Shalat Idul Adha Jam Berapa Niat Dan Tata Caranya

tirto.id – Shalat idul Adha akan dilaksanakan umat Islam seluruh dunia setiap 10 Dzulhijjah.

Shlat ini dilakukan ketika matahari sudah mulai meninggi. Pelaksanaanya dikerjakan secara berjamaah yang dimulai dengan melakukan salat terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan khotbah Idul Adha.

Mayoritas ulama dari mazhab Hanafiyah, Malikiyah, dan Hambali, waktu pelaksanaan salat Idul Adha dimulai saat matahari mulai naik setinggi tombak.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin dalam syarh Hadits Al Arba’in An Nawawiyah mengatakan, maksud dari waktu tersebut kurang lebih 20 menit setelah matahari terbit.

Lalu, batas akhir salat Idul Adha yaitu ketika matahari bergeser ke barat (zawal).

Dikutip dari laman NU, Muhyiddin Syarf An Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab mengatakan, di kalangan ulama mazhab Syafi’i telah menyepakati batas akhir dari pelaksanaan shalat Ied.

Beliau mengatakan, “Ulama dari kalangan madzhab Syafi’i sepakat bahwa waktu akhir pelaksanaan shalat id adalah ketika tergelincirnya matahari.”

Di zaman Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, salat Idul Adha dikerjakan pada awal waktu dibanding salat Idul Fitri.

Tujuannya yaitu agar salat Idul adha segera selesai dan umat Islam bisa segera menyembelih kurban.

Sebaliknya, salat Idul Fitri agak ditunda waktu pelaksanaannya supaya kaum muslimin memiliki kesempatan untuk segera menyelesaikan urusan zakat fitrah.

Ibnu Qayyim Al Jauziyah menjelaskan kebiasaan Nabi Muhammad tersebut dalam kitab Zaadul Ma’ad fii Hadyi Khoiril ‘Ibad.

Ibnu Qayyim mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengakhirkan shalat ‘Idul Fitri dan mempercepat pelaksanaan shalat ‘Idul Adha. Ibnu Umar yang sangat dikenal mencontoh ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah keluar menuju lapangan kecuali hingga matahari meninggi.”

Tata Cara Shalat Idul Adha

Umat muslim menunaikan ibadah Shalat Idul Adha 1441 H di lingkungan Masjid Al-Azhar, Jakarta, Jumat (31/7/2020). Umat muslim di seluruh Indonesia mulai melaksanakan shalat Idul Adha secara berjamaah di tengah pandemik COVID-19. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/pras.

Cara melaksanakan salat Idul Adha sama seperti salat Idul Fitri. Dua hari bersuka cita bagi umat Islam tersebut dikerjakan di waktu pagi.

Situs Muhammadiyah menjelaskan tata caranya sebagai berikut:

1. Salat Idul Adha dikerjakan di lapangan apabila tidak ada halangan. Petunjuk ini merujuk pada hadis dari Abu Sa’id Al Hudry yang mengatakan,

“Bahwa Rasul saw keluar pada hari raya Idul Fitri dan Adha ke Al Mushala (tanah lapang). Hal pertama yang dilakukan adalah shalat. Setelah selesai, beliau berdiri menghadap para jamaah sementara mereka duduk bersaf. Lalu beliau memberi nasihat, berwasiat, dan memerintah mereka. Apabila beliau hendak berhenti, maka berhenti, dan bila memerintah sesuatu maka langsung memerintahkannya, kemudian selesai.” (HR. Bukhari)

2. Salat Idul Adha dikerjakan tanpa dilakukan pengumandangan azan dan iqamat. Rujukan mengenai tuntunan ini diketahui dari hadis shahih dari Jabir bin Abdullah yang mengatakan,

“Tidak ada adzan ketika (shalat) Idul Fitri dan juga idul adha. Lalu setelah sesaat aku tanyakan masalah itu. Dia memberitahuku bahwa Jabir bin Abdullah al-Anshari berkata bahwasanya tidak ada adzan untuk shalat Idul Fitri ketika imam datang dan tidak pula ada iqamah, tidak ada seruan apapun dan waktu itu tidak ajakan dan tidak pula iqamah.” (HR. Bukhari)

3. Tidak ada salat sunah sebelum dan sesudah salat Idul Adha. Sahabat Nabi, Ibnu Abbas, meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad tidak melakukan salat dua rakaat sewaktu hari raya Idul Fitri.

Hadis terkait hal itu menyatakan, “Dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi saw shalat dua rakaat pada hari raya Idul Fitri. Beliau tidak shalat sebelumnya dan tidak pula setelahnya. Kemudian beliau mendatangi para wanita bersama Bilal, lalu memerintah mereka bersedekah.” (HR. Bukhari)

4. Saat pelaksanaan salat Idul Adha disunahkan memasang pembatas (sutrah) di depan imam.

5. Niat sebelum salat. Niat salat Idul Adha dapat dilakukan dalam hati dan tanpa pelafalan apa pun. Namun, bila ingin niat dengan melafalkan, bisa menggunakan redaksi seperti berikut:

أُصَلِّيْ سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لِلّٰهِ تَعَـــالَى

“Ushallî ​sunnatan li ‘îdil adlhâ rak’taini”

Artinya, “Aku berniat shalat sunnah Idul Adha dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.”

5. Salat Idul Adha dikerjakan 2 rakaat. Pada rakaat pertama bertakbir 7 kali dan di rakaat kedua membaca takbir 5 kali, semuanya di luar takbiratul ihram. Tidak ada bacaan zikir tertentu di antara takbir-takbir tersebut.

Kendati demikian, ada anjuran amalan dalam riwayat dari Ibnu Mas’ud yang mengatakan. “Di antara tiap takbir, hendaklah menyanjung dan memuji Allah.” (HR. Al-Baihaqi).

Namun, perlu digarisbawahi, bacaan untuk memuji Allah di sela takbir ini tidak dibatasi pada jenis bacaan tertentu.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa di antara kaum muslim terdahulu (salaf) di zaman Nabi Muhammad membaca zikir berikut ketika berada di sela-sela takbir salat Ied:

سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ . اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي

“Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar. Allahummaghfirlii warhamnii”

Artinya, “Maha suci Allah, segala pujian bagi-Nya, tidak ada sesembahan yang benar untuk disembah selain Allah. Ya Allah, ampunilah aku dan rahmatilah aku.”

6. Imam salat Idul Adha dianjurkan membaca surah Al A’la di rakaat pertama dan surah Al Ghasyiyah pada rakaat kedua. Atau, rakaat pertama membaca surah Qaf dan rakaat kedua membaca surah Al-Qamar.

7. Sesudah salat Idul Adha ditunaikan, dilanjutkan dengan khotbah Ied. Pesan yang disampaikan berupa nasihat, wasiat, dan perintah untuk berbuat kebaikan.

(tirto.id – Sosial Budaya)

Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Dhita Koesno