Contoh Soal Obligasi Dan Rumus Cara Menghitungnya Terlengkap

Contoh soal obligasi yang bakal dibahas bisa menjadi acuan kamu buat menghitung keuntungan obligasi. Sebelum membahasnya, pahami dulu apa itu obligasi.

Obligasi adalah surat utang jangka menengah dan panjang yang dapat dipindahtangankan. Dalam pengertian ini, isi dari surat utang adalah janji dari pihak penerbit untuk membayar bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang ditentukan.

Kamu yang tertarik dengan investasi pendapatan tetap alias fixed income harus tahu cara menghitungnya lewat contoh obligasi yang dibahas dalam artikel ini.

Pasalnya, terdapat beberapa rumus dan cara hitung obligasi yang tergantung pada harga obligasi tersebut.

Nah, biar paham dengan investasi surat utang, simak yuk berbagai cara menghitung dan contoh soal obligasi terlengkap beserta contohnya berikut ini.

Berinvestasi dengan obligasi memang baik sebagai persiapan masa depan. Tapi, ada cara lain yang juga bisa kamu lakukan, yaitu menggunakan asuransi. Pengertian asuransi sendiri merupakan produk pengendalian risiko finansial berupa perjanjian antara nasabah dengan perusahaan asuransi.

Cara menghitung dan contoh soal obligasi yang dijual pada harga diskonto
Kamu yang ingin mencari keuntungan obligasi dari bunga obligasi yang dijual pada harga diskonto harus tahu cara hitungnya. Terdapat lima langkah untuk mengetahuinya.

Berikut cara menghitung dan contoh soal obligasi!

1. Menentukan diskonto dari obligasi
Metode perhitungan bunga obligasi ini digunakan jika tingkat bunga pasar (market interest rate) lebih tinggi dari tingkat bunga nominal (coupon rate).

Hal tersebut berdampak pada harga diskonto yang berarti harga obligasi lebih rendah dari nilai nominal (face value) atau nilai pari (par value).

Lalu apa keuntungan bagi investor? Harga diskonto menjadi cara investor mengompensasi selisih tingkat bunga nominal dengan bunga di pasar.

Terdapat dua rumus dari tahap pertama untuk menentukan harga bunga obligasi diskonto. Simak ulasannya berikut ini.

Contoh cara menghitung obligasi dengan harga diskonto
PT ACBD menerbitkan obligasi yang jatuh tempo dalam 5 tahun dengan bunga 10 persen dibayar setiap paruh tahun (6 bulan). Obligasi diterbitkan pada harga diskonto karena tingkat bunga pasar 12 persen.

Dari contoh ini diketahui harga jual obligasi adalah nilai sekarang dari nilai pokok obligasi (principal) ditambah nilai sekarang dari pembayaran bunga (coupon payment). Diskonto adalah selisih antara harga jual dan nilai nominal obligasi.

Perhitungan dalam menentukan diskonto obligasi adalah sebagai berikut.

1. Bunga dibayarkan paruh tahunan sehingga tingkat bunga nominal per periode adalah 6% (12% dibagi 2).
2. Jumlah periode adalah 10 (2 periode x 5 tahun).
3. Pembayaran bunga per periode adalah Rp250.000 (Rp5.000.000 x 5%).
4. Perhitungan nilai sekarang dari nilai pokok obligasi dengan cara mengalikan nilai nominal obligasi dengan nilai sekarang faktor bunga (present value interest factor atau disingkat PVIF).

Rumus 1
PVIF = 1:(1+r)t

* r = tingkat bunga pasar per periode
* t = jumlah periode

PVIF=1 : (1+0,06)1 = 0,5584

Nilai sekarang dari nilai pokok obligasi = Rp5.000.000 x 0,5584 = Rp2.792.000.

Rumus 2
Kemudian kita perlu menghitung nilai sekarang dari pembayaran bunga. Caranya dengan mengalikan jumlah pembayaran bunga nominal dengan faktor nilai sekarang dari ordinary annuity (present value of ordinary annuity atau disingkat PVOA).

PVOA + (1 – (1 : (1+r)t)) : r

PVOA = (1 – (1 : (1+0,06)10)) : 0,06 = 7,360

Kalikan jumlah pembayaran bunga dengan PVOA untuk mendapatkan nilai sekarang dari bunga.

Rp250.000 x 7,3601 = Rp1.840.020

Harga jual obligasi = nilai sekarang pokok obligasi + nilai sekarang bunga.

Rp2.792.000 + Rp1.840.020 = Rp4.632.020

Diskonto Obligasi = Rp5.000.000 − Rp4.632.020 = Rp367.980,-

2. Menghitung pembayaran bunga pada tiap periode
Pembayaran bunga pada tiap periode adalah jumlah imbalan yang diterima investor setiap periode. Rumusnya adalah jumlah pembayaran bunga dikali dengan nilai nominal obligasi.

Dari contoh di atas (pada tahap pertama menentukan diskonto obligasi), pembayaran bunga per periode adalah:

Pembayaran bunga x nilai nominal obligasi

5% (10% : 2 pembayaran per tahun = 5%) dan nilai nominal obligasi adalah Rp5.000.000.

Rp5.000.000 x 0,05 = Rp250.000

Bunga yang dibayarkan tiap periode = Rp250.000,-

3. Menghitung beban bunga efektif total pada tiap periode
Obligasi yang dijual pada harga diskonto membuat tingkat bunga efektif yang digunakan untuk obligasi adalah tingkat bunga pasar pada tanggal penerbitan obligasi. Untuk menghitung beban bunga efektif ini, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Beban bunga total = nilai sekarang obligasi x tingkat bunga efektif per periode

Berdasarkan contoh di atas, contoh penerapan dari rumus ini adalah sebagai berikut:

Nilai sekarang dari obligasi pada tanggal penerbitan adalah Rp4.632.020.

Rp4.632.020 x 0,06 = Rp277.920

4. Catat jumlah bunga yang dibayarkan dan amortisasi diskonto
Dari contoh di atas, obligasi yang diterbitkan pada harga diskonto membuat kamu membayar bunga efektif Rp227.920.

Namun, jumlah bunga yang akan dibayarkan kepada kamu dan amortisasi diskonto wajib dicatat terpisah pada laporan keuangan bulanan investor.

Pencatatan di tahap keempat ini adalah sebagai berikut:

* Beban bunga efektif total adalah Rp277.920 (di kolom debit).
* Jumlah pembayaran bunga kepada investor adalah Rp250.000 (kas di kolom kredit).
* Beban amortisasi diskonto pada periode ini adalah Rp277.920 – Rp250.000 = Rp27.920 (di kolom kredit).

5. Verifikasi nilai sekarang akhir (ending present value) obligasi
Pada tahap terakhir ini, kamu perlu menghitung ulang nilai sekarang dari obligasi tersebut. Rumusnya adalah:

Nilai sekarang awal + amortisasi

Nilai sekarang akhir obligasi dari periode ini akan digunakan sebagai nilai sekarang awal obligasi untuk periode berikutnya saat menghitung beban bunga total kembali.

Contoh perhitungannya adalah:

* Nilai sekarang awal obligasi untuk periode ini adalah Rp4.632.020,-
* Amortisasi diskonto pada periode ini adalah Rp27.920,-

content

“}” data-sheets-userformat=”{“2″:4737,”3”:{“1″:0},”10″:1,”12″:0,”15″:”Calibri”}”> Nilai sekarang akhir obligasi untuk periode ini adalah Rp4.632.000 + Rp27.920 = Rp4.659.940.

Gunakan Rp 4.659.940 sebagai nilai sekarang awal untuk menghitung beban bunga efektif pada periode berikutnya.

Cara menghitung dan contoh soal obligasi yang dijual pada harga premi
Cara menghitung obligasi yang dijual dengan harga premi juga ada lima tahap. Cara hitung ini bisa digunakan untuk berbagai jenis obligasi. Perhatikan ulasan dari lima tahapan berikut agar paham cara menghitungnya melalui contoh soal obligasi berikut.

1. Menentukan harga premi obligasi
Harga premi obligasi tercipta ketika tingkat bunga pasar lebih rendah daripada tingkat bunga nominal.

Hal tersebut membuat obligasi yang dijual menerapkan harga premi. Artinya, obligasi melebihi nilai nominal atau nilai pari.

Harga premi menjadi cara investor mengompensasi selisih antara tingkat bunga nominal dengan tingkat bunga pasar.

Biar makin jelas, simak yuk rumus beserta contohnya berikut ini.

Contoh cara menghitung obligasi dengan harga premi
PT ACBD menerbitkan obligasi 5 tahun sebesar Rp5 juta, bunga 10 persen yang dibayar paruh tahunan (setiap 6 bulan). Obligasi diterbitkan pada harga premi karena tingkat bunga pasar 8 persen.

Dari contoh ini, diketahui bahwa harga jual obligasi sama dengan nilai sekarang dari nilai pokok obligasi ditambah nilai sekarang dari pembayaran bunga. Premi adalah selisih antara harga jual dan nilai nominal obligasi.

Perhitungan obligasi dengan harga premi adalah sebagai berikut

* Bunga dibayarkan paruh tahunan sehingga tingkat bunga nominal per periode adalah 4% (8% / 2).
* Jumlah periode adalah 10 (2 periode x 5 tahun).
* Pembayaran bunga per periode adalah Rp250.000 (Rp5.000.000 x 5%).
* Perhitungan nilai sekarang dari nilai pokok obligasi adalah mengalikan nilai nominal obligasi dengan nilai sekarang faktor bunga (present value interest factor atau disingkat PVIF).

Rumus 1
PVIF = 1/(1+r)t

* r = tingkat bunga pasar per periode
* t = jumlah periode

PVIF=1/(1+.04)¹0 = 0,6756

Nilai sekarang dari nilai pokok obligasi =

Rp5.000.000 x 0,6756 = Rp3.378.000

Rumus 2
Setelah menghitung nilai sekarang dari nilai pokok obligasi, dilanjutkan dengan menghitung nilai sekarang dari pembayaran bunga.

Caranya dengan mengalikan jumlah pembayaran bunga nominal dengan faktor nilai sekarang dari ordinary annuity (present value of ordinary annuity atau disingkat PVOA).

Rumusnya adalah:

PVOA = (1 – (1 / (1 + r) t)) / r

* (1 – (1 / (1 + .04)¹⁰)) / .06 = 8,1109
* Rp250.000 x 8,1109 = Rp2.027.730

Harga jual obligasi = nilai sekarang pokok obligasi + nilai sekarang bunga

* Rp3.378.000 + Rp2.027.730 = Rp5.405.730

Premi obligasi adalah sebanyak Rp5.405.730 – Rp5.000.000 = Rp405.730

2. Menghitung pembayaran bunga pada tiap periode
Pembayaran bunga pada tiap periode adalah jumlah imbalan yang diterima investor setiap periode. Rumusnya adalah:

Pembayaran bunga tiap periode = jumlah pembayaran bunga * nilai nominal obligasi

Dari contoh di atas, pembayaran bunga per periode adalah 5% (10%/ 2 pembayaran per tahun = 5%) dan nilai nominal obligasi adalah Rp5.000.000.

* Rp5.000.000 x 0,05 = Rp250.000,-

Bunga yang dibayarkan tiap periode adalah Rp250.000

3. Menghitung beban bunga efektif total pada tiap periode
Obligasi yang dijual pada harga premi membuat tingkat bunga efektif yang digunakan untuk obligasi adalah tingkat bunga pasar pada tanggal penerbitan obligasi.

Rumus untuk menghitungnya adalah:

Beban bunga total = nilai sekarang obligasi x tingkat bunga efektif

Beban ini dihitung ulang pada tiap periode. Dengan contoh di atas, beban bunga efektif total pada tiap periode adalah:

* * Nilai sekarang dari obligasi pada tanggal penerbitan adalah Rp5.405. * Beban bunga total = nilai sekarang obligasi x tingkat bunga efektif per periode

* Rp5.405.730 x 0,04 = Rp216.230,-

4. Catat jumlah bunga yang dibayarkan dan amortisasi premi
Dengan obligasi yang diterbitkan pada harga premi, kamu bakal membayarkan bunga efektif sebanyak Rp216.230.

Namun, jumlah bunga yang dibayarkan kepada investor dan amortisasi premi harus dicatat terpisah pada laporan keuangan bulanan.

Pencatatannya adalah sebagai berikut:

* Beban bunga efektif total adalah Rp216.230 (di kolom debit).
* Jumlah pembayaran bunga kepada investor adalah Rp250.000 (di kolom kas kredit).
* Beban amortisasi premi pada periode ini adalah Rp250.000 – Rp216.230 = Rp33.770 (di kolom debit).

5. Lakukan verifikasi nilai sekarang akhir obligasi
Tahap terakhir menghitung obligasi yang dijual dengan harga premi adalah verifikasi nilai sekarang akhir obligasi.

Rumusnya adalah: Nilai sekarang awal obligasi pada periode ini – dikurangi amortisasi yang dicatat untuk periode ini

Gunakan nilai sekarang akhir obligasi dari periode ini sebagai nilai sekarang awal obligasi untuk periode berikutnya saat kembali menghitung beban bunga total.

Dari contoh di atas, perhitungannya adalah sebagai berikut:

* Nilai sekarang awal obligasi untuk periode ini adalah Rp5.405.730. Amortisasi premi pada periode ini adalah Rp33.770.
* Nilai sekarang akhir obligasi untuk periode ini adalah Rp5.405.730 – Rp33.770 = Rp5.371.960.

Gunakan Rp5.371.960 sebagai nilai sekarang awal untuk menghitung beban bunga efektif pada periode berikutnya.

Cara menghitung dan contoh soal obligasi yang dijual pada harga nominal
Menghitung obligasi dengan bunga obligasi yang dijual pada harga nominal lebih simpel. Hanya terdapat tiga langkah yang harus kamu lakukan. Berikut ulasan cara hitung dan contoh soal obligasi!

1. Kumpulkan informasi
Obligasi yang dijual pada harga nominal atau diterbitkan pada nilai pari berarti harga jual obligasi sama dengan nilai pokok obligasi. Selain itu, yield atau imbal hasil dari obligasi nilainya sama dengan tingkat bunga.

Untuk menghitung bunga tahunan obligasi, kamu perlu mengetahui tingkat bunga nominal dan harga obligasi. Simak contoh soal obligasi berikut ini.

Contoh soal obligasi cara menghitung obligasi dengan harga nominal
PT XYZ menerbitkan obligasi 5 tahunan dengan pokok Rp5 juta, bunga 10 persen yang dibayarkan paruh tahunan (6 bulan), tingkat bunga pasar 10 persen sehingga obligasi diterbitkan pada harga nominal.

* Bunga dibayarkan paruh tahunan sehingga tingkat bunga nominal adalah 5% (10%/2) dan tingkat bunga pasar adalah 5% (10%/2).
* Jumlah periode adalah 10 (2 periode per tahun x 5 tahun).

2. Menghitung pembayaran bunga pada tiap periode
Untuk menghitung pembayaran bunga pada tiap periode caranya mudah.

Rumusnya:

Imbalan bunga tiap periode = nilai nominal x tingkat bunga nominal per periode

* Dari contoh soal obligasi di atas, nilai nominal obligasi adalah Rp5.000.000 dan tingkat bunga nominal adalah 5%.
* Rp5.000.000 x 0,05 = Rp250.000.

Bunga yang dibayarkan tiap periode adalah Rp250.000.

3. Pencatatan beban bunga total
Sebab obligasi dijual pada harga nominal, jurnal yang dicatat cukup sederhana. Kamu gak perlu mencatat amortisasi premi ataupun diskonto.

Pada tiap periode, kamu hanya perlu mencatat beban bunga, yaitu Rp250.000 (di kolom debit) dan kas sebesar Rp250.000 (di kolom kredit).

Cara hitung obligasi dan bunganya
Selain tiga metode perhitungan yang telah disebutkan tadi, terdapat lima perhitungan lain terkait obligasi. Cara hitung berikut ini juga bisa kamu terapkan buat menghitung obligasi syariah atau sukuk.

Apa saja? Yuk, simak ulasannya berikut.

1. Nominal Yield
Nominal yield adalah penghasilan bunga kupon tahunan yang akan dibayarkan pada setiap pemegang obligasi.

Rumus menghitung nominal yield: Tingkat Kupon = Penghasilan Bunga : Nilai Nominal.

2. Current Yield
Current yield adalah penghasilan bunga kupon tahunan dibagi dengan harga pasar obligasi.

Rumus menghitung current yield adalah: Current Yield = Penghasilan Bunga Tahunan (coupon) : Harga Pasar Obligasi.

3. Yield to Maturity (YTM)
Yield to maturity (YTM) adalah tingkat return majemuk yang akan dikembalikan dan diterima investor jika pembeli obligasi menahan obligasi sampai jatuh tempo.

YTM ini merupakan ukuran yield yang umum digunakan karena yield ini mencerminkan return dengan tingkat bunga majemuk (compounded rate of return) yang diharapkan investor.

Rumus menghitung YTM adalah:

YTM = (INT + ((M-PV) / n)) : (M + PV) / 2

Keterangan:

* INT = Nilai Kupon
* M = Maturity value/par value
* PV = Harga obligasi sekarang
* N = Lama waktu obligasi sampai jatuh tempo

4. Yield to Call (YTC)
Yield to call adalah yield yang diperoleh pada obligasi yang bisa dibeli kembali. Biasanya obligasi ini membolehkan emiten untuk melunasi atau membeli obligasi sebelum jatuh tempo.

Rumus menghitung YTC adalah:

YTC = (AI + (CP – MP) / NYC)) / ((CP + MP) / 2)

Keterangan:

* MP = Harga Obligasi sekarang
* Number of years to call (NYC) = jumlah tahun sampai dengan yield to call terdekat
* Annual interest (AI) = pendapatan kupon per tahun
* Call Price (CP) = call price obligasi

5. Realized Yield
Realized yield adalah tingkat return yang diharapkan investor dari sebuah obligasi. Selain itu, realized yield ini bisa digunakan untuk mengestimasi tingkat return yang bisa diperoleh investor menggunakan strategi perdagangan.

Jenis risiko obligasi
Setelah tahu rumus-rumus cara menghitung obligasi, kamu juga perlu mengetahui risiko obligasi.

Jadi, walaupun kamu bisa menghitung potensi keuntungan dengan rumus-rumus tadi, kamu bisa tetap cermat dalam memilih obligasi karena ada sembilan risiko.

Apa saja? Yuk, simak ulasan risiko obligasi berikut ini.

1. Interest-rate risk
Harga dari obligasi akan berubah berlawanan dengan perubahan tingkat bunga. Jika tingkat suku bunga naik, harga obligasi akan turun.

Pun sebaliknya. Jika suku bunga turun, harga obligasi akan naik.

Risiko jenis ini juga populer dengan istilah market risk. Risiko ini pada umumnya dialami investor di pasar obligasi.

2. Reinvestment risk
Risiko reinvestasi adalah risiko yang diakibatkan harus menginvestasikan kembali hasil return obligasi pada rate yang lebih rendah dari dana yang sebelumnya diperoleh.

Salah satu penyebab utama risiko ini adalah ketika suku bunga turun dari waktu ke waktu dan emiten melakukan opsi call terhadap obligasi yang telah diterbitkan sebelumnya.

3. Call risk
Call risk merupakan risiko yang dihadapi pemegang callable bond (obligasi callable) ketika emiten (penerbit) obligasi menebus obligasi sebelum jatuh tempo.

Ini berarti pemegang obligasi akan menerima pembayaran pada nilai obligasi. Dalam banyak kasus, akan menginvestasikan kembali ke instrumen investasi yang kurang menguntungkan (contohnya dengan tingkat bunga yang lebih rendah).

Biasanya penerbit obligasi akan menebus obligasi untuk menghindari membayar bunga yang terlalu tinggi kepada pemegang obligasi.

4. Default risk
Credit risk atau default risk adalah kerugian yang mungkin terjadi akibat ketidakmampuan obligor membayar bunga dan/atau pokok pinjaman.

Indikator utama dari risiko ini adalah peringkat (rating) dari obligasi yang diterbitkan lembaga pemeringkat.

Semakin tinggi peringkat suatu obligasi, semakin kecil kemungkinannya obligasi tersebut pada masa mendatang gagal memenuhi kewajibannya.

Untuk Indonesia, peringkat obligasi dikeluarkan Pefindo dan Kasnic. Peringkat obligasi yang dianggap sebagai investment grade adalah peringkat dari AAA hingga BBB.

5. Inflation risk
Risiko inflasi juga disebut risiko daya beli, yaitu peluang arus kas dari investasi tidak akan bernilai sebanyak di masa depan karena perubahan daya beli akibat inflasi.

Risiko ini memiliki potensi yang merugikan daya beli masyarakat terhadap investasi dikarenakan adanya kenaikan rata-rata dari harga konsumsi.

Risiko inflasi adalah risiko yang diambil investor saat memegang uang tunai atau berinvestasi dalam aset yang tidak terkait dengan inflasi. Risikonya adalah bahwa nilai tunai akan berkurang oleh inflasi.

6. Exchange-rate risk
Risiko valuta asing (valas) adalah risiko yang disebabkan perubahan kurs valuta asing di pasaran yang tidak sesuai lagi dengan yang diharapkan, terutama pada saat dikonversikan dengan dengan mata uang domestik.

Risiko jenis ini berkaitan dengan sebuah fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain.

Pada umumnya, risiko jenis ini juga disebut sebagai currency risk atau exchange rate risk. Sekadar contoh, menguatnya dolar terhadap rupiah bisa merugikan investor obligasi.

7. Liquidity risk
Risiko likuiditas adalah risiko yang muncul akibat kesulitan menyediakan uang tunai dalam jangka waktu tertentu.

Contohnya, ketika penerbit tidak bisa membayar kewajiban saat jatuh tempo dan surat utang yang kamu pegang gak bisa dikonversikan menjadi nilai tunai.

Kondisi seperti ini disebut tidak likuid alias risiko likuiditas. Risiko jenis ini memiliki kaitan dengan percepatan dari sekuritas yang diterbitkan pihak perusahaan yang bisa diperdagangkan di ranah pasar sekunder.

8. Volatility risk
Harga suatu jenis obligasi tertentu bergantung pada tingkat suku bunga dan faktor-faktor lainnya yang memengaruhi nilai obligasi tersebut.

Perubahan pada faktor-faktor tersebut berpengaruh pada harga obligasi. Risiko ini yang disebut volatility risk.

9. Political risk, country risk
Risiko ini disebut dengan risiko politik. Hal ini didasarkan pada kondisi perpolitikan negara. Risiko ini juga masih ada kaitan dengan perubahan ketentuan perundang-undangan yang membuat pendapatan menurun.

Itu sebabnya kondisi politik sangat berpengaruh pada pasar modal di setiap negara, termasuk Indonesia.

Contohnya ketika Indonesia memasuki musim Pemilu, pasar modal cenderung fluktuatif, apalagi jika situasi politik memanas.

Apakah obligasi investasi yang tepat?
Obligasi adalah salah satu instrumen investasi yang menguntungkan. Namun, tetapi ada risiko yang harus kamu ketahui.

Bagi kamu yang pengin berinvestasi, sebaiknya mengetahui profil risiko investasi agar mendapatkan instrumen investasi yang tepat.

Gunakan Kuis Profil Risiko Investasi Lifepal berikut untuk mengetahuinya:

FAQ seputar obligasi dan cara menghitungnya