Minum Merica Untuk Gugurkan Janin Di Kandungan

SURYA.co.id | SURABAYA – Punya anak di luar nikah pasti aib bagi wanita. Tak heran bila mereka berupaya semaksimal mungkin agar janin dalam perutnya bisa gugur. Mereka tak berpikir bahwa tindakannya itu justru membawa efek buruk pada masa depan anak ketika janin gagal digugurkan.

Itu pula yang dilakukan Savitri (bukan nama sebenarnya). Perempuan asal Lampung yang sempat menjadi TKW di Singapura ini panik ketika mengetahui di perutnya tumbuh janin hasil hubungan dengan juragannya yang orang India.

Berbagai upaya dilakukan agar orok di perutnya luruh. “Saya malu kalau pulang kampung bawa anak tanpa ayah,” cetus perempuan yang biasa disapa Vitri.

Malang tak dapat ditolak. Aksi nekadnya itu tak membuahkan hasil. Si janin terus tumbuh membesar. Maka bungsu dari tiga bersaudara ini seperti mendapat berkah ketika mengetahui ada panti yang siap menampung orang-orang seperti dirinya.

Begitu diterima sebagai penghuni Rumah Kehidupan, Vitri menutup rapat aksi nekad yang pernah dilakukan. “Saya sempat ditanya Bu Priscil apa pernah berusaha menggugurkan kandungan, karena saya takut ada apa-apa kalau menjawab jujur, maka saya bilang saja ‘nggak pernah’,” ujarnya.

Setelah anak laki-lakinya lahir, dia pun kembali ke Singapura menjadi TKW. “Saya sedih ketika mendengar kabar anak saya ternyata cacat,” tutur Vitri.

Secara fisik, anak Vitri ini terlihat normal. Karena itu, Priscilla pun tak menduga ada kelainan pada anak tersebut. Namun, Priscil mulai curiga ketika dalam perkembangan sosial anak Vitri ini terlihat lamban.

Setelah diperiksa dokter spesialis, baru ketahuan ada kelainan dalam diri anak lelaki itu. “Setelah saya desak, Vitri akhirnya ngaku bahwa dia sempat mengugurkan kandungannya dengan minum merica,” ungkap Priscil.

Tak cuma satu orang yang mengalami masalah seperti anak Vitri. Di Rumah Kehidupan ini ada sejumlah anak lain yang kondisinya serupa. Cacat akibat tindakan emosional ibunya saat anak itu dalam kandungan.

Karena kelainan ini, maka anak-anak tersebut terpaksa menjalani homeschooling. “Itu pun tidak mudah. Pernah ada guru (homeschooling) yang minta berhenti lantaran anak yang diasuhnya sama sekali tak mengalami kemajuan,” beber ibu empat anak ini.

Dikembalikan ke orangtua
Tak selamanya wanita-wanita yang datang dalam keadaan hamil itu berada di Rumah Kehidupan. Setelah menjalani proses persalinan dan beberapa bulan perawatan rutin, Priscilla pun mengupayakan agar wanita itu kembali pulang ke orangtuanya.

Alasannya, lanjut Priscilla, kalau terlalu lama tinggal di Rumah Kehidupan tentu tak baik bagi masa depan perempuan itu sendiri. “Mereka pasti merasa terasing dari lingkungan karena perbuatan masa lalunya,” cetus Priscilla.

Perlahan Priscil memberi pengertian bahwa lingkungan terbaik adalah berada kembali bersama orangtua mereka. “Saya tegaskan, bahwa mereka sudah berbuat dosa. Selain dosa melakukan tindakan di luar batas sampai hamil, dosa lainnya adalah berbohong pada orangtua. Sebagai wujud taubat, mereka harus berani jujur. Meski nanti akhirnya mendapat hukuman, saya yakin mereka tetap akan diterima kembali bersama orangtua,” ucapnya.

Hal yang sama dilakukan Priscil pada para orangtua wanita-wanita tersebut. “Saya bilang ke orangtua mereka, dihukum pun percuma, toh sudah kejadian. Sekarang yang penting adalah bagaimana memikirkan masa depan anak mereka, beserta cucu yang lahir di luar nikah ini,” kisah Priscil.

Menurut Priscil, para orangtua ini akhirnya bisa menerima kembali kehadiran anaknya yang sudah bikin aib keluarga beserta bayi yang sudah dilahirkan. “Tapi, bagi mereka yang tak punya biaya untuk merawat bayi, terpaksa meninggalkan bayinya di panti ini,” tuturnya.

Rumah Kehidupan kini akhirnya berkembang menjadi panti anak-anak hasil perbuatan di luar nikah. Di rumah ini tinggal 14 anak mulai bayi usia 2,5 bulan hingga 12 tahun. “Perkembangan ini sama sekali di luar perkiraan saya. Saya tak mengira akhirnya (rumah ini) jadi panti asuhan,” pungkasnya.