Sholat Dhuha Doa Dan Tata Cara Pelaksanaannya

Para pembaca Bimbinganislam.com yang baik hati berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang sholat dhuha, doa, dan tata cara pelaksanaannya.
Silahkan membaca.

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

Doa Sholat Dhuha
Secara khusus tidak ada doa spesial ketika sholat Dhuha dilaksanakan, sholat ini sama halnya dengan sholat sunnah yang lain, adapun hukum melaksanakannya, mayoritas ulama berpendapat sunnah muakkadah (sangat dianjurkan) dan harus berniat di dalam hati untuk pelaksanaannya.

Doa Sesudah Sholat Dhuha
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : صَلَّى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ الضُّحَى ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَىَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ حَتَّى قَالَهَا مِائَةَ مَرَّةٍ

“Dari Aisyah radhiallahu anha beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sholat Dhuha kemudian mengucapkan: Allaahummaghfirlii wa tub alayya innaka antat tawwaabur rohiim sebanyak 100 kali”
(HR. al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrod, no. 219 dan dishahihkan ahli hadits al-Albani).

Dari hadits ini menjelaskan kepada kita, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan istighfar: Allaahummaghfirlii wa tub alayya innaka antat tawwaabur rohiim (Ya Allah ampunilah aku dan terimalah taubatku sesungguhnya engkau Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang) sebanyak 100 kali.

Waktu Terbaik Sholat Dhuha
Sholat Dhuha boleh dilaksanakan dimulai dari waktu matahari meninggi hingga mendekati waktu zawal (sebelum matahari berada persis di atas kepala, dan sebelum masuk waktu sholat zhuhur).

Adapun waktu terbaik pelaksanaan sholat dhuha adalah mengerjakannya menjelang di akhir waktu, yaitu ketika matahari semakin tinggi dan keadaan yang semakin panas.
Dalilnya adalah,

أَنَّ زَيْدَ بْنَ أَرْقَمَ رَأَى قَوْمًا يُصَلُّونَ مِنَ الضُّحَى فَقَالَ أَمَا لَقَدْ عَلِمُوا أَنَّ الصَّلاَةَ فِى غَيْرِ هَذِهِ السَّاعَةِ أَفْضَلُ. إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ صَلاَةُ الأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ

Zaid bin Arqom melihat sekelompok orang melaksanakan shalat Dhuha, lantas ia mengatakan, “Mereka mungkin tidak mengetahui bahwa selain waktu yang mereka kerjakan saat ini, ada yang lebih utama.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “(Waktu terbaik) shalat awwabin (nama lain untuk shalat Dhuha yaitu shalat untuk orang yang taat atau kembali kepada Allah Ta’ala) adalah ketika anak unta merasakan terik matahari.”
(HR. Muslim, no. 748).

Jumlah Raka’at Dan Tata Cara Sholat Dhuha
Minimal jumlah raka’at shalat dhuha adalah dua raka’at, dan maksimalnya tak terbatas, asalkan jumlah yang genap. inilah pendapat yang paling kuat.
Dalilnya adalah;

مُعَاذَةُ أَنَّهَا سَأَلَتْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – كَمْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى صَلاَةَ الضُّحَى قَالَتْ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ وَيَزِيدُ مَا شَاءَ

Mu’adzah pernah menanyakan pada ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha- berapa jumlah raka’at shalat Dhuha yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?
‘Aisyah menjawab, “Empat raka’at dan beliau tambahkan sesuka beliau.”
(HR. Muslim, no. 719).

Adapun tata cara pelaksanaan sholat dhuha adalah dua raka’at sekali salam dan seterusnya, inilah yang utama, dan boleh langsung empat raka’at sekaligus sekali salam.

Bolehkah Sholat Dhuha Berjama’ah?
Mayoritas ulama berpendapat sholat sunnah boleh dilaksanakan secara berjama’ah (termasuk sholat sunnah Dhuha), hanya saja yang lebih utama dilaksanakan sendirian,
sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam,

فَصَلُّوا أَيُّهَا النَّاسُ فِى بُيُوتِكُمْ ، فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ صَلاَةُ الْمَرْءِ فِى بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوبَةَ

“Hendaklah kalian manusia melaksanakan shalat (sunnah) di rumah kalian karena sebaik-baik shalat adalah shalat seseorang di rumahnya kecuali shalat wajib.”
(HR. Bukhari, no. 731).

Dikecualikan dari kaidah ini untuk sholat tarawih, karena lebih utama dilaksanakan secara berjama’ah. Maka sholat Dhuha lebih utama dilakukan secara munfarid (sendirian) dan boleh dilakukan secara berjama’ah namun tidak rutin atau tidak terus menerus, akan tetapi kadang-kadang.

Manfaat Sholat Dhuha
Banyak sekali manfaat dan keutamaan, ketika seorang muslim mengerjakan sholat dhuha, di antaranya;

– Sholat dua raka’at dhuha seperti pahala shodaqoh harian seluruh persendian dalam tubuh
Dari sahabat mulia Abu Dzar radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى

“Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak dua raka’at.”
(HR. Muslim, no. 720).

– Empat raka’at sholat Dhuha bisa mendatangkan perlindungan Allah Ta’ala kepadanya hingga sore hari.
عَنْ نُعَيْمِ بْنِ هَمَّارٍ الْغَطَفَانِىِّ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تَعْجِزْ عَنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ.

Dari sahabat Nu’aim bin Hammar Al Ghothofaniy radhiallahu ‘anhu, beliau mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.”

– Sholatnya orang yang senantiasa kembali kepada Allah Ta’ala (Awwabiin).
Sebagaimana hadits Zaid bin Arqom riwayat Muslim, no. 748 di atas.

– Jika seorang ikut sholat berjamaah Subuh di masjid kemudian terus berdzikir hingga masuk waktu Dhuha dan selanjutnya sholat dua raka’at di waktu Dhuha, maka pahalanya seperti haji atau umrah secara sempurna.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ

Dari sahabat Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang sholat Subuh berjamaah kemudian duduk berdzikir kepada Allah hingga terbit matahari kemudian sholat dua rokaat (di awal Dhuha) maka ia mendapat seperti pahala haji dan umroh.
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: sempurna, sempurna, sempurna.”
(HR. Tirmidzi, no. 586. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

– Ikut melaksanakan wasiat Nabi, bagi yang mengerjakan dua raka’at sholat Dhuha sebagaimana wasiat Nabi kepada beberapa Sahabat, yaitu Abu Hurairah, Abu Dzar, dan Abu Darda’ radhiallahu ‘anhum ajma’in.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ صِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْ الضُّحَى وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ

Dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu beliau berkata: Kekasihku (Rasulullah) Shallallahu ‘alaihi wasallam berwasiat kepadaku 3 hal: Puasa tiga hari tiap bulan, dua rokaat di waktu Dhuha, dan berwitir sebelum aku tidur.
(HR. Bukhari, no. 1178 dan Muslim, no. 721)

عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ أَوْصَانِي حَبِيبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثَةٍ لَا أَدَعُهُنَّ إِنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى أَبَدًا أَوْصَانِي بِصَلَاةِ الضُّحَى وَبِالْوَتْرِ قَبْلَ النَّوْمِ وَبِصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ

Dari sahabat Abu Dzar radhiallahu ‘anhu beliau berkata: Orang yang aku cintai (Rasulullah) Shallallahu ‘alaihi wasallam berwasiat kepadaku 3 hal yang aku insyaAllah tidak akan meninggalkannya selama-lamanya. Ia mewasiatkan kepadaku dengan sholat Dhuha dan witir sebelum tidur dan puasa 3 hari pada setiap bulan.
(HR. an-Nasaai, no. 2404, dan dishahihkan ahli hadits al-Albani)

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ أَوْصَانِي حَبِيبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ لَنْ أَدَعَهُنَّ مَا عِشْتُ بِصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلَاةِ الضُّحَى وَبِأَنْ لَا أَنَامَ حَتَّى أُوتِرَ

Dari sahabat Abu Darda’ radhiallahu ‘anhu beliau berkata: Orang yang aku cintai (Rasulullah) Shallallahu ‘alaihi wasallam berwasiat kepadaku 3 hal yang aku tidak akan meninggalkannya sepanjang hidupku: Puasa 3 hari tiap bulan, sholat Dhuha, dan agar aku tidak tidur hingga aku melakukan witir.
(HR. Muslim, no. 1230).

Wallahu a’lam.

Ditulis oleh:
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله
Rabu, 22 Dzulhijjah 1441 H / 12 Agustus 2020 M

Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله
Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafi’i Jember (ilmuhadits), Dewan konsultasi BimbinganIslam

Untuk melihat artikel lengkapdari Ustadz Fadly Gugul حفظه الله تعالىklik disini