillomavirus, biasanya tipe 2 dan 4; lesi menetap bervariasi, bahkan dapat mengalami regresi spontan dan bersifat eksofitik dan endofitik dengan hyperkeratosis, parakeratosis,

Definisi

hypergranulosis, koilocytosis, dan papillomatosis wart.

Hiperplasia epitelial jinak yang disebabkan oleh infeksi virus

Patofisiologi

papilloma. Pada tahap awal, veruca biasanya bulat, terpisah, warna serupa kulit dan ukuran pinpoint. Seiring waktu, veruca tumbuh lebih besar, berwarna kekuningan, abu-abu kehitaman atau lesi coklat dengan permukaan papillomatosa yang kasar. Veruca menyebar secara kontak langsung maupun tidak langsung. Karena trauma lokal menyebabkan inokulasi dari virus, kebanyakan wart terdapat pada jari-jari tangan, tangan dan siku, sepanjang lipatan perionikial atau pada permukaan plantar pedis. Veruca dijumpai pada pasien segala usia tetapi biasanya terjadi selama masa kanak-kanak dan remaja.

Virus Papiloma adalah virus DNA berantai ganda ukuran kecil (55 nm). Virus papiloma tersebar luas di dunia hewan dan lebih dari 200 genotipe HPV yang menginfeksi kulit dan permukaan mukosa telah diidentifikasi. Virus papiloma tidak pernah berkembang secara in vitro tetapi telah ditemukan oleh metode molekuler Genom virus papiloma kurang lebih 8000 pasang dibagi dalam 3 regio fungsional utama. Kode regio awal/Early (E) untuk 6 gen nonstructural, beberapa di antaranya berhubungan dengan transformasi seluler. Kode region akhir/Late (L) untuk 2 protein structural, L1 dan L2 yang membentuk kapsid. Regio kontrol panjang adalah region noncodingyang mengatur replikasi dan fungsi gen.

Virus ini terbagi berdasarkan kesamaan molekuler dari material

pada kulit berkeratin, pada tempat inokulasi. Lesi ini berbatas

genetiknya dan ditandai dengan nomor genotype.

tegas, kasar, papulanodul hyperkeratosis atau plak dengan

Virus menginfeksi keratinosit basal dari epidermis, melalui

permukaan ireguler. Muncul paling sering di tangan, jari, kaki dan

disrupsi permukaan kulit dan mukosa. Di tempat ini, virus akan

lutut. Biasanya asimptomatik, tetapi dapat terasa nyeri dengan

menetap di dalam sel sebagai episom sirkuler dalam jumlah yang

adanya tekanan.

tidak banyak. Ketika sel epidermal berdiferensiasi dan bermigrasi ke permukaan, virua akan memperbanyak diri. Proses replikasi

Kutil palmoplantar muncul di permukaan akral kaki dan tangan.

virus akan mengubah karakter epidermis menghasilkan keluaran

Biasanya lebih tebal yang mempersulit terapi. Kutil datar atau

yang dikenal sebagai wart (kutil). Human Papilloma virus dibagi

veruca plana, biasanya muncul sebagai papula kecil multipel.

ke dalam tipe kutaneus dan mukosa, berdasarkan lokasi klinis

Sering tidak terlihat tetapi dapat menyebabkan gangguan

dari lesi.

pigmentasi.

Kebanyakan virus papiloma memiliki predileksi anatomik yang tidak biasa, infeksi hanya terjadi pada epidermal seperti mukosa kulit dan mukosa genital. Virus sering memiliki potensi untuk

Lesion

Location

HPV Genotype

berintegrasi dengan DNA hospes dengan hilangnya fungsi regulasi. Sejumlah genotype virus memiliki potensi untuk mengubah sel dan berhubungan dengan keganasan epidermal. Hal ini melibatkan interaksi dari protein E6 dan E7 dengan fungsi

Common wart

Mostly hands

2, 4

Plantar wart

Bottom of feet

1

Mosaic wart

Hands and feet 2

sel hospes. Mekanisme transformasi tidak diketahui, tetapi DNA viral berintegrasi dengan gen sel hospes. Predileksi Presentasi infeksi virus papiloma bervariasi berdasarkan area anatomik yang terlibat. Predileksi dari gen virus untuk menginfeksi epidermal tertentu akan menentukan area yang terlibat. Kutil kutaneus atau veruca vulgaris, biasanya muncul

Flat wart

Arms, face,

3, 10, 28, 41

knees

Butcher wart

Hand

7

Extragenital

Upper and

2, 3, 5, 16, 18,

Bowen disease lower

20, 31, 33, 34,

extremities,

54, 56, 58, 61,

head

62, 73

Macular

Light-exposed

5, 8, 9, 12, 14,

plaques of

areas

15, 17, 19, 20,

epidermodyspl

21, 22, 23, 24,

asia

25, 36, 47, 50

/dermisroot/en/14024/image.htm

verruciformis

Wart multiple pada tangan. Courtesy of Beth G Goldstein, MD, and Adam O Goldstein, MD. /dermisroot/en/14065/image.htm Terapi 1.

Tanpa terapi, beberapa warts tidak berbahaya tapi mungkin akan mengganggu penampilan

2.

Beberapa warts menghilang tanpa terapi.

6.

Jika masa kecil akan dilakukan eksisi dengan pisau, eksisi

3.

Kauter kimiawi

cukup di jaringan kutis saja, tidak sampai ke subkutis sehingga

4.

Cryosurgery

tidak perlu dilakukan penjahitan.

5.

Bedah laser

7.

Jika masa besar lakukan insisi elips di dasarnya

6.

Elektrocauter

8.

Lakukan penjahitan langsung kulit jika diperlukan dengan

7.

Pembedahan

nylon 5-0 atau 6-0.

Cryosurgery ,penggunaan freezing cold untuk ‘membakar’ jaringan.

Setelah tindakan a dan antiseptik, Teknik Operasi

yang akan dreping, lakukan anestesi

1.

Lakukan tindakan aseptik.

2.

Tutup dengan duk bolong

3.

Lakukan anestesi lokal dengan lidocaine 2%

4.

Pegang ujung masa dengan pinset.

5.

Jika masa kecil (sekitar 1-2 mm), dapat langsung dilakukan kauterisasi.

Gambar Insisi dilakukan (elips)

Skin tag Ditulis Oleh: kapten Oleh: dr.Asep Hermana,SpB, FINACS

Insisi sesuai dengan gambar

Diseksi tajam dengan

gunting

Definisi Skin tag merupakan pertumbuhan kulit jinak yang terjadi akibat

sampai subkutis

friksi atau gesekan yang berlangsung lama. Skin tag umumnya terjadi pada usia pertengahan. Tags menempel erat pada kulit luar, dan terdapat tangkai kecil yang menghubungkan kulit dan benjolan. Nama lain adalah acrochordons, fibroepitel polip Klinis Skin tags sering salah didiagnosis sebagai kutil (warts) karena

Setelah insisi selesai

Setelah dilakukan jahitan

keduanya mempunyai warna yang sama dan terletak lebih tinggi dari permukaan kulit

kulit

Skin tags disebabkan oleh friksi/gesekan dengan periode waktu jahit subkutis

dengan nilon 4-0

yang lama sedangkan kutil karena infeksi human papiloma virus (HPV). Oleh karena itu skin tags ditemukan pada area friksi, sedangkan kutil ditemukan pada area yang sering terjadi kontak dengan orang lain, sehingga virus dapat masuk melalui kulit tersebut. Kutil sering ditemukan di jari-jari tangan,kaki, sekitar mulut dan

genital.Dengan memahami perbedaan antara skin tags dan kutil

pencukuran atau kebiasaan rutin lainnya yang mengiritasi kulit.

kita dapat melakukan terapi yang benar.

Terbentuknya skin tags berkolerasi dengan usia dan obesitas. Faktor berikut mungkin berperan: 

Chaffing dan iritasi dari gesekan kulit

Tingginya kadar faktor pertumbuhan, terutama selama kehamilan atau pada akromegali (Gigantisme) Resistensi insulin (sindroma X)

Skin tags tidak dapat menular karena bukan disebabkan oleh infeksi. Ini berarti setelah diterapi skin tags akan hilang. Perhatikan kulit yang bertangkal

Terapi 1.

Kauterisasi

2.

Cryosurgery (pembekuan)

3.

Ligasi : menghentikan suplai darah

4.

Eksisi

Teknik Operasi Terdapat dalam jumlah yang banyak.

Etiologi Penyebab pasti skin tag belum diketahui, namun diyakini gesekan kronis menjadi pemicunya. Skin tags biasanya tidak berbahaya, sering timbul karena teriritasi baju/perhiasan dan

1.

Lakukan tindakan a dan antiseptik.

2.

Tutup dengan duk bolong

3.

Lakukan anestesi lokal dengan lidocaine 2%

4.

Pegang ujung masa dengan pinset.

5.

Jika masa kecil (sekitar 1-2 mm), dapat langsung dilakukan kauterisasi.

6.

Jika masa kecil akan dilakukan eksisi dengan pisau, eksisi cukup di jaringan kutis saja, tidak sampai ke subkutis sehingga tidak perlu dilakukan penjahitan.

7.

Jika masa besar lakukan insisi elips di dasarnya

8.

Lakukan penjahitan langsung kulit jika diperlukan dengan nylon 5-0 atau 6-0.

Granuloma Ditulis Oleh: kapten Oleh: dr.Asep Hermana,SpB, FINACS Definisi Granuloma merupakan salah satu dari sejumlah bentuk nodul peradangan lokal yang ditemukan pada jaringan. Granuloma dapat disebabkan oleh berbagai iritasi biologis, kimia dan fisik pada jaringan. Granuloma dibedakan menjadi granuloma anulare dan granuloma pyogenik. Granuloma annulare mungkin terlokalisir, generalisata, perforantes, atau subkutan. Granuloma subkutan annulare biasanya muncul pada anak-anak tersebar pada kaki, tungkai bawah, jari-jari, tangan, lengan bawah, kulit kepala, dan dahi. Granuloma pyogenik adalah kelainan angiogenesis dengan etiologi yang mendasarinya tidak diketahui. Tempat predileksinya ada di kepala dan leher, meskipun lesinya dapat muncul pada setiap bagian dari tubuh yang lain. Epidemiologi Amerika Serikat Granuloma annulare paling sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Solitary piogenik Granuloma umumnya dan merepresentasikan 0,5% dari seluruh nodul kulit pada anak-anak.

Mortalitas / Morbiditas Granuloma annulare adalah penyakit kosmetik self limited tanpa komplikasi sistemik. Pada kasus yang jarang, Granuloma annulare mungkin terdapat pada fasia dan tendon dan dapat menyebabkan sclerosis, lymphedema, dan deformitas seperti ankylosis pada sendi. Granuloma annulare secara epidemiologi berhubungan dengan diabetes melitus, necrobiosis lipoidica diabeticorum, dan rheumatoid nodul. Granuloma piogenik merupakan tumor vaskular jinak, kebanyakan terjadi di masa kanak-kanak. Lesi mungkin berdarah dan membentuk ulkus. Sex Granuloma annulare memiliki sedikit kecenderungan ke arah perempuan. Pada Granuloma annulare, perempuan sedikit lebih banyak terkena daripada laki-laki. Pada Granuloma piogenik, pria-wanita rasio 3:2. Usia Lebih dari dua pertiga pasien dengan penyakit Granuloma annulare mengalami onset penyakit mulai usia dibawah 30 tahun. Pada pasien anak dengan Granuloma pediatrik annulare, onset usia berkisar 1-14 tahun, dengan rata-rata 4 tahun.

Klinis

Etiologi granuloma annulare pada anak anak tidak diketahui.

Granuloma Annulare 

Anak dengan granuloma annulare biasanya sehat dan

tuberculosis, infeksi streptococcus, herpes zoster/varicella,

memiliki lesi dalam beberapa bulan tanpa ada keluhan

kelainana kolagen vaskuler, atau diabetes melitus

lainnya.

berhubungan dengan granuloma annulare. Juga tidak ada

Satu atau lebih nodul jaringan lunak yang tidak nyeri

hubungan dengan vaksinasi BCG; obat-obatan seperti

tekan pada ekstremitas, scalp, atau dahi. 

allopurinol, dan zalcitabine; infeksi virus seperti EBV, HIV,

Papula dengan diameter 1-5 mm, berwarna kemerahan

hepatitis C, Parvovirus B19; autoimun thyroiditis, dan kondisi

atau merah muda terang, dan mulus tidak bersisik. 

Paling sering ditemukan sepanjang aspek ekstensor

malignant. 

ekstremitas, dan dengan dengan sendi.

Pada pasien dengan dicurigai granuloma piogenik,

hypersensitivity reaction. Granuloma pyogenic

anamnesis harus berfokus pada onset dan timbulnya gejala

Penyebab granuloma piogenik tidak diketahui.

ruam.

Faktor resiko yang potensial termasuk kehamilan, pil

Tanyakan pada pasien atau orangtuanya mengenai

kontrasepsi, infeksi bakteri dan virus, arterivena anastomosis

riwayat trauma, infeksi virus dan bakteri, kehamilan atau

mikroskopis, dan angiogenik growth faktor, tapi tak ada bukti

infeksi HIV.

yang mendukung sebagai faktor penyebab primer. Pada

Pasien dan keluarganya harus ditanyakan tentang ruam

populasi anak anak yang besar, hanya 7% memiliki riwayat

awal, port wine stain, dan pengobatan awal. 

Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa granuloma annulare adalah penyakit imunologis dengan tipe delayed

Granuloma Pyogenic 

Tak ada bukti baik yang mendukung bahwa trauma,

Ada tidaknya tanda perdarahan atau ulserasi harus

trauma yang mendahului perkembangan suatu lesi. 

dicatat.

dalam port wine stains. Pada kejadian yang jarang, lesi

Penyebab

dihubungkan dengan malignansi. 

Granuloma annulare

Granuloma pyogenik telah dilaporkan meningkat

Lesi intraoral dapat tampak sangat mirip dengan tampilan pada sarcoma kaposi intraoral. Lesi ini mungkin berdarah

hebat bila dibiopsi; pemeriksaan HIV mungkin menjadi indikasi

4.

Lakukan anestesi infiltrasi

jika pasien dengan lesi intraoral dengan tampilan pyogenik

5.

Lakukan insisi elips sampai subkutis

granuloma.

6.

Rawat perdarahan

7.

Jahitan subkutis

8.

Jahitan kutis dengan nilon 4-0 atau .

Kirim masa untuk pemeriksaan patologi anatomis.

Granuloma Anulare pada dorsum manus Granuloma pyogenik

Tindakan a dan

antiseptic

Granuloma pyogenik Teknik Operasi 1.

Lakukan tindakan a dan antiseptic

2.

Tutup daerah operasi dengan duk bolong

3.

Tandai batas insisi

Dreping dengan duk disposable

Insisi

sepanjang tepi masa

Setelah insisi, lanjutkan penjahitan

Tofus Ditulis Oleh: kapten Oleh: dr.Asep Hermana,SpB, FINACS Definisi Tofus (Latin: “batu”, jamak tofi) adalah deposit urat monosodium terkristal pada seseorang dengan hiperuricemia kronis. Pada stadium ini, telah berkembang gejala yang berhubungan dengan atropati kristal yang disebut gout. Penyakit ini paling sering mengenai sendi di pangkal ibu jari kaki dan menyebabkan suatu keadaan yang disebutpodagra; tetapi penyakit ini juga sering menyerang pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan dan siku.

juga terbentuk di telinga dan jaringan yang relatif dingin lainnya. Sebaliknya, tofus jarang terjadi pada tulang belakang, tulang panggul ataupun bahu. Penyebab Dalam keadaan normal, beberapa asam urat ditemukan dalam darah. Kadar asam urat menjadi sangat tinggi jika ginjal tidak dapat membuangnya melalui air kemih. Tubuh juga bisa menghasilkan sejumlah besar asam urat karena diet tinggi purin atau kelainan metabolisme asam urat. Beberapa jenis penyakit ginjal dan obat-obatan tertentu mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam urat. Terapi Allopurinol merupakan obat yang menghambat pembentukan asam urat di dalam tubuh. Obat ini terutama diberikan kepada penderita yang memiliki kadar asam urat yang tinggi dan batu ginjal atau mengalami kerusakan ginjal. Allopurinol bisa menyebabkan gangguan pencernaan, timbulnya ruam di kulit, berkurangnya jumlah sel darah putih dan kerusakan hati. Sebagian besar tofi di telinga, tangan atau kaki akan mengecil secara perlahan jika kadar asam urat dalam darah berkurang; tetapi tofi yang sangat besar mungkin harus diangkat melalui pembedahan. Orang yang memiliki kadar asam urat yang tinggi tetapi tidak

Kristal dapat terbentuk di sendi-sendi perifer tersebut karena

menunjukkan gejala-gejala pirai, kadang mendapatkan obat

persendian tersebut lebih dingin daripada persendian di pusat

untuk menurunkan kadar asam uratnya.

tubuh dan urat cenderung membeku pada suhu dingin. Kristal

Indikasi Operatif

1.

Mengganggu fungsi dan diperlukan evakuasi dengan cepat

2.

Kosmetik

Teknik Operasi 1.

Lakukan tindakan aseptik.

2.

Lakukan anestesi lokal dengan lidocaine 2%

3.

Pegang ujung masa dengan pinset.

4.

Lakukan insisi tepat diatas tofus

5.

Evakuasi masa dengan pinset.

6.

Cuci dengan NaCl 0.9 %

7.

Jika luka kecil tidak perlu dijahit, cukup rapatkan dengan

Evakuasi dengan pinset

plester steril. 8.

Tutup dengan kasa

Insisi tepat diatas masa

Cuci sampai bersih

Tutup dengan kasa

Insisi Drainase Abses Ditulis Oleh: kapten Oleh: dr.Asep Hermana,SpB, FINACS

termasuk abses payudara, abses perianal dan abses paraanal mengingat penanganannya yang spesialistik. Abses juga bisa terjadi setelah suatu luka ringan, cedera atau sebagai komplikasi dari folikulitis. Abses bisa timbul di setiap bagian tubuh dan menyerang berbagai usia.

Definisi Abses adalah pengumpulan eksudat purulen yang terjebak di dalam jaringan yang kemudian membentuk rongga yang secara anatomis sebelumnya tidak ada dengan jaringan fibrotik disekitarnya sebagai respon tubuh terhadap adanya infeksi. Patofisiologi Kejadian abses bermula dari trauma mayor ataupun minor yang diikuti masuknya bakteri . Eksudat kemudian terakumulasi, jika tidak segera diekskresikan atau di absorbsi tubuh, maka akan memicu terbentuknya kapsul fibrous sebagai respon tubuh untuk melokalisir untuk membatasi penyebaran lebih lanjut.

Abses harus dibedakan dengan empyema. Empyema mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas yang telah ada sebelumnya secara normal, sedangkan abses mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas yang baru terbentuk melalui proses terjadinya abses tersebut. Etiologi Penyebab utama terjadinya abses yaitu adanya benda asing yang diikuti bakteri pyogenic. (Stapilococcus Spp, Esceriscia coli, Streptokokkus beta haemoliticus Spp, Pseudomonas, Mycobakteria, Pasteurella multocida, Corino bacteria, Achinomicetes) dan juga bakteri yang bersifat obligat anaerob (Bakteriodes sp, cClostridium, peptostreptokokkus,fasobakterium). Infeksi bisa menyebar, baik secara lokal maupun sistemik. Penyebaran infeksi melalui aliran darah bisa menyebabkan sepsis. Maka dari itu penanganan abses perlu sesegera mungkin (cito). Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis.

Sumber: /blog/treat_abscess Abses bisa terjadi dimanapun di bagian tubuh. Untuk tindakan bedah minor akan dibahas abses di kulit dan subkutis tetapi tidak

Kemungkinan terbentuknya abses meningkat pada:

Adanya kotoran atau benda asing di daerah tempat

terjadinya infeksi Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang

kurang 

Individu dengan gangguan sistem kekebalan.

Individu dengan gangguan vaskular

Klinis Terbentuk indurasi disertai reaksi inflamasi disekitarnya yang lama-kelamaan terbentuk masa kistik dengan temperatur yang

Sumber

lebih hangat dibandingkan jaringan sehat. Pada palpasi akan

gambar /Hardin/md/cdc/staph/mrsa3.hml

didapatkan adanya fluktuasi sebagai akibat banyaknya

Pada pemeriksaan laboratorium bisa menunjukan penigkatan

eksudat yang terbetuk.

leukosit.

Gejala sistemik yang terjadi bisa timbul demam yang berulang.

Terapi

Gejalanya bisa timbul:

Terapi utama adalah drainase sebagai kontrol sumber infeksi

adanya masa

nyeri

teraba hangat

pembengkakan

kemerahan

(source control). Drainase dilakukan dengan menginsisi bagian yang paling fluktuatif dan dinding yang paling tipis. Adakalanya terbetuk septa-septa dalam satu abses sehingga diperlukan multiple insisi. Pemberian antibiotik idealnya adalah sesuai dengan tes kultur dan resistensi, namun mengingat hasil kultur

Jika masih ragu, lakukan aspirasi dengan spuit berjarum besar di

setidaknya membutuhkan waktu 3 hari, maka diberikan antibiotik

daerah yang paling fluktuatif.

broad spectrum sesuai pola kuman penyebab terbanyak dan pola resistensi yang berbeda di setiap daerah. Teknik Operasi 1.

Tindakan a dan antiseptik, jika abses setelah pecah, maka mulai painting dari arah luar kedalam (bagian yang kotor diusap terakhir).

2.

Drepping

3.

Anestesi dengan chlor ethyl topical(disemprot)

masih produktif sebaiknya dipasang drain (dengan penroos

4.

Siapkan kasa dan neerbeken untuk menampung eksudat

drain atau potongan karet hand scoon steril)

5.

Insisi dengan pisau no 11, kemudian lebarkan dengan klem

6.

Tekan sampai pus/eksudat minimal

7.

Lakukan debridement jaringan nekrotik dengan kuret atau kasa.

8.

Irigasi dengan NaCl 0,9 % sampai jernih

9.

Bilas dengan H2O2

10.

Cuci dengan antisetik povidon iodine (betadin), chlorhexidin (savlon) dll

11.

12.

Jika kemungkinan eksudat masih ada atau diperkirakan

Rawat sebagai luka terbuka (tidak dijahit)

Debridemen

kulit di sekitarnya.

Ditulis Oleh: kapten

pertahanan tubuh sendiri untuk membersihkan luka debris nekrotik .

Debridement adalah proses pengangkatan jaringan avital atau jaringan mati dari suatu luka. Jaringan avital dapat berwarna lebih pucat, coklat muda atau hitam dan dapat kering atau

Efektif dan mudah

Sedikit atau tanpa nyeri.

Kerugian:

basah. Terdapat 4 metode debridement, yaitu autolitik, mekanikal, enzimatik dan surgikal. Metode debridement yang dipilih

Tidak secepat debridement surgikal.

Luka harus dimonitor ketat untuk melihat tandatanda infeksi.

tergantung pada jumlah jaringan nekrotik, luasnya luka, riwayat

hidrokoloid oklusif digunakan.

Debridement Otolitik rehidrasi, melembutkan dan akhirnya melisiskan jaringan nekrotik. Debridement otolitik bersifat selektif, hanya jaringan nekrotik yang dihilangkan. Proses ini juga tidak nyeri bagi pasien. Debridemen otolitik dapat dilakukan dengan menggunakan balutan oklusif atau semioklusif yang mempertahankan cairan luka kontak dengan jaringan nekrotik. Debridement otolitik dapat dilakukan dengan hidrokoloid, hidrogel atau transparent films. Indikasi 

Pada luka stadium III atau IV dengan eksudat sedikit sampai sedang.

Keuntungan:

Dapat menyebabkan pertumbuhan anaerob bila

medis pasien, lokasi luka dan penyakit sistemik. Otolisis menggunakan enzim tubuh dan pelembab untuk

Prosesnya aman, menggunakan mekanisme

Oleh: dr.Asep Hermana,SpB, FINACS

1.

Sangat selektif, tanpa menyebabkan kerusakan

2.

Debridement Enzymatik: Debridement enzimatik meliputi penggunaan salep topikal untuk merangsang debridement, seperti kolagenase. Seperti otolisis, debridement enzimatik dilakukan setelah debridement surgical atau debridement otolitik dan mekanikal. Debridement enzimatik direkomendasikan untuk luka kronis. Indikasi 

Untuk luka kronis

Pada luka apapun dengan banyak debris nekrotik.

Pembentukan jaringan parut

Keuntungan

Kerjanya cepat

Minimal atau tanpa kerusakan jaringan sehat dengan penggunaan yang tepat.

Kerugian: 

Mahal

Penggunaan harus hati-hati hanya pada jaringan nekrotik.

Memerlukan balutan sekunder

Dapat terjadi inflamasi dan rasa tidak nyaman.

Setelah beberapa hari pemakaian, balutan dibuka 3.

Debridement Mekanik Dilakukan dengan menggunakan balutan seperti anyaman yang melekat pada luka. Lapisan luar dari luka mengering dan melekat pada balutan anyaman. Selama proses pengangkatan, jaringan yang melekat pada anyaman akan diangkat. Beberapa dari jaringan tersebut non-viable, sementara beberapa yang lain viable. Debridement ini nonselektif karena tidak membedakan antara jaringan sehat dan tidak sehat. Debridement mekanikal memerlukan ganti balutan yang sering.

Aplikasi balutan dengan debridement enzymatic

Proses ini bermanfaat sebagai bentuk awal debridement atau sebagai persiapan untuk pembedahan. Hidroterapi juga merupakan suatu tipe debridement mekanik.Keuntungan dan risikonya masih diperdebatkan. Indikasi 

Luka dengan debris nekrotik moderat.

Keuntungan: 

Materialnya murah (misalnya tule)

Kerugian:

yang sehat dan perdarahan lebih banyak pada jaringan yang Non-selective dan dapat menyebabkan trauma

jaringan sehat atau jaringan penyembuhan 

Lambat

Nyeri

Hidroterapi dapat menyebabkan maserasi jaringan.

dipotong. Luas dan radikalitas debridemet dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Juga penyebaran melalui air dapat menyebabkan kontaminasi atau infeksi. Disinfeksi tambahan dapat menjadi sitotoksik.

4.

Debridement Surgikal Debridement surgikal adalah pengangkatan jaringan avital dengan menggunakan skalpel, gunting atau instrument tajam lain Debridement surgikal merupakan standar perawatan untuk mengangkat jaringan nekrotik. Keuntungan debridement surgikal adalah karena bersifat selektif; hanya bagian avital yang dibuang. Debridement surgikal dengan cepat mengangkat jaringan mati dan dapat mengurangi waktu. Debridement surgikal dapat dilakukan di tempat tidur pasien atau di dalam ruang operasi setelah pemberian

Indikasi

anestesi.

Luka dengan jaringan nekrotik yang luas

Ciri jaringan avital adalah warnanya lebih kusam atau lebih

Jaringan terinfeksi.

pucat(tahap awal), bisa juga lebih kehitaman (tahap lanjut),

Keuntungan:

konsistensi lebih lunak dan jika di insisi tidak/sedikit

Cepat dan selektif

mengeluarkan darah. Debridement dilakukan sampai jaringan

Efektif

tadi habis, cirinya adalah kita sudah menemulan jaringan

Kerugian : 

Nyeri

Mahal, terutama bila perlu dilakukan di kamar

 operasi

Teknik Operasi 1. Tindakan a dan antiseptik 2. Anestesi infiltrasi sekitar luka 3. Luka dicuci sampai bersih 4. Identifikasi jaringan nekrotik dan struktur neuro vaskular. 5. Jepit jaringan nekrotik dengan pinset, gunting 6. Ulangi langkah 5 sampai semua/sebagian besar jaringan terbuang. Sampai jaringan sehat terlihat (sudah ada perdarahan normal) 7. Jika luka tertutup darah, cuci kembali dengan NaCl 0.9 %, lalu kembali identifikasi jaringan nekrotik. 8. Selanjutnya tergantung tipe luka dapat dijahit primer atau dilakukan perawatan luka terbuka atau tindakan definitif lainnya.

Luka Gigitan

tidak pada gambar dibawah ini:

Ditulis Oleh: kapten Oleh: dr.Asep Hermana,SpB, FINACS Luka gigita yang paling sering dijumpai diantaranya 1.

Ular (vulnus morsum serpentis)

2.

Anjing (vulnus morsum canis)

3.

Kucing (vulnus morsum felis )

4.

Monyet (vulnus morsum macacus)

5.

Manusia (vulnus morsum sapiens)

6.

Kalajengking (vulnus morsum)

Penanganan luka gigitan ular Perhatikan perbedaan morfologi kemungkinan ular berbisa atau

Tingkatan berat ringannya gigitan ular dibagi menjadi 5 tingkatan sesuai dengan keadaan klinis yaitu: Grade

Tanda dan gejala

0: Tanpaenveno

Satu atau lebih luka gigitan,

mation

nyeri minimal, edema di sekitarnya
I: Envenomasi mi Tanda luka gigitan, nyeri nimal

moderate sampai berat,

edema di sekitar inci

kematian, edema local

dan eritema dalamn 12 jam

dapat meluas melebihi

pertama setelah gigitan,

ekstremitas yang terlibat

tidak ada keterlibatan

pada sisi tubuh ipsilateral.

sistemik.

Pemasangan torniket dan insisi dan pengisapan tepat

II: Envenomasi

Tanda luka gigitan, nyeri

dikerjakanan dalam 1 jam pertama gigitan ular. Ular

moderate

berat, ang marks; severe

memasukkan venom ke dalam jaringan subkutan yang akan

pain; edema di sekitar 6 –

diabsorbsi oleh kapiler dan limfatik. Torniket dipasang longgar

12 inci dan eritema dalam

hanya untuk menghambat aliran vena dan limfatik. Torniket

12 jam setelah gigitan,

jangan dilepas selama 30 menit sampai pengisapan bisa ular

kemungkinan keterlibatan

dapat dilakukan. Torniket dilepas setelah terapi definitive

sistemik termasuk nausea,

dilakukan dan pasien tidak dalam keadaan syok.

vomitus, pusing, syok atau

Tindakan yang dilakukan adalah:

gejal neurotoksik

1.

Primary survey (ABCD)

2.

Pasang torniquet

III: Envenomasi

Tanda luka gigitan, nyeri

3.

Insisi silang ditempat gigitan

berat

berat, edema di sekitarnya

4.

Isap (jangan dihisap dengan mulut, usahakan dengan

lebih dari 12 inci dan eritema biasanya ada dan

vacuum, atau suction atau spuit) 5.

Cuci luka dengan diguyur NaCl 0,9 % sebanyak-

termasuk petekie

banyaknya, dilanjutkan dengan H2O2 kemudian povidon

generalisata dan ekimosis.

iodine dan terakhir dengan NaCl 0.9 %

IV: Envenomasi

Keterlibatan sistemik selalu

6.

Pemberian serum anti bisa ular.

sangat berat

ada dan gejal dapat

7.

Antibiotik profilaksis

termasuk gagal ginjal,

8.

Anti tetanus (penggunaan tetanus toksoid dan atau anti tetanus serum tergantung status imunisasinya)

sedikit hematuri, koma dan 9.

Analgetik.

10.

Pemeriksaan darah lengkap dan urin.

scorpion dari spesies lain. Venom bersifat neurotoksik dan

Insisi dan pengisapan bisa ular selama 30 menit dapat

menyebabkan pelepasan neurotransmitter dari system saraf

bermanfaat bila dilakukan 30 menit setelah digigit ular. Insisi

otonom dan kelenjar adrenal. Venom ini juga menyebabkan

dilakukan longitudinal dan tidak cruciate. Ketika dua tanda

depolarisasi sistem neuromuskuler.

gigitan ular terlihat, kedalaman injeksi venom kira-kira 2/3 jarak

Sengatan menyebabkan rasa nyeri dengan bebebapa gejala local

antara tanda gigitan ular. Gigitan yang berat dapat menyebabkan

lain. Hiperestesia menetap pada tempat sengatan sehingga

masuknya venin ke fascia dan explorasi surgical perlu dilakukan.

menghasilkan nyeri. Tap test memperkuat diagnosis.Gejala lain

Insisi yang dibuat proksimal terhadap gigitan merupakan

yang menunjukkan sifat neurotoksik venom dan termasuk

kontraindikasi.

ansietas, penglihatan kabur atau kebutaan temporer, pergerakan

Rata-rata gigitan ular tidak memerlukan eksisi surgical. Prosedur

mata patologis, dispnea, wheezing, disfagia, miksi dan defekasi

ini dilakukan pada envenomasi berat. Terlihat bahwa eksisi luas

involunter dan opstotonus. Kontraksi muskuler somatic mirip

dari seluruh area di sekitar gigitan ular dalam 1 jam pertama

kejang, hipertensi, supraventricular tachyarrhythmias dan

sejak waktu injeksi dapat menghilangkan seluruh venom. Eksisi

demam dapat terlihat.

luka gigitan termasuk kulit dan jaringan subkutis, perlu

Pada dewasa, sengatan dapat diterapi baik dengan kompres

dipertimbangkan pada luka gigitan berat dan pada pasien yang

dingin.Sebaliknya, bayi dan anak kecil dapat meninggal karena

diketahui alergi terhadap serum kuda yang dapat dilihat dalam 1

venom kalajengking. Anak kecil dengan tanda envenomasi harus

jam setelah gigitan. Kebanyakan fatalitas gigitan ular terjada

dirawat di rumah skit dan dimonitor. Tidak ada tes diagnosis

selama jam setelah gigitan ular.

spesifik yang dapat dilakukan. Terapi meliputi penanganan jalan

Terapi paling penting untuk gigitan ular adalah antivenin.

nafas dari sekresi yang berlebihan, sedasi dan terapi aritmia dan

Sengatan kalajengking

hipertensi bila diperlukan. 100 Calcium gluconate dapat

Dari beberapa spesies kalajengking di AS, hanya

digunakan untuk terapi spasme otot. Narkotik tidak perlu

satu, Centruroides exilicauda atau bark scorpion, yang

digunakan karena dapat memperberat efek neurotoksik dari

bermakna secara medis. Hewan ini ditemukan terutama di gurun

venom. Antivenin yang berasal dari kambing tersedia tetapi

pasir barat daya. Memiliki panjang cm, berwarna coklat

hanya di wilayah Arizona.

kekuning-kuningan dan memiliki pita vertical pada punggungnya.

Gigitan Anjing, Kucing, Tikus dan Kera

Tonjolan pada dasar organ penyengat membedakan bark

Gigitan hewan dappat menjadikan saranan penularan virus

rabies. Tidak hanya anjing, kera, tikus dan kelincipun dapat menjadi penular virus ini. Penyakit yang ditimbulkan adalah rabies. Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewan lainnya atau manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan. Virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak, yang merupakan tempat mereka berkembangbiak. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur. Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing; hewan lainnya yang juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, dan rubah. Rabies pada anjing masih sering ditemukan di Amerika Latin, Afrika, dan Asia, karena tidak semua hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi untuk penyakit ini. Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas atau rabies jinak. Pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total. 1.

Tindakan terpenting adalah pembersihan luka

2.

Jika penderita yang belum pernah mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberikan suntikan immunoglobulin rabies, dimana separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan.

3.

Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan pada saat digigit hewan rabies dan

pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka resiko menderita rabies akan berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada hari 0 dan 2).

Vena Seksi Ditulis Oleh: kapten Oleh: dr.Asep Hermana,SpB, FINACS Definisi Tindakan yang bertujuan untuk mendapatkan akses vena dengan cara pembedahan yang dilakukan jika akses vena perifer sulit karena kollaps pembuluh darah perifer (misalnya karena syok, dehidrasi) atau karena thrombosis vena perifer setelah penusukan berulang atau diperlukan akses yang lebih besar daripada vena perifer

Dikutip dari Moore – Clinically Oriented Anatomy, 5th edition

Vena seksi juga dilakukan bila vena punksi sulit dilakukan misalnya pada orang gemuk, bayi, atau bila semua tempat telah .

Tempat kedua adalah vena basilica, berlokasi ± 2.5 cm

habis terpakai vena punksi.

lateral dari epicondylus medialis humeri atau 2-3 cm diatas

Kegunaan

dan medial dari epicondylus lateralis di lipatan fleksi siku.

Sebagai akses intra vena, misalnya 1.

Tranfusi

2.

Infus

3.

Nutrisi parenteral

4.

Terapi parenteral

5.

Diagnostik

Anatomis untuk vena seksi 1.

Tempat utama untuk vena seksi perifer adalah vena saphena magna di pergelangan kaki, yang berlokasi ± 2 cm di depan dan diatas malleolus medialis.

3.

Identifikasi lokasi vena saphen magna pada mata kaki. Vena berlokasi pada titik 2cm anterior dan superior dari malleolus medialis.

4.

Lidocaine 1% diinfiltrasikan pada kulit pada area seluas 1 inchi sekitar vena yang diincar.

5.

Incisi kulit transverse 1,5-2cm sampai subkutis.

6.

Dilakukan diseksi tumpul dengan menggunakan klem pean bengkok.

7.

Identifikasi vena saphena magna

8.

Vena dibebaskan dengan jaringan sekitarnya dengan klem sampai sekitar 3 cm (vena “telanjang”).

9. Dikutip dari Moore – Clinically Oriented Anatomy, 5th edition 2006 Alat-alat Alat dan bahan yang perlu disediakan sama dengan tindakan bedah minor lainnya, tambahannya adalah venocath (selang kateter vena) atau abbocath (needle vein catheter) yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran vena. Teknik Operasi Jika menggunakan selang venocath 1. 2.

dasar sepanjang 3 cm. 10.

A dan antiseptik

Masukan klem kebawah vena dan pasang benang silk 3-0 di distal dan proksimal.

11.

Daerah vena yang distal diikat dengan silk 3-0, sisakan benang sampai panjang.

12.

Vena sedikit ditarik, lalu dibuat incisi pada aspek anterior dengan bisturi no 11.

13.

Masukan venocath dengan bantuan pinset 3-5 cm.

14.

Aspirasi dari ujung venocath untuk meyakinkan tidak ada tahanan dan sekaligus menarik agar tidak ada udara dalam

Pasien dalam posisi terlentang, kalo anak2 harus dipegang

Luksir vena dari dasarnya dengan klem, kembali bebaskan

venocath. 15.

Masukan cairan infus melalui canul di ujung venocath.

16.

Jika lancar, ikatkan benang dibagian proksimal untuk

Harap diperhatikan bahwa jika abbocath melekuk apalagi terlipat

memfiksasi venocath, hati-hati jangan terlalu kuat hingga

maka lumennya akan menyempit bahkan tertutup. Hati-hati

lumen venocath tertutup.

selama melakukan manuver-manuver agar abbocat tidak

17.

Luka dijahit dengan silk 3-0.

18.

Fiksasi venocath dengan plester dibeberapa tempat.

19.

Tutup luka dengan hypafix atau dermafilm.

melekuk/bengkok.

Jika menggunakan Abbocath (needle venocath) 1.

Setelah tindakan ke 11, angkat tepi insisi inferior dengan pinset.

2.

Tusukan abbocath ke kulit 0.5 – 1 cm inferior tepi insisi

Cutis, subcutis dibuka, diseksi secara tumpul, vena diidentifikasi

(jangan sampai vena tertusuk) sampai ujungnya keluar dan terlihat diatas vena. 3.

Angkat benang bagian atas, identifikasi kembali vena dan tusukan abbocath sampai masuk lumen.

4.

Tarik ujung jarum agar tidak melukai dinding vena, sambil venocath didorong.

5.

Perhatikan aliran vena pada abbocath

6.

Pasang selang infuse, yakinkan cairan dapat mengalir

Kontrol proksimal dan distal dengan silk 2-0

dengan lancar. 7.

Ikat benang di bag proksimal, hati-hati jangan terlalu kencang agar lumen abbocath tidak tertutup.

8.

Jahit luka insisi.

9.

Fiksasi abbocat dengan jahitan ke kulit di ujung canulnya.

10.

Balut luka dengan dermafilm atau kassa dan hypafix.

Insersi vecocath setelah vena diinsisi, bag proksimal dan distal diikat

Insersi Abbocath setelah menusuk kulit dahulu Komplikasi 1. Tromboflebitis dapat mulai dalam 24 jam 2. Robekan syaraf dan atau arteri 3. Hematom 4. Selulitis Pasca Bedah 1.

Dilakukan desinfeksi kulit sekali lagi dengan teliti, bila perlu diberi salep antibiotik pada luka insisi.

2.

Difiksasi dengan bidai/spalk.

3.

Dilakukan ganti verban setiap hari dengan tindakan asepsis .

Kateterisasi Urethra Ditulis Oleh: kapten Oleh: dr.Asep Hermana,SpB, FINACS Definisi Suatu tindakan untuk mengalirkan urin melalui selang kateter yang dimasukkan melalui uretra. Indikasi Diagnostik 1.

Mengambil sample urin untuk kultur urin

2.

Mengukur residu urin

3.

Memasukan bahan kontras untuk pemeriksaan radiologi

4.

Urodinamik

5.

Monitor produksi urin (untuk menilai hidrasi, fungsi ginjal,

Jenis Kateter Urethra Kateter dapat dibedakan berdasarkan bentuk (Straight; lurus tanpa ada cabang contoh Robinson kateter Nelaton kateter Coude Catheter; kateter dengan ujung lengkung dan ramping contoh : Kateter Tiemann), ukuran, bahan(stainless, lateks/karet, silicon), sifat pemakaian(self retaining kateter; dipakai menetap misalnya Kateter Molecot dan Kateter Foleey) , jumlah percabangan( 2 cabang, tiga cabang). Ukuran kateter menggunakan skala Cheriere’s (Franch) yang besarnya 1 ch atau Fr = 0,33 mm atau 1 mm sama dengan 3 Fr. Sebagai contoh, jika ukuran kateter 18 Fr berarti diameter luar dari kateter adalah 6mm.

respon terapi, balance cairan dll). 6.

Mengukur tekanan intra abdomen secara tidak langsung (indirect)

Terapi 1.

Semua penderita yang datang dengan keluhan berupa tidak bisa kencing (retensi urine )

2.

Diversi urine

3.

Sebagai splin

4.

Sebagai bagian dari persiapan pra operasi dan penatalaksanaan post operasi

Kontra indikasi Ruptur urethra, biasanya ditandai dengan adanya meatal bleeding dan floating prostat pada pemeriksaan colok dubur.

Alat dan Bahan Alat-alat yang dibutuhkan 1.

Xilocain jelly

2.

Kasa steril

3.

Sarung tangan steril

4.

Larutan antiseptik

5.

Kateter sesuai ukuran

6.

Urine bag

7.

Spuit 10 ml

8.

Aquabides untuk balon kateter

9.

Duk bolong steril

10.

Bengkok / nierbecken

11.

Pinset anatomis steril

12.

Plester

6.

Masukan jelly xylocaine 2-4% dengan spuit 20cc ke MUE

7.

Kateter yang diolesi jelly steril dimasukkan ke dalam

Tehnik Operasi 1.

Posisi pasien telentang

2.

Operator sebelah kiri pasien

3.

Desinfeksi lapangan tindakan dengan larutan antiseptik.

4.

Pasang duk bolong

urethra. Pada penderita pria, kateter dimasukkan dengan gentel sampai urin mengalir

5.

Pegang dan tarik penis dengan kasa steril pakai tangan kiri

8.

Catat jumlah dan warna urin

9.

Balon dikembangkan dengan aquabides sebanyak 5-10 ml.

10.

Bila diputuskan untuk menetap, kateter dihubungkan dengan urine bag dan dipertahankan sebagai sistem tertutup.

Perawatan Pasca Kateterisasi 

Minum banyak untuk menjamin diuresis(jika tidak puasa)

Membersihkan ujung urethra dari sekret dan darah yang mengering agar pengaliran sekrit urethra tetap terjamin

Mengusahakan kantong penampung urin tidak melampaui ketinggian buli-buli agar urin tidak mengalir kembali kedalamnya.

11.

Kateter difiksasi dengan plester pada kulit paha proksimal atau di daerah inguinal dan diusahakan agar penis mengarah ke lateral, hal ini untuk mencegah nekrosis akibat tekanan pada bagian ventral urethra di daerah penoskrotal

Teknik memasang kateter pada perempuan hampir sama, yang perlu diperhatikan adalah identifikasi MUE dengan cara melebarkan labia mayora. MUE terletak dibawah klitoris dan diatas vagina. Komplikasi operasi Komplikasi pasca bedah ialah urethritis, ruptur urehtra, perdarahan dan striktur urethra.

Follow-up Mengganti kateter nelaton tiap 1- 2 minggu atau kateter silikon tiap 6-8 minggu bila memang masih diperlukan, untuk mencegah infeksi

Luka Bakar Ditulis Oleh: kapten Oleh: dr.Asep Hermana,SpB, FINACS Definisi

mikroorganisme berkurang, regulasi suhu tubuh terganggu dan dapat terjadi eksudasi cairan. Fase Luka Bakar 1.

Kerusakan/kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, akibat cedera

panas, dapat berupa api, air panas, bahan kimia, listrik/petir,

termis sistemik dan gangguan perfusi oksigen

radiasi Kriteria diagnosis Adanya riwayat trauma termal, pada bagian tubuh tertentu,

2.

dapat disertai trauma inhalasi ataupun trauma penyerta lainnya,

Fase subakut Masalah kehilangan jaringan yang menyebabkan reaksi

maka perlu diperiksa kemungkinan cedera pada organ atau

inflamasi, meningkatnya kerentanan terhadap infeksi,

bagian tubuh yang lain.

hipermetabolisme dan masalah penutupan luka.

Perubahan Fisiologi Perubahan mikrosirkulasi yang terjadi diantaranya vasodilatasi

Fase awal/akut/syok

3.

Fase lanjut

arteriol. Timbul mediator endogen meningkatkan permeabilitas kapiler yang menyebabkan edema dan hipoproteinemia.

Masalah jaringan parut hipertrofik dan kontraktur sebagai

Hipoproteinemia menyebabkan berpindahnya cairan dari

penyulit .

intravaskuler ke interstisial. Permasalahan awal yang serius dan harus cepat didiagnosis adalah adanya cedera inhalasi. Cedera

Zona kerusakan jaringan

ini merupakan gangguan mukosa saluran nafas akibat paparan

1.

Zona Koagulasi/Nekrosis

atau kontak dengan sumber termis, umumnya disebabkan oleh

Adalah daerah yang langsung mengalami kerusakan

api, terperangkap di ruang tertutup,atau terpapar zat kimia. Ciri

(koagulasi protein) karena luka bakar, disebut juga zona

yang harus dilihat adalah adanya bulu hidung yang terbakar atau

nekrosis.

adanya jelaga di hidung. Kulit yang terbakar mengakibatkan barrier terhadap

2.

Zona Statis Adalah daerah yang langsung berada di luar zona koagulasi. Di daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah,

trombosit dan leukosit sehingga terjadi gangguan perfusi (no

1.

Scald Burns

flow phenomena) diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan

Luka karena uap panas, biasanya terjadi karena air panas,

respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung jam

merupakan kebanyakan penyebab luka bakar pada

pasca cedera.

masyarakat. Air pada suhu 60°C menyebabkan luka bakar

Zona Hiperemi

parsial atau dalam dengan waktu hanya dalam 3 detik. Pada

Daerah diluar zona stasis yang ikut mengalami reaksi vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi seluler. Dapat

69°C, luka bakar yang sama terjadi dalam 1 detik. 2.

Flame Burns

mengalami penyembuhan spontan atau berubah menjadi

Luka terbakar adalah mekanisme kedua tersering dari injuri

zona statis bila terapi tidak adekuat.

termal. Meskipun kejadian injuri disebabkan oleh kebakaran rumah telah menurun seiring penggunaan detektor asap, kebakaran yang berhubungan dengan merokok, penyalahgunaan penggunaan cairan yang mudah terbakar, tabrakan kendaraan bermotor dan kain terbakar oleh kompor atau pemanas ruangan juga bertanggung jawab terhadap luka terbakar. 3.

Flash Burns Flash burns adalah berikutnya yang paling sering. Ledakan gas alam, propan, butane, minyak destilasi, alkohol dan cairan mudah terbakar lain seperti aliran listrik menyebabkan panas untuk periode waktu. Flash burns memiliki distribusi di semua kulit yang terekspos dengan area paling dalam pada sisi yang terkena.

4.

Contact Burns Luka bakar kontak berasal dari kontak dengan logam panas, plastik, gelas atau bara panas. Kejadian ini terbatas. Balita yang menyentuh atau jatuh dengan tangan menyentuh

Penyebab Luka Bakar

5.

6.

7.

setrika, oven dan bara kayu menyebabkan luka bakar yang

Adalah luka akibat suhu yang terlalu dingin. Pembuluh darah

dalam pada telapak tangan.

perifer mengalami vasokonstriksi hebat, terutama di ujung-

Chemical Burn

ujung jari, hidung dan telinga. Fase selanjutnya akan terjadi

Luka bakar yang diakibatkan oleh iritasi zat kimia, apakah

nekrosis dan kerusakan yang permanen. Untuk tindakan

bersifat asam kuat atau basa kuat. Kejadian ini sering pada

pertama adalah sesegera mungkin menghangatkan bagian

karyawan industri yang memakai bahan kimia sebagai bagian

tubuh tersebut dengan pemanas dan gerakan-gerakan untuk

dari proses pengolahan atau produksinya. Penanganan yang

memperlancar sirkulasi.

salah dapat memperluas luka bakar yang terjadi. Irigasi

Luas Luka Bakar

dengan NS (NaCl 0.9%) atau akuabides atau cairan netral

Banyak metoda perhitungan luka bakar, dari yang sederhana

lainnya adalah pertolongan terbaik, tidak dengan cara

seperti rule of thumb, yaitu luas dihitung 1% setiap ukuran

menetralisirnya.

sebesar telapak tangan penderita.

Electrical Burn

Luas luka bakar dinyatakan dalam % terhadap luas seluruh

Sel yang teraliri listrik akan mengalami kematian yang bisa

tubuh. Pada dewasa digunakan rumus 9. yaitu, luas kepala dan

menjalar dari sejak arus masuk sampai bagian tubuh tempat

leher, dada, punggung, perut, pinggang dan bokong, ekstremitas

arus keluar. Luka masuk adalah tempat aliran listrik memasuki

atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai

tubuh, luka keluar adalah tempat keluarnya arus dari tubuh

dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9 %.

menuju bumi/ground. Sulit secara fisik menentukan berat

Sisanya 1 persen ada daerah genital. Pada bayi digunakan rumus

ringannnya kerusakan yang terjadi

10 , sedangkan pada anak digunakan rumus .

mengingat perlu banyak pemeriksaan klinis dan penunjang

Untuk anak: kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang

lainnya untuk mengevaluasi keadaan penderita. Gangguan

masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-

jantung, ginjal, kerusakan otot sangat mungkin terjadi.

masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing

Besarnya luka masuk atau luka keluar tidak berhubungan

15%.

dengan kerusakan jaringan sepanjang aliran luka masuk

Prognosis dan penanganan ditentukan oleh dalam dan luas

sampai keluar. Maka dari itu setiap luka bakar listrik

permukaan yang terkena, juga oleh letak luka yang terbakar,

dikelompokan pada derajat III

usia, dan keadaan kesehatan penderita. Daerah perineum,

Frost Bite

ketiak, leher dan tangan sulit perawatannya antara lain karena

mudah mengalami kontraktur. Karena bayi dan orang lanjut usia

2.

Partial thickness superficial (grd IIa)

daya kompensasinya lebih rendah, maka prognosisnya lebih

3.

Partial thickness deep (grd II b)

buruk.

4.

Full thickness (grd III)

Klasifikasi dan temuan klinis I

II

III

Derajat Bagian Kulit

Epidermi

Epidermis

Epidermis,

yang Rusak

s

dan

dermis, dan

sebagian

lapisan di

dermis

bawahnya

Bula

+

Dasar

Hiperemi

Merah/puc

Putih/pucat

s

at

Eskar +

Nyeri

+,

+

karena ujung saraf tidak Derajat Luka Bakar

tergangg

Dikelompokan beradasarkan kedalaman kerusakan yang terjadi.

u

Klasifikasi tradisional mengenal luka bakar derajat I, II, dan III, sedangkan sekarang digolongkan menjadi 1.

Superficial thickness (grd I)

1.

Derajat II-III > 20% pada pasien berusia
2.

Derajat II- III > 25 % pada kelompok usia selain yang disebutkan pada butir pertama

3.

Luka bakar pada muka, telinga tangan, kaki dan perineum

4.

Adanya cedera pada jalan napas tanpa memperhitungkan luas luka bakar.

5.

Luka bakar listrik tegangan tinggi

6.

Disertai trauma lainnya

7.

Pasien-pasien dengan resiko tinggi

2.

Luka bakar sedang/moderate 1.

Luka bakar dengan luas % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %.

2.

Luka bakar dengan luas 10-20% pada anak usia kurang 10 thn atau dewasa lebih dari 40 thn, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %.

3.

Luka bakar dengan derajat III kurang dari 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan, kaki dan perineum.

3.

Luka bakar ringan 1.

orang dewasa.

Berdasarkan berat ringannya luka bakar, diperoleh beberapa kategori luka bakar menurut American Burn Association: 1.

Luka bakar berat/ kritis (major burn)

Luka bakar dengan luas kurang dari 15 % pada

2.

Luka bakar dengan luas kurang dari 10 % pada anak-anak

3.

Luka bakar dengan luas kurang dari 2 % pada

9.

Early cooling, siram air

segala usia yang tidak mengenai muka, tangan, kaki,

10.

Jangan es/ice-pack !

perineum.

11.

Luka bakar kimia : irigasi sebanyak-banyaknya, jangan

Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium darah yaitu darah rutin, ureum

netralisir. 12.

kreatinin, elektrolit, GDS dan analisa gas darah merupakan data

Luka bakar listrik : padamkan sumber, gunakan nonconducting.

dasar untuk menilai dan diagnosis awal keadaan penderita.

Penanganan di Emergensi

Pada pemeriksaan radiologi foto thoraks, apabila dicurigai

Tindakan penyelamatan jiwa sesuai dengan prosedur ATLS

adanya trauma inhalasi, dan pasca pemasangan CVP

(Advanced Trauma Life Support). Penanganan:

Pemeriksaan kultur dan resistensi tes

1.

Penatalaksanaan

Bebaskan jalan nafas, perhatikan kemungkinan udem laring.

2.

Oksigen lembab 5 liter/mnt

Pre-hospital

3.

Resusitasi cairan sesuai formula Baxter-Parkland,

1.

Sedapat mungkin penanganan ABC (sesuai ATLS)

4.

Monitoring tanda-tanda vital, diuresis dari waktu ke waktu

2.

Jauhkan dari sumber luka bakar

5.

Pemasangan CVP bila luas luka bakar ≥ 40 %, dengan

3.

Ingatkan pada orang yang terbakar jangan lari atau berdiri karena api akan lebih besar

4.

Padamkan api dengan disiram air, tutup kain basah atau berguling

5.

Bilas dengan air jika luka bakar kimiawi, jangan dengan anti karena akan timbul reaksi → panas

6.

Trauma listrik → putuskan aliran

7.

Pada keracunan CO biasanya karena terjebak dalam

8.

nilai normal pada fase akut adalah 0 – 2 cmH20 6.

NGT apabila diperlukan,

7.

Kateter untuk monitoring diuresis

8.

Antitetanus profilaksis

9.

Antibiotik spektrum luas

10.

Analgetik, bila perlu golongan narkotik dengan pengawasan ketat

11.

Debridement dalam narkose bila keadaan umum pasien

ruangan tertutup, timbul gejala seperti pusing, sakit kepala

sudah stabil. Tindakan debridemen dapat diulangi sesuai

dan muntah-muntah, terapi dengan oksigen murni

kondisi pasien

Lepaskan pakaian dan perhiasan

12.

Penutupan defek dengan skin grafting

13.

Perawatan luka dengan antibiotik topikal

1 (1,5) ml/kgBB/%LB saline(elektrolit)

(silversulfadiazine, MEBO,dll) ml glukosa

Indikasi rawat :

Monitoring : diuresis (>50 (30-50) ml/jam)

1.

Derajat 2 > 15% pada dewasa, > 10% pada anak

CVP (>+2)

2.

Derajat 2 pada muka, tangan, kaki, perineum, atau

Hb – Ht

persendian 3.

Derajat 3 > 2% dewasa, setiap derajat 3 pada anak

2.

Formula Baxter (Parkland)

berapapun luasnya 4.

Disertai trauma jalan nafas, luka listrik dan komplikasi lain

4 ml/kgBB/%LB ringer lactate/asetat

Perawatan RS

Monitoring :

Apabila termasuk kriteria luka bakar sedang dan berat (sesuai

diuresis 50 – 100 ml/jam,

American Burn Association) maka pasien dirawat :

CVP (>+2 ),

1.

Di burn unit bila tersedia

Hb-Ht

2.

Rawat inap biasa/isolasi bila burn unit tidak tersedia

50 % diberikan pada 8 jam pertama

3.

Dirawat di ICU sampai kondisinya stabil. Kemudian dapat

50 % sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya

dipindahkan ke burn unit bila tersedia. 4.

Tindakan definitif berupa

5.

Debridement ulang, escarotomi/escarectomy

6.

Penutupan defek dengan STSG/FTSG

7.

Fisioterapi

Resusitasi Cairan Formula resusitasi cairan bukan suatu patokan mutlak monitoring klinis dari waktu ke waktu lebih penting. 1.

Formula Evans-Brooke 1(0,5) ml/kgBB/%LB darah (koloid)

Waktu dihitung sejak kejadian, bukan saat mulai pemberian cairan. Debridement Indikasi Debridement luka bakar diindikasikan pada luka bakar yang dalam misalnya luka bakar deep-dermal dan subdermal. Luka bakar yang dalam ini ditandai dengan permukaan yang keputihan, merah, kecoklatan, kuning atau bahkan kehitaman dan tidak adanya capillary refill ataupun sensibilitas kulit. Kontraindikasi Operasi 

Kondisi fisik yang tidak memungkinkan

Gangguan pada proses pembekuan darah

Tidak tersedia donor yang cukup untuk menutup permukaan terbuka (raw surface) yang timbul.1

Tehnik Operasi 1.

Informed consent

2.

Posisi terlentang dalam narkosa umum

3.

Cuci luka dengan Normal Saline (NaCl 0.9 %) sambil dilakukan nekrotomi & bullektomi hingga bersih (debridement)

4.

Keringkan dengan kasa steril

5.

Oleskan Silver Sulfadiazin (SSD)/ Dermazin/ Burnazin

6.

Bebat dengan kassa lembab diseluruh area luka bakar

7.

Dapat juga dilakukan perawatan luka terbukan dengan MEBO (moist exposure burn ointment – berupa salep)

Perawatan pasca debridement Balutan awal harus dipertahankan selama 3-7 hari, kecuali timbul rasa sakit, berbau, basah dan komplikasi lain yang dapat muncul. Ketika melepaskan balutan, perlengketan diatasi dengan normal saline untuk mengurangi perlengketan. Apabila terdapat hematoma atau seroma pada saat ganti balutan, atasi dengan membuat insisi kecil pada daerah yang paling menonjol dan keluarkan isinya.1

Medikamentosa Ditulis Oleh: kapten Oleh: dr.Asep Hermana,SpB, FINACS

3.

Bupivacaine marcaine (1-buthyl-2,6hexahydropicolixylidide)

4.

Etidokain/duranest(2-N-Ethylpropylamino2’6’butyroxylidide) Kecuali kokain, semua anestesi lokal bersifat vasodilator

Obat-obat anestesi lokal

sehingga zat anestesi cepat diserap yang akan meninggikan

Obat-obatan anestesi lokal yang digunakan secara garis besar

toksisitas dan memperpendek masa kerja obatnya (duration of

dibagi menjadi 2 golongan, yaitu golongan aminoester dan amino

action). Untuk memperpanjang kerja obat dan menurunkan

amida.

toksisitasnya biasanya ditambahkan vasokonstriktor, misalnya dengan menambahkan adrenalin dengan konsentrasi 1:100.000

Golongan amino ester adalah:

atau 1:500.000. Tetapi pada khitanan atau pada organ end arteri lainnya, penggunaan vasokonstriktor tidak dibenarkan.

1.

Benzokain ( ethyl 4-aminobenzoate)

Obat anestesi yang sering digunakan pada bedah minor adalah

2.

Prokain/novokain (2-diethylamino ethyl 4-aminobenzoat)

lidocain karena mempunyai masa kerja yang lama (DOA .

Tetrakain (-dimethyl amino ethyl 4 buthyl aminobenzoate)

menit) dan awitan yang cepat (3-5 menit). Daya anestesinya pun

4.

Kloroprokain/nesakain (2-diethylamino ethyl 4-amino 2-

lebih kuat jika dibandingkan dengan prokain dan jarang

chlorobenzoat) 5.

Kokain

menimbulkan reaksi alergi. Konsentrasi yang sering digunakan adalah lidokain HCl 2%. Menurut hasil penelitian beberapa ahli bahwa pada pemakaian

Golongan amino amida adalah: 1.

Lidokain/xylocain/lignokain (2-diethyl aminoacetat2,6xylidine)

2.

Prilokaine/citanest (propylamino-2propionotoluidine)

anestesi lokal secara infiltrasi tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara pemakaian lidocain HCl 0,5% dan 2% terhadap derajat anestesi yang ditimbulkannya. Bahkan dengan menggunakan lidocain HCl 0,5% secara bermakna akan mengurangi risiko timbulnya intoksikasi obat. Sediaan yang ada di pasaran lidocain HCl dengan konsentrasi 2% dikemas dalam

flacon dan ampul. Untuk mendapatkan konsentrasi yang lebih

coli, Proteus mirabilis, Salmonella). Amoksisilin juga dapat

rendah kita harus mencampurnya dengan aqua bidestilata.

digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Untuk mendapatkan hasil optimal antara onset yang cepat dan

positif (seperti; Streptococcus pneumoniae, enterococci,

durasi yang lama, dapat digunakan campuran obat anestesi

nonpenicilinase-producing staphylococci, Listeria) tetapi

antara lidocain (onset cepat) dan bupivacaine (durasi lama)

walaupun demikian, aminophenisilin, amoksisilin secara umum

dengan perbandingan 1 :1.

tidak dapat digunakan secara sendirian untuk pengobatan yang

Reaksi toksis dapat terjadi karena kesalahan penyuntikan

disebabkan oleh infeksi streprococcus dan staphilococcal.

sehingga obat masuk ke pembuluh darah atau dosis yang terlalu tinggi. Gejala yang timbul akibat toksisitas adalah:

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Dosis Oral :

1.

Terhadap SSP : gelisah, nyeri kepala, pusing, dan penglihatan kabur

2.

Terhadap Respirasi : nafas cepat dan dangkan kemudian tak teratur sampai apneu

3.

Terhadap sistem kardiovaskular : hipotensi dan bradikardi

Umum: Anak 3 bulan dan
Amoksisilin Nama Dagang Abdimox,Aclam, Amobiotic, Amocomb, Amosine, Amoxan, Amoxil, Amoxillin, Ancla, Arcamox, Athimox, Auspilin dll.

DOSIS DEWASA: Umum: Rentang dosis antara 250 – 500 mg setiap 8 jam atau 500 – 875 mg dua kali sehari. Antibiotik amoksisilin termasuk antibiotik time dependent sehingga untuk menjaga konsentrasi obat dalam plasma tetap berada pada kadar puncak, maka obat diberikan sesuai dengan

Indikasi

jadwal waktu yang telah dibuat. Obat dapat diberikan bersamaan

Amoksisilin digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan

dengan makanan.

oleh bakteri gram negatif (Haemophilus Influenza, Escherichia

Kontraindikasi

Kontraindikasi

Kontraindikasi untuk pasien yang hipersensitif terhadap

Hipersensitivitas terhadap metronidazol, turunan nitroimidazol,

amoksisilin, penisilin, atau komponen lain dalam obat.

atau komponen yang ada dalam sediaan, kehamilan (trimester pertama – didapatkan efek karsinogenik pada tikus)

Metronidazol Nama Dagang

Efek Samping

Corsagyl, Elyzol, Fladex, Flagyl, Fortagyl, Gravazol, Mebazid,

Mual, muntah, gangguan pengecapan, lidah kasar dan gangguan

Metrofusin dll.

saluran pencernaan; rash; mengantuk (jarang terjadi), sakit

Indikasi

kepala, pusing , ataksia, urin berwarna gelap, erytema

Infeksi anaerobik (termasuk gigi) , lihat pada bagian dosis, infeksi

multiform, pruritus, urtikaria, angioedema dan anafilaksis; juga

protozoa, eradikasi Helicobacter pylori; infeksi kulit.

dilaporkan abnormalitas tes fungsi hati, hepatitis, jaundice, trombositopenia, anemia aplastic, myalgia, athralgia; pada

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

pengobatan intensif dan jangka panjang dapat terjadi peripheral

Infeksi anaerobik (pengobatan biasanya selama 7 hari dan 10

neuropathy, transient epilepsi-form seizure dan leukopenia.

hari untuk penggunaan antibiotika pada pengobatan kolitis), peroral dengan dosis awal 800 mg kemudian 400 mg setiap 8

Pengaruh

jam atau 500 mg setiap 8 jam; anak-anak 7,5 mg/kg setiap 8 jam; kemudian pemberian dilanjutkan tiap 12 jam, anak-anak

Terhadap Kehamilan : Produsen menyarankan untuk

setiap 8 jam selama 3 hari, kemudian pemberian dilanjutkan tiap

menghindari penggunaan obat pada dosis tinggi. Faktor risiko : B

12 jam, umur hingga 1 tahun 125 mg, 1 – 5 tahun 250 mg, 5 – 10

(dikontraindikasikan pada trimester pertama) Obat dapat

tahun 500 mg, lebih dari 10 tahun dosis dewasa; selama 3 hari,

menembus plasenta ( efek karsinogenik pada tikus);

pemberian secara infus intravena lebih dari 20 menit, 500 mg

dikontraindikasikan terhadap pengobatan trichomoniasis pada

setiap 8 jam; anak-anak 7,5 mg/kg setiap 8 jam.

trimester pertama, kecuali jika pengobatan alternatif tidak adekuat. Untuk keamanan dan efikasi pada indikasi yang lain, gunakan obat pada ibu hamil hanya jika keuntungan pada ibu hamil lebih banyak daripada potensial risiko terhadap janinnya.

Terhadap Ibu Menyusui : Ditemukan dalam air susu, produsen menyarankan untuk menghindari penggunaan obat

E.coli; pengobatan entritis yang disebabkan oleh Shigella flexneri atau Shigella sonnei.

dengan dosis tunggal yang besar. Masuk kedalam air susu ibu/tidak direkomendasikan (AAP rates ’’of concern”) 

Terhadap Anak-anak : Keamanan dan efikasi

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Dosis: dihitung berdasarkan perbandingan dasar obat, dengan

penggunaan obat pada anak-anak belum diketahui dengan jelas,

komposis sulfametoxazole 800 mg dan trimethoprim 160 mg.

kecuali untuk pengobatan amoebiasis. Bayi baru lahir

Anak >2 tahun , dengan panduan :

menunjukkan keterbatasan dalam eliminasi metronidazole. Pada

Infeksi ringan – berat:

bayi berumur 28 hingga 40 minggu, waktu paro eliminasi 10,9 –

oral; 8-12 mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 12 jam.

22,5 jam.

Infeksi serius: Oral: 20mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam.

Kotrimoksazol

IV: 8-12 mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam.

Golongan/Kelas Terapi Anti Infeksi Nama Dagang

Kontraindikasi

Bactricid, Bactrim, Bactrizol, Cotrim, Cotrimol, Dumotrim,

Hipersensitif pada obat golongan sulfa, trimethoprim atau

Erphatrim, Fsiprim, Ottoprim, Primadex, Primsulfon, Septrin,

komponen lain dalam obat; profiria; anemia megaloblastik karena

Sulprim, Sultrimmix, Trimezol, Trimoxsul, Zoltrim, Zultrop,

kekurangan asam folat; bayi dengan usia
Bactoprim Combi

tanda kerusakan pada hepar pasien; gagal ginjal parah;

Indikasi

kehamilan

Untuk pengobatan infeksi saluran urin yang disebabkan E.coli, Klebsella dan Enterobacter sp, M.morganii, P.mirabilis dan P.vulgaris; otitis media akut pada anak; eksaserbasi akut pada bronchitis kronis pasien dewasa yang disebabkan oleh bakteri yang sensistif seperti H.influenzae,atau S.pneumoniae; pencegahan dan pengobatan Pneumocitis carinii pneumoniae (PCP); traveler diarrhea yang disebabkan oleh enterotoksigenik

Efek Samping Reaksi efek samping yang paling banyak adalah gangguan pencernaan (mual, muntah, anorexia), reaksi dermatologi (rash atau urticaria); efek samping yang jarang dan dapat hilang dengan sendirinya terkait dengan penggunaan co-trimoxazole

meliputi : reaksi dermatologi gawat dan hepatotoxic. Endokrin

atau 750 mg setiap 24 jam untuk 5 hari. Bronkitis kronis (bakteri

dan metabolit : miperkalemia (pada penggunaan dosis besar),

eksaserbasi akut): 500 mg setiap 24 jam untuk 7 hari.

hipoglikemik. Gastrointestinal : Mual, muntah, anorexia,

Pneumonia: Community – acquired: 500 mg setiap 24 jam untuk

stomatitis, diare, pseudomembranous collitis, pankreatitis. hari atau 750 mg setiap 24 jam untuk 5 hari (efikasi obat pada pemberian 5 hari untuk MDRSP tidak dapat dipastikan). Infeksi kulit: infeksi tanpa komplikasi: 500 mg setiap 24 jam

Levofloksasin Golongan/Kelas Terapi Anti Infeksi

untuk 7-10 hari. Dengan komplikasi: 750 mg setiap 24 jam selama 7-14 hari.

Nama Dagang Cravox, Difloxin, Inacid, Levocin, Levovid, Lexa, Mosardal, Nislev,

Siprofloksasin

Nufalev, Prolecin, Prolevox, Volequin, Voxin, Cravat dll.

Golongan/Kelas Terapi Anti Infeksi

Indikasi

Nama Dagang

Sistemik: Pengobatan infeksi ringan, sedang dan berat yang

Baquinor, Bernoflox, Bidiprox, Bimaflox, Cetafloxo, Ciflos,

disebabkan oleh organisme yang sensitive, meliputi CAP

Ciproxin, Ciproxin XR, Corcasin, Coroflox, Cylowam, Cyrox,

(community-acquired penumoniae), termasuk juga MDRSP

Disfabac, Duflomex, Fimoflox, Floxid, Floxifar, Floxigra, Girabloc,

(multidrug resistant strains of S.pneumoniae); pneumoniae

Gurolone dll.

nosokomial; bronchitis kronis; sinusitis bakteri akut; infeksi

Indikasi

saluran urin dengan atau tanpa komplikasi, termasuk juga

Untuk pengobatan infeksi yag disebabkan bakteri: infeksi saluran

pyelonepritis akut yang disebabkan oleh E.coli; prostatitis (cronic

urin; cistitis akut tanpa komplikasi pada wanita;

bacterimia); infeksi kulit (dengan atau tanpa komplikasi); untuk profilaksis serangan anthrak (setelah terpapar)

prostatitis bakteri kronik; infeksi saluran nafas bawah (termasuk eksaserbasi akut dan bronchitis kronik); sinusistis akut; infeksi

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

kulit; tulang dan persendian; infeksi intraabdominal komplek; diare karena infeksi; demam tyfoid karena Salmonella typhi;

Oral, IV: dewasa

pneumonia nosokomial, terapi empiris febrile neutrophenic

Sinusitis bakteri (akut): 500 mg setiap 24 jam untuk hari

(kombinasi dengan piperacillin).

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

Efek Samping Saluran cerna : Diare (16%)

Infeksi mg dua kali sehari 4-6 minggu, tergantung

Abdominal pain, mual, dispepsia,

kegawatan dan kepekaan dari bakteri penginfeksinya. perut kembung(flatulense), Sefiksim

Gagal ginjal akut, reaksi anafilaktik, angioderma, peningkatan

Golongan/Kelas Terapi Anti Infeksi

BUN, kandidiasis, peningkatan kreatinin, pusing, demam, sakit

Nama Dagang

kepala, hepatitis, hiperbilirubinemia, erythema multiforme, facial

Cefspan, Ceptik, Comsporin, Fixacef, Fixep, Fixiphar, Lanfix,

edema, demam, jaundice, leucopenia,pruritus, colitis

Maxpro, Sarcef, Simcef, Sofix, Spancef, Spaxim, Tocef, Cefixime

pseudomembran, rash, seizure, menyerupai serum sickness,

OGB Dexa dll.

sindrome Stevens-Johnson,trombositopenia,urtikaria, vaginitis,

Indikasi

muntah.

Pengobatan infeksi pada kulit, saluran urin, otitis media, infeksi saluran nafas termasuk suspek dari S. pneumonia dan S. Pyogenes, H. Influenza dan beberapa Enterobacteriaceae; tidak termasuk N. Gonorrhoeae gonorrhea pada serviks dan ureter Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Oral : Anak ≥6 bulan : 8 mg/kgBB/hari dibagi setiap jam. Anak> 50 kg atau > 12 tahun dan dewasa 400 mg/hari dibagi setiap jam; Untuk infeksi S. Pyogenes : pengobatan selama 10 hari

Sefotaksim Golongan/Kelas Terapi Anti Infeksi Nama Dagang Biocef, Cefor, Cefotaxim Hexpharm, Cefovell, Cefoxal, Clacef, Claforan, Clatax, Combicef, Efotax, Goforan, Kalfoxim, Lancef, Lapixime, Procefa, Rycef dll. Indikasi Infeksi saluran napas, kulit dan struktur kulit, tulang dan sendi, saluran urin, ginekologi seperti, septisemiam dugaan meningitis, aktif terhadap basil Gram negative (kecuali Pseudomonas), Gram positif cocci (kecuali enterococcus). Aktif terhadap beberapa penicillin yang resisten pneumococcus.

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

Ancefa, Bidicef, Biodroxil, Cefadroxil Hexpharm, Dexacef, Doxef,

Infant dan anak :

Duricef, Erphadrox, Ethicef, Kelfex, Lapicef, Librocef, Longcef, bulan : I.M., I.V. :
Opicef, Osadrox, Pyricef, Qcef, Qidrox, Renasistin, Sedrofen,

dalam

Tisacef, Widrox, Alxil dll.

dosis setiap 4-6 jam.

Anak > 12 tahun dan dewasa : Infeksi tanpa komplikasi : I.M., I.V. : 1g setiap 12 jam.

Indikasi

Infeksi sedang-parah : I.M., I.V. : 1-2 g setiap 8 jam.

Pengobatan suspek infeksi bakteri, termasuk yang disebabkan

Preop : I.M., I.V. : 1 g , menit sebelum pembedahan.

oleh Group A beta-hemolitic Streptococcus. Profilaksis bakteri endokarditis pada pasien yang alergi terhadap penisilin dan

Kontraindikasi

pasien yang operasi dan tindakan pada gigi.

Hipersensitif terhadap sefotaksim, komponen lain dalam sediaan

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

dan sefalosporin lainnya.

• Oral :Anak : 30 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis maksimal 2g/hari.

Efek Samping

Dewasa : 1-2 g/hari dibagi dalam 2 dosis.

Kulit : rash, pruritus

Profilaksis endokarditis :

Saluran cerna : Saluran cerna : kolitis, diare, mual dan muntah

Anak : 50 mg/kg BB 1 jam sebelum tindakan.

Lokal : sakit pada tempat suntikan

Dewasa : 2 gram 1 jam sebelum tindakan

Anafilaksis dan aritmia (setelah pemberian injeksi I.V kateter

• Interval pada pasien gangguan ginjal

pusat), peningkatan BUN, kanidiasis,kreatinin meningkat,

ClCr mL/menit : diberikan setiap 24 jam.

eusinophilila, erythema multiforme, demam, sakit kepala,

ClCr
interstitial nephritis, neutropenia, phlebitis, pseudomembranous colitis, sindrom Stevens-Johnson, trombositopenia, transaminases

Gentamisin

meningkat, toxic epidermal necrolysis, urtikaria, vaginitis.

Golongan/Kelas Terapi Anti Infeksi Nama Dagang

Sefadroksil Golongan/Kelas Terapi Anti Infeksi Nama Dagang

Diprogenta, Gentak, Gentamerc, Gentamisin, Gentana, Genoptik

Indikasi Infeksi gram negatif (Pseudomonas, Proteus, Serratia) dan Gram positif (Staphylococcus), infeksi tulang, infeksi saluran nafas,

Efek Samping – Susunan syaraf pusat : Neurotosisitas (vertigo, ataxia)

infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran urin, abdomen,

– Neuromuskuler dan skeletal : Gait instability

endokarditis dan septikemia , penggunaan topical, dan profilaksis

– Otic : Ototoksisitas (auditory), Ototoksisitas

untuk bakteri endokarditis dan tindakan bedah. (vestibular) Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Dosis diberikan secara individu karena indek terapinya relatif

– Ginjal : Nefrotoksik ( meningkatkan klirens kreatinin) 1% – 10%

sempit Dosis umum : Bayi dan anak 5 tahun : 2 – 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam secara i.v. atau i.m. Anak dan dewasa : Intratekal : 4 – 8 mg/hari Topikal : Salep : Salep dioleskan pada kulit yang sakit 3 – 4 kali sehari Dewasa : Diberikan secara i. v. atau i. m. Kontraindikasi Hipersensitif terhadap Gentamisin dan Aminoglikosida lain

Asam Mefenamat Golongan/Kelas Terapi Anti Inflamasi Non Steroid Nama Dagang Analspec, Mefinal, Asimat, Ponstan, Benostan, Cetalmic, Corstanal, Dolfenal, Dolodon, Dolos, Dystan, Fargetix, Gitaramin, Lapistan, Licostan, Mectan, Mefast dll. Indikasi Nyeri. Dismenore (gangguan nyeri saat haid). Anti-piretik (demam pada anak karena infeksi) Dosis, Cara dan Lama Pemberian Untuk nyeri : Dosis awal 500mg, dilanjutkan dengan dosis 250mg setiap 6 jam jika diperlukan. Penggunaan sebaiknya tidak lebih dari 1 minggu.

Kontraindikasi

Ibuprofen

Adanya riwayat hipersensitif berupa gatal-gatal, angioedem,

Golongan/Kelas Terapi Analgesik Non Narkotik

bronchospasm, rhinitis berat, atau syok oleh Aspirin atau

Nama Dagang

golongan AINS lain. Pasien dengan riwayat gangguan saluran

Dofen, Dolofen Forte, Farsifen, Febryn, Fenris, Helafen, Iprox,

cerna. Pasien hamil trimester ke-3. Pasien menyusui (atau

Nofena, Ostarin, Profen, Proris, Ribunalm Shelrofen, Anafen dll.

hentikan menyusui). Indikasi Efek Samping

Nyeri & radang pada penyakit artritis (rheumatoid arthritis,

Gangguan lambung : tidak nafsu makan, sakit abdomen,

juvenile arthritis, osteoarthritis) & gangguan non sendi (otot

sembelit, diare, dispepsi, kembung, rasa terbakar, mual, tukak

kerangka), nyeri ringan sampai berat termasuk dismenorea,

lambung, muntah, mulut kering hingga pendarahan lambung.

paska bedah, nyeri & demam pada anak-anak

Efek pada darah : penurunan hematokrit (pemakaian jangka lama), anemia, memperpanjang waktu pendarahan, eusinopili,

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

epstaxis, leucopenia, thrombo, cytopenia, trombositopenia,

Dewasa :

menghambat agregasi platelet.

Artritis : mg 3-4 kali sehari (maksimun 3.2 g/hari) Juvenile artritis : mg/kg berat badan per hari dalam 3-4

Bentuk Sediaan

dosis terbagi (maksimum 50 mg/kg berat badan)

Kapsul 250 mg, Kaplet 500 mg

Nyeri ringan s/d sedang : mg tiap 4-6 jam, bila perlu (max 1,2 g/hari)

Peringatan Hati-hati Pasien Lansia. Pasien dengan kondisi terjadinya retensi

Kontraindikasi

cairan Pasien sedang menggunakan obat-obat yang berinteraksi

Pasien dengan hipersensitivitas, asma, urtikaria, rinitis parah,

dengan Asam Mefenamat Pasien anak di bawah usia 14 tahun.

angioudema

Sebaiknya tidak digunakan secara rutin sebagai obat antipiretik. Efek Samping Gangguan saluran cerna : dispepsia, heartburn, mual, muntah, diare, konstipasi, anoreksia dll.

Pasien dewasa : 25mg atau 50mg setiap 6-8 jam jika diperlukan Pasien dengan gangguan fungsi ginjal & hati : Ketopropen Golongan/Kelas Terapi Anti Inflamasi Non Steroid Nama Dagang Kaltrofen, Profenid , Pronalges dll.

Untuk Pasien dengan kerusakan ginjal/hati sedang, dosis tertinggi

Indikasi

sehari adalah 150mg.

Penyakit inflamasi : Rheumatoid arthritis, Juvenile Arthritis, Osteo, Arthritis, Ankylosing Spondilitis. Kondisi inflamasi lain : Penanganan nyeri ringan sampai sedang setelah operasi, melahirkan,ortopedi & nyeri karena kanker. Dismenore (rasa krg nyaman/nyeri saat haid). Demam untuk Pasien usia 16thn atau lebih. Pemakaian lain : menurut studi cohort pemakaian dosis rendah Ketoprofen selama 2 tahun atau lebih pada Pasien Geriatri dapat menurunkan prevalensi penyakit alzheimer

Farmakologi Menghambat sintesa prostaglandin dengan cara menghambat kerja enzym cyclooxygenase (COX), COX-1 & COX-2 pada jalur arachidonat tidak melalui jalur opiat Efek Samping Saluran cerna : (terjadi pada 10-30% Pasien) Keluhan saluran cerna, tukak peptik, mual, diare, sakit pada bagian abdomen, sembelit, kembung, tidak ada nafsu makan, mulut kering, gastritis, pankreatitis, sampai pendarahan pada saluran cerna. Sistim Syaraf Pusat : (lebih dari 3% Pasien) Sakit kepala, eksitasi

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

(insomnia, bermimpi, cemas, takut), pusing, depresi, sulit

Dosis disesuaikan dengan keadaan Pasien (sangat individual)

berkonsentrasi, lelah, bingung, migrain, rasa berputar, halusinasi.

Penyakit inflamasi :

Ginjal & Saluran kemih : (3-8% Pasien) Meningkatkan serum

Dosis awal untuk penanganan gejala rheumatoid arthritis & osteo

kreatinin, BUN, pendarahan saluran kemih, edema. Mata &

arthritis akut maupun kronis adalah 75mg, 3X sehari atau 50 mg

telinga : (1-3% Pasien) Gangguan penglihatan & tinitus.

4 kali sehari atau kapsul lepas lambat 200mg sekali sehari. Dosis

Gangguan jantung : (2% Pasien) peripheral edema. Kulit : (1-3%

ini dapat digunakan untuk penanganan ankylosing spondilitis

Pasien) Gatal, eksim dll

Nyeri & Dismenore :

Pengaruh

dewasa dengan BB
Terhadap Kehamilan : Tidak direkomendasikan untuk

oral. Anak-anak usia 2-16thn : 0,5-1mg/Kg BB, max. 15-30mg.

digunakan oleh wanita hamil. Terutama pada akhir masa

Oral : Ketorolac oral hanya digunakan sebagai terapi lanjutan dari

kehamilan atau saat melahirkan karena efeknya pada sistem

ketorolac parenteral.

kardiovaskular fetus (penutupan prematur duktus arteriosus) &

Dewasa, Dosis pertama 20mg dilanjutkan, 10mg sehari, dapat

kontraksi uterus.

sampai 4X (setiap 4-6jam), meskipun demikian dosis lebih tinggi

Terhadap Ibu Menyusui : Didistribusikan melalui air susu ibu,

masih dimungkinkan. Total lama pemakaian terapi kombinasi

sehingga tidak direkomendasikan untuk digunakan oleh ibu yg

parenteral dan oral tidak boleh lebih dari 5 hari

sedang menyusui. Peringatan

Farmakologi

Keamanan & efikasi belum jelas untuk penggunaan pada anak di

Menghambat sintesa prostaglandin dengan cara menghambat

bawah usia 12 tahun. Penyesuaian dosis untuk Pasien Lansia

kerja enzym cyclooxygenase (COX), COX-1 & COX-2 pada jalur

karena eliminasi obat lambat. Pasien dengan kondisi terjadinya

arachidonat tidak melalui jalur opiat. Efek pada darah :

retensi cairan. Pasien menggunakan obat-obat yang berinteraksi

Menghambat proses agregasi platelet & dapat memperpanjang

dengan Ketoprofen.

waktu pendarahan. Konsentrasi tromboxan B2 serum ?

Ketorolac Golongan/Kelas Terapi Anti Inflamasi Non Steroid Nama Dagang Carpuject In, Remopain Inj, Rolac Inj, Scelto Inj, Toradol Inj, Torasic Inj, Torpain Inj, Trolac Inj, Toradol dll. Indikasi Nyeri : Nyeri akut, penanganan nyeri setelah operasi. Indikasi untuk sediaan mata : Inflamasi konjungtivitis alergi musiman

Kontraindikasi Tidak diindikasikan untuk : Pasien dengan hipersensitivitas urtikaria, angioudema, bronkospasme, rinitis yang parah, pasien yg alergi terhadap golongan salisilat, penderita polip, asma, hipotensi, penanganan kondisi nyeri yang minor atau kronik, pasien dengan penyakit tukak lambung aktif, pasien yg sedang menggunakan obat gol. AINS, anak di bawah usia 2

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

tahun,pasien hamil trimester ke-3, pasien menyusui (atau

Parenteral : (IV/IM)dosis tunggal dewasa : 30-60mg,lansia dan

hentikan menyusui)

Efek Samping

ginjal/hati. Tidak disarankan untuk Pasien dengan kerusakan

Sistem Syaraf (23% dari pemberian IV) : Sakit kepala, pusing,

ginjal/hati.

cemas, depresi, sulit berkonsentrasi, nervous, kejang , tremor bermimpi, halusinasi, insomnia vertigo, psikosis.Gastro Intestin :

Farmakologi

(12-13% ) Mual, diare, konstipasi, sakit lambung, perasaan

Lebih banyak menghambat kerja enzim COX-2 & sedikit

kenyang, muntah, kembung, luka lambung, tidak ada nafsu

menghambat COX-1 pada sintesa prostaglandin

makan, sampai pendarahan lambung & saluran pembuangan. Kulit : (2-4% dari pemberian IV) Sakit di daerah tmp. Penyuntikan (IM), kemerahan, hematoma gatal, berkeringat,

Kontraindikasi Hipersensitif terhadap Meloxicam, atau komponen lain dalam formulasi sediaan meloxicam Adanya riwayat gatal-gatal, angioedem, bronchospasm, rhinitis berat, atau syok oleh Aspirin

Meloksikam

atau golongan AINS lain. Pasien hamil trimester ke-3 Pasien

Golongan/Kelas Terapi Anti Inflamasi Non Steroid

menyusui (atau hentikan menyusui)

Nama Dagang

Efek Samping Dispepsi, sakit kepala, mual, diare, infeksi saluran cerna atas,

Artrilox, Loxil, Loxinic, Meloxicam, Meloxin, Mevilox, Mexpharm,

sakit abdomen, pusing, bengkak, kembung, kemerahan. Efek

Mobiflex, Movicox, Moxam, Moxic, Nulox, Ostelox, X-cam,

pada saluran pencernaan : Pendarahan, tukak, perforasi yang

Artricom dll.

serius Efek pada hati : SGOT, SGPT meningkat Adanya anemia pada penggunaan jangka panjang.

Indikasi Osteoarthritis, ankylosing spondilitis & Artritis Reumatoid Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

Piroksikam

Osteoartritis :

Golongan/Kelas Terapi Anti Inflamasi Non Steroid

Dosis awal & pemeliharaan Pasien dewasa adalah dosis tunggal 7,5mg/hari. Dosis tertinggi adalah 15mg sekali sehari. Tidak ada

Nama Dagang

penyesuaian dosis untuk Pasien dengan gangguan fungsi

Faxiden, Felcam, Felcam Gel, Felden Gel, Felden Inj, Felden Supp,

Infeld, Kifaden, Piroxicam, Rexicam, Felden, Roxidene, Scandene,

mual, tukak lambung, muntah, mulut kering hingga pendarahan

Scandene Gel, Sofden, Tropidene dll.

lambung. Efek pada darah (1-10% Pasien) : anemia, memperpanjang waktu

Indikasi

pendarahan, eusinopili,epstaxis, leucopenia, thrombo, cytopenia,

Rheumatoid arthritis & Osteo arthritis sebagai anti-inflamasi &

trombositopenia, menghambat agregasi platelet.

analgetik Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Rheumatoid arthritis & Osteo arthritis : Dewasa : Dosis awal : 20mg/hari, dosis pemeliharaan : 20-40mg/hari

Tramadol Golongan/Kelas Terapi Analgesik Narkotik Nama Dagang Centrasic, Contram, Dolana, Dolgesik, Dolocap, Dolsic, Forgesic, Intradol, Tradonal, Tradosik, Tradyl, Tramal, Trasidan, Traumasik,

Farmakologi Menghambat sintesa prostaglandin dengan cara menghambat kerja enzym cyclooxygenase (COX), COX-1 & COX-2 pada jalur arachidonat tidak melalui jalur opiat Kontraindikasi Hipersensitif terhadap golongan AINS. Adanya riwayat gatalgatal, angioedem, bronchospasm, rhinitis berat, atau syok oleh Aspirin atau golongan AINS lain. Pasien hamil trimester ke-3. Pasien menyusui (atau hentikan menyusui) Efek Samping Gangguan lambung (1-10% Pasien) : krg nafsu mkn, skt abdomen, sembelit, diare, dispepsi, kembung, rasa terbakar,

Trazodon HCl, Trazone dll. Indikasi Nyeri sedang sampai berat Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Nyeri kronis sedang sampai berat yg tdk memerlukan efek analgesik yg cepat : awal 25 mg/hari kemudian dinaikkan 25 mg per 3 hari hingga 25 mg 4x sehari. Maksimum 400mg. Sesudah itu dapat dinaikkan sesuai toleransi dan kebutuhan: 50mg setiap 3 hari hingga 50mg 4 x sehari. Untuk efek yg cepat : 50 – 100 mg setiap 4 – 6 jam, jika perlu ( maksimum 400 mg/hari). Pasien dengan gangguan ginjal dan hati dosis disesuaikan dengan mengurangi frekuensi pemberian.

Farmakologi

Indikasi

Aktivitas analgetik yg bekerja di pusat

Nyeri ringan sampai sedang dan demam

Kontraindikasi

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

Pasien dengan hipersensitivitas,depresi napas akut,peningkatan

Dewasa & anak >12 thn; oral 650 mg atau 1 g tiap 4-6 jam bila

tekanan kranial atau cedera kepala.

perlu, maksimum 4 g per hari. Oral :

Efek Samping

Anak untuk tiap 4-6 jam (maksimum 5 dosis per 24 jam) :

Sistem saraf : pusing, vertigo (paling sering terjadi, > 26%

pasien), stimulasi SSP: anxietas, agitasi, tremor, gangguan, bln (5-8 kg) 80 mg,

koordinasi, gangguan tidur, eforia dll (>7% pasien), bln (8-11 kg)120 mg,

Pencernaan : konstipasi, mual (>24% pasien), muntah (>9%

2-3 thn (11-16 kg)160

pasien), nyeri perut, anore

Farmakologi Memiliki aktifitas sebagai analgetik dan antipiretik

Parasetamol Golongan/Kelas Terapi Analgesik Non Narkotik Nama Dagang Erphamol, Farmadol,Fasidol, Hufagesic, Mirasik, Nalgesik, Nasamol, Novagesic, Omegrip, Ottopan, Pacetik, Panadol, Paracetol, Paradyn, Procet, Progesic, Propyretic, Pyrexin, Pyrexin, Pyridol, Samconal, Sanmol, Sumagesic, Tempra, Termagon, Tropigesic, Turpan, Uni Cetamol, Alphamol, Xepamol, Xepamol, Zetamol dll

Kontraindikasi Hipersensitivitas Efek Samping Efek samping dalam dosis terapi jarang; kecuali ruam kulit, kelainan darah, pankreatitis akut pernah dilaporkan setelah penggunaan jangka panjang Peringatan Hati-hati pada pasien yang sudah berkurang fungsi hati & ginjal, dan ketergantungan pada alkohol. Toksisitas parasetamol dapat disebabkan dari penggunaan dosis tunggal yang toksik, dari penggunaan berulang dosis yang besar, atau penggunan obat yang kronis

Prednison

Indikasi

Golongan/Kelas Terapi Hormon

Penyakit Rheumatoid Sebagai terapi tambahan untuk

Nama Dagang

penggunaan jangka pendek pada terapi penyakit-penyakit

Erlanison, Kokosone, Pehacort, Predsil, Sohoson, Trifacort,

penyakit-penyakit kolagen. Pada keadaan penyakit makin

Dellacorta

memburuk atau sebagai terapi perawatan pada kasus-

Indikasi

kasustertentu.

Gangguan endokrin, penyakit Rheumatoid, sebagai terapi

Mengendalikan kondisi alergi yang parah yang tidak memberikan

tambahan untuk penggunaan jangka pendek pada terapi

hasil yang memadai pada terapi konvensional:

penyakit-penyakit, tenosynovitis nonspesifik akut, gouty arthritis

Pemakaian intrasinovial atau pemakaian pada jaringan halus,

akut, osteoarthritis pasca-traumatik

diindikasikan sebagai terapi tambahan pada penggunaan jangka pendek (untuk membantu pasien melewati episode akut atau episode dimana penyakit makin parah) dalam pengobatan: Synogitis pada osteoarthritis, Rheumatoid arthritis, Bursitis akut

Kontraindikasi Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap prednison atau komponen-komponen obat lainnya. Efek Samping

dan subakut, Gouty arthritis akut, Epicondylitis, tenosynovitis nonspesifik akut, Osteoarthritis pasca trauma Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Oral: 2-40 mg/hari. Injeksi im, iv lambat, infus iv: mg/hari

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan Muskuloskeletal, gangguan pencernaan. Deksametason Metil Prednisolon

Golongan/Kelas Terapi Antialergi

Golongan/Kelas Terapi Hormon, obat Endokrin Lain dan

Indikasi

Kontraseptik Nama Dagang

Antialergi dan obat untuk anafilaksis

Depo Medrol, Intidrol, Lameson, Lexcomet, Medixon, Medrol Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Untuk pengobatan alergi :

Pemberian oral :Dewasa : Awal, 0,75-9 mg/hr PO, terbagi dalam

berisiko osteoporosis. Hati-hati pada pasien dengan gangguan

2-4 dosis. Penyesuaian dapat dilakukan tergantung respon

pencernaan (divertikulitis, ulkus peptik, kolitis ulseratif) karena

pasien.

potensial terjadi perforasi. Hati-hati digunakan pada infark

Anak-anak : 0,024-0,34 mg/kg/hari PO atau 0,66-10 mg/m2/hari

miokard akut (kortikosteroid dikaitkan dengan ruptur miokard).

PO, terbagi dalam 2-4 dosis.

Gunakan hati-hati pada penurunan fungsi ginjal dan hati. Karena

Pemberian parenteral :

risiko efek samping pada usila, gunakan kortikosteroid dengan

Dewasa : Awal, 0,5-9 mg/hr IV atau IM, terbagi dalam 2-4 dosis.

dosis sekecil mungkin dan periode sesingkat mungkin.

Penyesuaian dapat dilakukan tergantung respon pasien. Anak-anak : 0,06-0,3 mg/kg/hr atau 1,2-10 mg/m2/hr IM atau IV dalam dosis terbagi tiap 6-12 jam. Untuk pengobatan anafilaksis akut atau reaksi anafilaksis : Dosis oral dan IM : Dewasa : 4-8 mg IM dosis tunggal pada hari pertama. Kemudian diberikan dosis oral, 1.5 mg PO 2X sehari pada hari ke 2 dan ke 3; kemudian 0,75 mg PO 2X sehari pada hari ke 4; kemudian 0,75 mg PO sekali sehari pada hari ke 5 dan 6, kemudian hentikan. Untuk pengobatan syok anafilaksis : IV. Dewasa : dosis bervariasi 1-6 mg/kg IV atau 40 mg IV tiap 4-6 jam. Alternatif lain, 20 mg IV dilanjutkan dengan infus IV 3 mg/kg dalam waktu 24 jam. Peringatan Gunakan hati-hati pada pasien hipotiroid, sirosis, hipertensi, gagal jantung atau gangguan tromboemboli, pasien diabetes, glaukoma, katarak, TBC atau pasien

Betametason Golongan/Kelas Terapi Obat Topikal untuk Kulit Nama Dagang Benczema, Betnovate, Betodermin, Betopic, Celestoderm V, Cleniderm, Corsaderm, Diproson OV, Mesonta, Metonate, Molason, Orsaderm, Oviskin, Skizon, Vason, Alphacort Indikasi Terapi topikal pruritus eritema dan pembengkakan dikaitkan dengan dermatosis, dan sebagian lesi psoriasis. Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Pemberian Topikal : Anak – anak : 13 tahun : gunakan seminimal mungkin untuk periode yang singkat untuk menghindari supresi aksis HPA.

Krim : gunakan sekali atau dua kali sehari,pemakaian jangan

Compraz, Lansoprazole Hexpharm, Lapraz, Laproton, Lasgan,

melebihi 2 minggu atau 45 mg/minggu.

Laz, Loprezol, Nufaprazol,Prazotec, Prolanz, Prosogan FD, Protica,

Lotion : gunakan sekali atau dua kali sehari, pemakaian jangan

Pysolan, Solans, Sopralan, Ulceran, Betalans

melebihi 50 mL/minggu. Dewasa : Krim : gunakan sekali atau dua kali sehari,pemakaian

Indikasi

jangan melebihi 2 minggu atau 45 mg/minggu.Lotion : gunakan

Benign gastric ulcer, tukak duodenal, tukak lambung akibat

sekali atau dua

NSAID, Zollinger-Ellison Syndrome, refluks gastroesofageal, dispepsia. Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

kali sehari, pemakaian jangan melebihi 50 mL/minggu.

Dosis Dewasa (3) : Benign gastric ulcer : 30 mg sehari pada pagi hari selama 8 minggu. Tukak duodenal : 30 mg sehari pada pagi

Kontraindikasi

hari selama 4 minggu; dosis penjagaan 15 mg per hari. Tukak

Infeksi virus, spt varisela dan vasinia, sirkulasi tak sempurna

lambung atau duodenal akibat NSAID : 30 mg sekali sehari

dengan nyata. Tidak dianjurkan untuk pruritus dan jerawat.

selama 4 minggu, dilanjutkan 4 minggu lagi jika belum sembuh

Efek Samping Absorpsi melalui kulit dapat mensupresi adrenal dan sindrom

total, profilaksis : mg sekali sehari.

cushing tergantung luas permukaan kulit dan lama pengobatan.

Kontraindikasi

Pada kulit dapat terjadi peningkatan lebar dan buruknya infeksi

Hipersensitif terhadap Lansoprazol.

yang tidak diobati, penipisan kulit dan perubahan struktur kulit, dermatitis kontak, dermatitis perioral. Timbul jerawat atau

Efek Samping

memperparah jerawat, depigmentasi sedang dan hipertrikosis.

Efek samping yang umum / paling sering muncul yaitu nyeri abdomen, diare, mual, sakit kepala, kemerahan pada kulit. Efek

Lansoprazol

samping yang lain meliputi gatal, pusing, konstipasi, mual,

Golongan/Kelas Terapi Obat Untuk Saluran Cerna

muntah, kembung, nyeri pada perut / abdomen, mulut kering.

Nama Dagang

Efek samping yang serius yaitu retak pada tulang panggul (hip

Efek Samping

fracture)

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit : Retensi cairan, retensi natrium. Gangguan jantung kongestif : Kehilangan kalium, Alkalosis hipokalemia, Hipertensi. Gangguan Muskuloskeletal : da

Hidrokortison Golongan/Kelas Terapi Hormon, obat Endokrin Lain dan Kontraseptik Nama Dagang Solu Cortef, ilacort

ujung tulang paha dan tungkai,fraktur patologis dari tulang panjang. Lemah otot : miopati steroid, hilangnya masa otot, osteoporosis, putus tendon, terutama tendon Achilles, fraktur vertebral. Gangguan pencernaan : Iritasi dan rasa tidak enak di lambung, kembung, borok lambung

Indikasi

Salbutamol

Insufisiensi adrenokortikoid, Reaksi hipersensitifitas, seperti syok

Golongan/Kelas Terapi Obat Untuk Saluran Napas

anafilaktik dan angioudema, Radang usus, Hemoroid, Reumatik,

Nama Dagang

Penyakit mata, Penyakit kulit.

Azmacon Buventol Easyhaler, Combivent, Cybutol, Fartolin,

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Oral, untuk terapi pengganti (replacement therapy) Fartolin Expectorant, Glisend, Hivent, Lasal, Lasal Expectorant, Librentin, Proventol Expectorant, Ventide, Ventolin

mg/hari dalam dosis terbagi untuk orang dewasa, anak-anak 10-

Indikasi

30 mg/hari dalam dosis terbagi, Injeksi im atau iv lambat atau

Pengobatan dan pencegahan asma serta pencegahan timbulnya

infus: mg, 3-4 kali sehari.

asma akibat olah tubuh. (2)

Anak sampai usia 1 tahun, 25 mg. Anak 1-5 tahun, 50 mg.

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

Anak 6-12 tahun, 100 mg,

Oral (Lebih dipilih dengan inhalasi) :

Hidrokortison topikal (salep atau krim) digunakan sebagai anti

Dewasa : dosis 4mg (orang lanjut usia dan penderita yang peka

radang dan antipruritis.

awali dengan dosis awal 2 mg) 3-4 kali sehari; dosis maksimal 8mg dalam dosis tunggal ( tetapi jarang memberikan keuntungan ekstra atau dapat ditoleransi dengan baik).

Anak-anak dibawah 2 tahun : 100 mcg/kg 4 kali sehari

Indikasi

(unlicensed); 2-6 tahun 1-2 mg 3-4 kali sehari; 6-12 tahun 2 mg

Asam traneksamat adalah obat antifibrinolitik yang menghambat

3-4 kali sehari.

pemutusan benang fibrin. Asam traneksamat digunakan untuk

Injeksi s.c / i.m 500mcg ulangi tiap 4 jam bila perlu.

profilaksis dan pengobatan pendarahan yang disebabkan

Injeksi IV bolus pelan 250 mcg diulangi bila perlu.

fibrinolisis yang berlebihan dan angiodema hereditas.

IV infus, dosis awal 5mcg/menit, disesuaikan dengan respon dan nadi, biasanya dalam interval 3-20 mcg/menit, atau lebih bila

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

perlu. Anak-anak 1-12 bulan 0,1-1 mcg/kg/menit (unlicensed).

Dosis oral : 1-1.5 gram (atau mg/kg) 2 sampai 4 kali sehari. Dosis injeksi intravena perlahan : 0.5 -1 g (atau 10 mg/kg) 3 kali

Kontraindikasi

sehari.

Reaksi hipersensitivitas terhadap salbutamol/albuterol,

Dosis infus kontinyu : mg/kg setiap hari.

adrenergic amines. (2) Dosis anak : 25 kg/mg melalui oral atau 10 mg/kg melalui intra Efek Samping

vena setiap 2 atau 3 kali sehari.

Efek samping yang sering terjadi antara lain : Kardiovaskular : Palpitasi, Takiaritmia

Farmakologi

Endocrine metabolic : Hipokalemia

Asam traneksamat diabsorbsi dari saluran cerna dengan

Neurologic : Tremor

konsentrasi plasma puncak tercapai setelah 3 jam.

Psychiatric : Nervousness

Bioavailabilitasnya sekitar 30-50%, didistribusikan hampir ke

Sedangkan efek samping yang cukup parah meliputi :

seluruh permukaan tubuh dan mempunyai ikatan protein yang

Dermatologic : Erythema multiforme, Stevens-Johnson syndrome.

lemah. Berdifusi ke plasenta dan air susu. Waktu paruh eliminasi adalah 3 jam, diekskresikan dalam urin sebagai obat tidak

Traneksamat

berubah.

Golongan/Kelas Terapi Obat Yang mempengaruhi darah Nama Dagang

Kontraindikasi

Clonex, Ditrane, Intermic, Klanex, Lunex, Pytramic, Ronex,

Pasien tromboembolik.

Theranex, Tranexid, Transamin, Tranxa, Asamnex dll.

Efek Samping

Kontraindikasi

Mual, muntah, diare, pusing dan rash.

Hipersensitif terhadap klorfeniramin maleat atau komponen lain dalam formulasi; glukoma sudut sempit; gejala hipertrofi prostat; sewaktu terjadi serangan asma akut; ulkus peptikum; obstruksi

Klorpheniramin Golongan/Kelas Terapi Antialergi

pyloroduodenal. Hindari penggunaan pada bayi prematur atau baru lahir karena kemungkinan mengalami SIDS.

Nama Dagang

Efek Samping

Cohistan, CTM, Orphen, Pehachlor, Chlorphenon

Susunan saraf pusat : mengantuk.

Indikasi Rinitis alergi dan gejala alergi lain termasuk urtikaria

Saluran pernapasan : mengentalkan sekresi bronkial Susunan saraf pusat : Sakit kepala, eksitabilitas, rasa lelah, pusing.

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Dewasa dan remaja : Dosis oral : Dosis yang disarankan adalah 4 mg tiap 4-6 jam, hingga 24 mg/hari. Usia lajut : Mulai dengan

Loratadin

dosis serendah mungkin. Pasien usila lebih sensitif terhadap efek

Golongan/Kelas Terapi Antialergi

antikolinergik. Anak-anak 6-12 tahun: Dosis yang disarankan

Nama Dagang

adalah 2 mg setiap 4-6 jam, hingga 12 mg/hr. Anak-anak umur 2-

Allohex, Alloris, Anhissen, Anlos, Clarihis, Claritin, Cronitin,

5 tahun: Dosis yang disarankan adalah 1 mg setiap 4-6 jam

Hislorex

maksimal 4 mg/hari.

Indikasi Alergi rinitis dan urtikaria Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Dosis oral (tablet, dan sirup) : Dewasa dan remaja : 10 mg sekali sehari. Anak-anak 6-12 tahun : 10 mgsekali sehari. Anak-anak 2-5 tahun : 5 mg (5 ml sirup) sekali sehari.

Anak-anak
Diazepam

diketahui.

Golongan/Kelas Terapi Antiepilepsi, Antikonvulsi Nama Dagang

Kontraindikasi

Cetalgin, Danalgin, Hedix, Mentalium, Neurodial,

Keamanan dan efektivitas penggunaan loratadin pada anak

Neuroval,Paralium, Proneuron,Stesolid, Trankinon, Validex,

kurang dari 2 tahun belum diketahui. Umumnya antihistamin

Valisanb, Valium, Lovium

tidak digunakan pada bayi baru lahir karena kemungkinan

Indikasi

menstimulasi SSP paradoksikal atau kejang.

Pemakaian jangka pendek pada ansietas atau insomnia,

Efek Samping Dewasa : SSP : Sakit kepala (12%), somnolen (8%), rasa lelah (4%).

tambahan pada putus alkohol akut, status epileptikus, kejang demam, spasme otot. Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Oral :

Gastrointestinal : Xerostomia (3%).

Ansietas, 2 mg 3 kali sehari jika perlu dapat dinaikkan menjadi

Anak-anak : mg sehari dalam dosis terbagi;Lansia (atau yang sudah tidak mampu melakukan aktivitas) setengah dosis dewasaInsomnia yang disertai ansietas, 5-15 mg sebelum tidur.Anak-anak, night teror dan somnambulisme, 1-5 mg sebelum tidur. Injeksi i.m atau injeksi i.v lambat (kedalam vena besar dengan kecepatan tidak lebih dari 5 mg/menit)untuk ansietas akut berat, pengendalian serangan panik akut, penghentian alkohol akut, 10 mg, jika perlu ulangi setelah 4 jam. Catatan rute i.m hanya digunakan jika rute oral dan i.v tidak mungkin diberikan.

Kontraindikasi

Indikasi

Depresi pernafasan, gangguan hati berat,

Pirai primer & sekunder : Hyperuricemia karena penggunaan

miastenia gravis, insufisiensi pulmoner akut, glaukoma sudut

chemoterapi “Recurrent Renal Calculi”. Lain-lain : Menurunkan

sempit akut, serangan asma akut, trimester pertama kehamilan,

hiperuricemia sekunder akibat ke-kurangan glucose-6-

bayi prematur; tidak boleh digunakan sebagai terapi tunggal

phosphatedehydrogenase, “Lesch-Nyhan syndrome”,

pada depresi atau ansietas yang disertai dengan depresi. (IONI)

“Polycythemia vera”, “Sarcoidosis”, pemakaian thiazid & ethambutol.

Efek Samping Efek samping pada susunan saraf pusat : rasa lelah, ataksia, rasa malas, vertigo, sakit kepala, mimpi buruk dan efek amnesia. Efek lain : gangguan pada saluran pencernaan, konstipasi, nafsu

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

makan berubah, anoreksia, penurunan atau kenaikan berat

Oral : Dosis tunggal, sebaiknya setelah makan & harus minum air

badan, mulut kering, salivasi, sekresi bronkial atau rasa pahit

yg banyak paling tidak 2L dalam sehari (kecuali Pasien

pada mulut. (AHFS p. )

CHF/penyakit lain yang tidak boleh minum banyak). Jika dosis melebihi 300mg, sebaiknya dalam dosis terbagi Gout : dosis awal

Bentuk Sediaan

100mg/hr dapat ditingkatkan 100mg setiap minggu sampai kadar

Tablet, Cairan Injeksi, Sirup. (IONI h.131)

asam urat 6mg/dL atau sampai dosis mencapai 800mg/hr. Hyperuricemia karena penggunaan chemoterapi : Dewasa : mg/hr untuk 2-3 hr. Mulai 1-2 hr sebelum mulai

Allopurinol

khemoterapi.

Golongan/Kelas Terapi Antipirai

Kontraindikasi

Nama Dagang

Alergi terhadap allopurinol.

Algut, Alofar, Benoxuric, Hanoric, Hycemia, Isoric, Kemorinol, Licoric, Llanol, Nilapur, Omeric, Omeric, Puricemia, Puricemia,

Efek Samping

Reucid, Rinolic, Sinolic, Tylonic, Urica, Uricnol, Uroquad, Uroquad,

Efek terhadap kulit & efek lokal : Gatal, kemerahan, eksim,

Xanturic, Zyloric

bentol, demam, selulit, bengkak, berkeringat.. Efek terhadap

hati : Meningkatkan SGOT & SGPT, nekrosis, kerusakan hati,

menggigit. Dosis yang tepat sulit untuk ditentukan karena

hepatitis, hiperbilirubinemia, sakit kuning. Efek terhadap Saluran

tergantung dari jumlah bisa ular yang masuk peredaran darah

cerna : Mual, muntah, diare, sakit abdomen, sembelit, kembung,

korban dan keadaan korban sewaktu menerima anti serum. Dosis

gastritis, dispepsi, pendarahan lambung & pankreas, bengkak

pertama sebanyak 2 vial @ 5 ml sebagai larutan 2% dalam

kantung saliva, lidah bengkak. Efek terhadap Sistem syaraf :

garam faali dapat diberikan sebagai infus dengan kecepatan nyeri pada ujung syaraf, sakit kepala, epilepsi, agitasi, perubahan

80 tetes per menit, kemudian diulang setiap 6 jam. Apabila

mental, koma, paralisi, pusing, limbung, depresi,

diperlukan (misalnya gejala-gejala tidak berkurang atau

bingung,amnesia, sulit tidur

bertambah) anti serum dapat terus diberikan setiap 24 jam sampai maksimum ( ml). Anti serum yang tidak

Bentuk Sediaan

diencerkan dapat diberikan langsung sebagai suntikan intravena

Tablet, Kapsul, Kaplet, Tablet Salut Film 100mg, 300mg.

dengan sangat perlahan-lahan. Dosis anti serum untuk anak-

Peringatan

anak sama atau lebih besar daripada dosis untuk dewasa.

Pasien anak, wanita hamil & menyusui, penggunaan allopurinol hanya jika betul-betul diperlukan. Untuk Pasien lansia, perhatikan

Stabilitas Penyimpanan

penyesuaian dosis akibat penurunan fugsi hati, ginjal & jantung.

Disimpan pada suhu 2 – 8°C dalam lemari es, jangan dalam

Pasien dengan asimtomatik hiperurisemia dengan kadar asam

freezer. Daluarsa = 2 tahun.

urat
Kontraindikasi

Golongan/Kelas Terapi Obat Yang mempengaruhi Sistem Imun

Tidak ada kontraindikasi absolut pada terapi anti bisa ular untuk envenoming sistemik yang nyata; terapi diperlukan dan biasanya digunakan untuk menyelamatkan jiwa. Efek Samping

Indikasi:Untuk pengobatan terhadap gigitan ular berbisa Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Pemilihan anti bisa ular tergantung dari spesies ular yang

1.

Reaksi anafilaktik; jarang terjadi, tetapi bila ada timbulnya dapat segera atau dalam waktu beberapa jam sesudah suntikan.

2.

3.

Serum sickness; dapat timbul 7-10 hari setelah suntikan

1.

berupa demam, gatal-gatal, eksantema, sesak napas dan gejala

permanganat untuk menghilangkan atau menetralisir bisa ular

alergi lainnya

yang belum terabsorpsi.

Demam disertai menggigil yang biasanya timbul setelah

2.

pemberian serum secara intravena 4.

Luka dicuci dengan air bersih atau dengan larutan kalium

Insisi atau eksisi luka tidak dianjurkan, kecuali apabila gigitan ular baru terjadi beberapa menit sebelumnya. Insisi luka

Rasa nyeri pada tempat suntikan; yang biasanya timbul

yang dilakukan dalam keadaan tergesa-gesa atau dilakukan oleh

pada penyuntikan serum dalam jumlah besar. Reaksi ini biasanya

orang yang tidak berpengalaman justru seing merusak jaringan

terjadi dalam 24 jam.

dibawah kulit dan akan meninggalkan luka parut yang cukup besar.

Bentuk Sediaan

3.

Vial 5 ml, Tiap ml Sediaan Dapat Menetralisasi : LD50 Bisa Ular Tanah (Ankystrodon Rhodostoma)

Anggota badan yang digigit secepatnya diikat untuk menghambat penyebaran racun.

4.

Lakukan kemudian imobilisasi anggota badan yang digigit LD50 Bisa Ular Belang (Bungarus Fasciatus)

dengan cara memasang bidai karena gerakan otot dapat LD50 Bisa ular kobra (Naja Sputatrix), dan mengandung

mempercepat penyebaran racun.

fenol 0.25% v/v Peringatan Karena tidak ada netralisasi-silang (cross-neutralization) serum antibisa ular ini tidak berkhasiat terhadap gigitan ular yang terdapat di Indonesia bagian Timur (misalnya jenis-jenis Acanthopis antarticus, Xyuranus scuttelatus, Pseudechis

5.

Bila mungkin anggota badan yang digigit didinginkan dengan es batu.

6.

Penderita dilarang untuk bergerak dan apabila perlu dapat diberikan analgetika atau sedativa.

7.

Penderita secepatnya harus dibawa ke dokter atau rumah sakit yang terdekat untuk menerima perawatan selanjutnya.

papuanus dll) dan terhadap gigitan ular laut (Enhydrina cysta). Informasi Pasien

Serum Anti Rabies

Informasikan pada pasien mengenai kemungkinan efek samping

Golongan/Kelas Terapi Obat Yang mempengaruhi Sistem Imun

yang tertunda, terutama serum sickness (demam, rash, arthralgias).Tindakan pertama pada gigitan ular:

Nama Dagang Verorab

Serum Anti Tetanus Golongan/Kelas Terapi Obat Yang mempengaruhi Sistem Imun Indikasi Untuk pengobatan terhadap rabies

Nama Dagang

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian 0.5 ml (50 IU) per kg berat badan, sebagian kecil diinfiltrasikan di sekitar luka gigitan dan selebihnya di intramuskuler

Indikasi Pencegahan dan pengobatan tetanus.

Stabilitas Penyimpanan Disimpan pada suhu 2 – 8°C dalam lemari es. Jangan dalam

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

freezer. Daluarsa = 2 tahun.

Pencegahan tetanus : 1 dosis profilaktik (1.500 IU) atau lebih, diberikan secara intramuskuler secepat mungkin kepada

Efek Samping 1.

Reaksi anafilaktik; jarang terjadi, tetapi bila ada timbulnya dapat segera atau dalam waktu beberapa jam sesudah suntikan.

2.

Serum sickness; dapat timbul 7-10 hari setelah suntikan berupa demam, gatal-gatal, eksantema, sesak napas dan gejala alergi lainnya.

3.

Demam disertai menggigil yang biasanya timbul setelah pemberian serum secara intravena.

4.

Rasa nyeri pada tempat suntikan; yang biasanya timbul pada penyuntikan serum dalam jumlah besar. Reaksi ini biasanya terjadi dalam 24 jam

seseorang yang luka dan terkontaminasi dengan tanah, debu jalan atau bahan lainnya yang dapat menyebabkan infeksi Clostridium tetani. Dua minggu kemudian diberikan kekebalan aktif dengan vaksin jerap tetanus, supaya jika mendapat luka lagi tidak perlu diberi serum anti tetanus profilaktik, tetapi cukup diberi booster vaksin jerap tetanus. Untuk pencegahan tiap ml mengandung : antioksin tetanus 1.500 IU, Fenol 0,25% v/v. Untuk pengobatan tiap ml mengandung : antioksin tetanus 5.000 IU, fenol 0,25% (2) Untuk pengobatan : 10.000 IU atau lebih, secara intramuskuler atau intravena, tergantung keparahan keadaan penderita. Farmakologi Menetralkan toksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani dan

digunakan untuk memberikan kekebalan pasif sementara

Bentuk Sediaan

terhadap tetanus, tetapi imunoglobulin tetanus lebih disukai. (1)

Ampul 1 ml (1.500 IU), 2 ml (10.000 IU) Vial 5 ml (20.000 IU)

Stabilitas Penyimpanan

Peringatan

Disimpan pada suhu 2 – 8°C. Daluarsa 2 tahun

Suatu dosis uji antitoksin tetanus seharusnya selalu diberikan untuk mengenali pasien yang mungkin mengalami reaksi hipersensitivitas.

Efek Samping 1.

Reaksi anafilaktik: jarang terjadi, tetapi bila ada timbulnya dapat segera atau dalam waktu beberapa jam sesudah suntikan.

2.

Serum sickness: dapat timbul 5 hari setelah suntikan berupa demam,gatal-gatal, eksantema, sesak napas dan gejala alergi lainnya Sebelum memberi suntikan serum antitetanus dengan dosis penuh, sebaiknya dilakukan tes hipersensitifitas subkutan terutama bagi mereka yang mempunyai penyakit alergi (asma, dll).

Mekanisme Aksi Menetralkan toksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani dan digunakan untuk memberikan kekebalan pasif sementara terhadap tetanus, tetapi imunoglobulin tetanus lebih disukai – See more at: /index.php/main/page/medikamentosa#st hash.yNusx7dD.dpuf