Sholat Hajat Tata Cara Niat Doa Dan Berbagai Hikmahnya

Dalam perjalanan hidup, kita kerap menemukan berbagai masalah, hambatan, dan rintangan yang membuat hidup menjadi terasa lebih sulit. Saat itulah kita disunahkan untuk melaksanakan sholat hajat.

Artikel hasana.id kali ini akan mempelajari tentang sholat hajat, beserta dengan doa, hikmah, dan dalil-dalil yang mendasarinya.

Memahami Kehadiran Allah sebagai Maha Pemberi Solusi
Allah telah mensifati manusia sebagai makhluk yang lemah dan senantiasa membutuhkan pertolongan serta bantuan. Sementara, Allah hadir sebagai Zat Maha Penolong dan Mahakuasa atas segala sesuatu.

Allah juga Maha Mengetahui sehingga sejatinya, Dia telah mengetahui berbagai masalah dan keadaan yang menghimpit kita. Dengan sifat Maha Tahu Allah, kita memohon bantuan dan pertolongan atas berbagai masalah yang dihadapi.

Allah Swt berfirman:

وَإِذَاسَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Artinya:

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu dalam kebenaran.” (Q.S. Al Baqarah: 186)

وَقالَ رَبُّكُمُ ادعوني أَستَجِب لَكُم ۚ إِنَّ الَّذينَ يَستَكبِرونَ عَن عِبادَتي سَيَدخُلونَ جَهَنَّمَ داخِرينَ

Artinya:

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka dalam keadaan hina dina.” (Q.S. Ghafir : 60)

Dalam dua ayat Al Qur’an di atas, disebutkan jika Allah telah menghadirkan solusi untuk berbagai masalah dan kebutuhan yang kita miliki, yaitu dengan berdoa.

Allah hadir sebagai yang Maha Pengabul Doa dan ditegaskan pula dengan jaminan bahwa doa tersebut pasti akan dikabulkan.

Bukan cuma itu, Allah pun telah menghadirkan Rasulullah saw sebagai penyampai syariat terbaik bagi umat manusia.

Segala keteladanan dalam beragama ada dalam diri beliau, mulai dari tata cara beribadah, akhlak dalam keseharian hingga dalam tata cara berdoa.

Singkatnya, Allah telah menjadikan Islam sebagai agama yang sempurna, dengan kehadiranNya, firmanNya, dan penyampai risalah serta keteladanan akan kebenaran, menjadikan kehidupan kita menjadi lebih terarah.

Maka, patutlah kita bersyukur karena Allah telah memberikan kita hidayah dan taufik sebagai seorang muslim.

Cara Terbaik adalah Dicontohkan Rasulullah
Berdasarkan ulasan sebelumnya, kita telah mengetahui jika Rasulullah saw adalah sosok insan yang membawa keteladanan terbaik bagi umat Islam.

Kehadirannya adalah syariat, setiap ucapan dan tindakannya ialah tuntunan yang kita mengenalnya dengan istilah sunnah.

Allah Swt berfirman:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً

Artinya:

“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (Q.S. Al-Kahfi: 110)

Ayat ini menunjukan jika sosok Rasulullah adalah sosok yang ideal untuk diteladani dan diikuti. Hal ini disebabkan karena beliau pada dasarnya adalah sosok manusia biasa.

Sebagaimana manusia pada umumnya, Rasulullah pernah merasakan sedih, bahagia, salah, lupa, dan sifat manusiawi lainnya.

Pendekatan ini pada akhirnya menjadikan sosok Rasulullah sebagai sosok yang ideal dan patut diikuti oleh manusia mana pun dari kalangan apa pun.

Tata Cara Berdoa dari Rasulullah saw
Salah satu dari sekian banyak sunnah yang telah beliau contohkan adalah tata cara berdoa di kala memiliki kebutuhan dan ketika menghadapi permasalahan.

Dalil 1
أَنَّ رَجُلاً ضَرِيرَ الْبَصَرِ أَتَى النَّبِيَّ فَقَالَ: ادْعُ اللهَ لِي أَنْ يُعَافِيَنِي. فَقَالَ: إِنْ شِئْتَ أَخَّرْتُ لَكَ وَهُوَ خَيْرٌ وَإِنْ شِئْتَ دَعَوْتُ. فَقَالَ: ادْعُهْ. فَأَمَرَهُ أَنْ يَتَوَضَّأَ فَيُحْسِنَ وُضُوءَهُ وَيُصَلِّىَ رَكْعَتَيْنِ وَيَدْعُوَ بِهَذَا الدُّعَاءِ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِمُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ. يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي قَدْ تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ لِتُقْضَى. اللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ

Artinya:

“Seorang buta datang kepada Nabi SAW lalu mengatakan,” Berdo’alah engkau kepada Allah untukku agar menyembuhkanku.”

Beliau saw mengatakan,”Apabila engkau mau, aku akan menundanya untukmu (di akhirat) dan itu lebih baik. Namun, apabila engkau mau, aku akan mendo’akanmu.”

Orang itu pun mengatakan,”Do’akanlah.” Nabi saw lalu menyuruhnya untuk berwudhu dan memperbagus wudhunya serta shalat dua rakaat kemudian berdo’a dengan do’a ini,”Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan Muhammad Nabiyyurrahmah.

Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap kepada Rabbku denganmu dalam kebutuhanku ini agar ditunaikan. Ya Allah, terimalah syafa’atnya untukku.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)

Dalil 2
مَنْ كَانَتْ لَهُ إِلَى اللهِ حَاجَةٌ أَوْ إِلَى أَحَدٍ مِنْ بَنِي آدَمَ فَلْيَتَوَضَّأْ وَلْيُحْسِنِ الْوُضُوءَ ثُمَّ لْيُصَلِّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ لْيُثْنِ عَلَى اللهِ وَلْيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ ثُمَّ لْيَقُلْ: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْحَلِيمُ الْكَرِيمُ، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالْغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ، لاَ تَدَعْ لِي ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضًا إِلاَّ قَضَيْتَهَا، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

Artinya:

“Barang siapa yang mempunyai kebutuhan kepada Allah atau kepada seseorang dari bani Adam, maka berwudhulah dan perbaikilah wudhunya kemudian shalatlah dua rakaat.

Lalu hendaklah ia memuji Allah Ta’ala dan bershalawat kepada Nabi SAW, dan mengucapkan (do’a), Tidak ada sesembahan yang benar melainkan Allah Yang Maha Penyantun dan Maha Mulia, Maha Suci Allah Rabb Arsy Yang Agung, segala puji milik Allah Rabb sekalian alam, aku memohon kepada-Mu hal-hal yang menyebabkan datangnya rahmat-Mu dan yang menyebabkan ampunan-Mu serta keuntungan dari tiap kebaikan dan keselamatan dari segala dosa.

Janganlah Engkau tinggalkan pada diriku dosa kecuali Engkau ampuni, kegundahan melainkan Engkau berikan jalan keluarnya, tidak pula suatu kebutuhan yang Engkau ridhai melainkan Engkau penuhi, wahai Yang Maha Penyayang di antara penyayang.” (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Terdapat perbedaan pendapat tentang derajat hadis shalat hajat tersebut. Akan tetapi, secara umum para ulama menyepakati jika shalat hajat adalah shalat yang disunnahkan. Keterangan ini dimuat dalam buku Ensiklopedia Fikih atau Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah.

Mengenal Sholat Hajat
Kini kita telah mengetahui mengenai dalil disunnahkannya sholat hajat. Meski Rasulullah tidak secara gamblang menamakan hajat pada shalat tersebut, tetapi para ulama sepakat jika ibadah yang dimaksud adalah shalat hajat.

Sholat hajat adalah sholat yang dilakukan oleh seorang muslim saat memiliki hajat tertentu dan ingin dikabulkan.

Selain itu, shalat hajat dicontohkan Rasulullah saw sehingga dasar hukum sunnah dan penganjurannya pun memiliki kekuatan yang juga disepakati oleh para ulama.

Sebagaimana ibadah-ibadah lain, shalat hajat pun terikat oleh beberapa aturan. Meskipun hukumnya sunnah, tetapi pelaksanaannya harus tetap dalam koridor sebagaimana yang telah Rasulullah saw contohkan.

Di sini kita bisa mengetahui setidaknya dua hal penting yang berkaitan dengan sholat hajat, yaitu motivasi yang melatarbelakangi dilaksanakannya sholat hajat dan waktu yang tepat untuk dilaksanakannya sholat hajat.

Latar Belakang Dilaksanakannya Sholat Hajat
Hajat sendiri memiliki makna kebutuhan. Dengan demikian secara harfiah sholat hajat berarti sholat untuk meminta kepada Allah untuk memenuhi segala hal yang kita saat itu butuhkan.

Dari pengertian ini, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa shalat hajat dilaksanakan ketika kita menghadapi berbagai kebutuhan dan tengah menghadapi masalah serta membutuhkan pertolonganNya.

Dalam penjelasan sebelumnya pun kita mengetahui jika hadis yang dikutip menceritakan tentang seorang yang buta yang meminta didoakan oleh Rasulullah saw.

Maka, seketika Rasulullah saw menganjurkannya untuk berwudhu dengan wudhu yang terbaik dan melaksanakan shalat dua rakaat.

Sementara di hadis yang lain disebutkan dengan lebih jelas jika shalat hajat dilaksanakan ketika ada kebutuhan. Kutipan hadist tersebut adalah:

“Barang siapa yang mempunyai kebutuhan kepada Allah atau kepada seseorang dari bani Adam, maka berwudhulah dan perbaikilah wudhunya kemudian shalatlah dua rakaat.”

Di hadis yang lain Rasulullah saw bersabda:

“Siapa yang berwudhu dan sempurna wudhunya, kemudian shalat dua rakaat dan sempurna rakaatnya, maka Allah berikan apa yang ia pinta cepat atau lambat.” (HR. Ahmad)

Waktu yang Tepat untuk Melaksanakan Sholat Hajat
Kemudian timbul pertanyaan lain, yakni kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan sholat hajat?

Diperhatikan dari berbagai hadis yang telah dikemukakan tadi, sebenarnya secara umum tidak ada batasan waktu untuk melaksanakan shalat hajat.

Pelaksanaan shalat hajat yang tidak memiliki batasan waktu tersebut, mengikuti sebab yang melatarbelakangi dilaksanakannya shalat hajat.

Sebagaimana yang kita ketahui, terkadang beberapa kebutuhan dan permasalahan datang secara tiba-tiba tanpa mengenal waktu dan tempat.

Dari beberapa hadis yang dikemukakan di atas pun, diketahui jika Rasulullah saw langsung menyuruh berwudhu dan melaksanakan shalat ketika para sahabatnya menghadapi hajat. Hal ini menunjukan jika memang shalat hajat tidak terikat oleh batasan waktu tertentu.

Akan tetapi, harap diperhatikan juga pada waktu-waktu yang terlarang untuk melaksanakan sholat. Beberapa waktu terlarang dalam melaksanakan sholat diantaranya pada waktu setelah shalat ashar dan setelah shalat shubuh hingga menjelang syuruq.

Tata Cara Sholat Hajat
Setelah kita mengenal sholat hajat dan memahami latar belakang untuk melaksanakannya, maka kita harus mengetahui tata cara pelaksanaan sholat hajat yang sesuai dengan yang Rasulullah SAW contohkan.

Pada dasarnya tata cara sholat hajat sama saja dengan tata cara sholat pada umumnya. Sholat hajat dilaksanakan sebanyak minimal 2 rakaat dan paling banyak 12 rakaat dengan salam setiap 2 rakaat.

Adapun berdasarkan hadis yang telah kita ketahui, tidak ada surat khusus yang mesti dibaca saat menunaikan sholat hajat. Artinya, surat atau ayat apapun bisa kita baca di dalam sholat hajat.

Meski demikian, ada beberapa ulama yang memberikan pendapat, bahwa terdapat beberapa surat yang sunnah di baca ketika di dalam shalat hajat seperti surat Al-Kafiruun di rakaat pertama dan surat Al-Ikhlas di rakaat kedua.

Niat Sholat Hajat
Kaidah fikih secara umum menyebutkan bahwa setiap amalan harus di awali dengan niat. Sama halnya dengan sholat hajat, tanpa niat pelaksanaan sholat hajat ini menjadi tertolak.

Pada dasarnya, semua niat bertempat di hati. Akan tetapi ada pula ulama yang berpendapat jika niat tersebut sunnah untuk dibacakan secara zahar (jelas).

Niat di dalam hati adalah dengan cara menghadirkan keinginan dan kesiapan untuk melaksanakan sholat hajat. Sementara secara lisan, niat sholat hajat berbunyi,

Usholli Sunnatal Haajati Rak’ataini Lillahi Ta’ala

Artinya: “Aku (niat) sholat sunat hajat 2 rakaat karena Allah ta’ala.”

Doa Sholat Hajat
Dikutip dari situs fiqhmenjawab.com, setidaknya ada dua doa hajat yang telah dicontohkan oleh Rasulullah, yaitu:

Doa Shalat Hajat 1
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِمُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ. يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي قَدْ تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ لِتُقْضَى. اللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ

Artinya:

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan Muhammad Nabiyyurrahmah. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap kepada Rabbku denganmu dalam kebutuhanku ini agar ditunaikan. Ya Allah, terimalah syafa’atnya untukku.”

Doa Shalat Hajat 2
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْحَلِيمُ الْكَرِيمُ، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالْغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ، لاَ تَدَعْ لِي ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضًا إِلاَّ قَضَيْتَهَا، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

Artinya:

“Tidak ada sesembahan yang benar melainkan Allah yang Maha Penyantun dan Mahamulia, Mahasuci Allah Rabb Arsy yang agung, segala puji millik Allah Rabb sekalian alam, aku memohon kepada-Mu hal-hal yang menyebabkan datangnya rahmat-Mu, dan yang menyebabkan ampunan-Mu serta keuntungan dari tiap kebaikan dan keselamatan dari segala dosa.

Janganlah Engkau tinggalkan pada diriku dosa kecuali Engkau ampuni, kegundahan melainkan Engkau berikan jalan keluarnya, tidak pula suatu kebutuhan yang Engkau ridhai melainkan Engkau penuhi, wahai Yang Maha Penyayang di antara penyayang.”

Amalan Lain untuk Kesempurnaan Shalat Hajat
Untuk menyempurnakan amalan shalat hajat, hendak kamu menyertainya dengan amalan-amalan yang lain. Berikut ini adalah beberapa amalan yang juga bisa mempercepat dikabulkannya doa.

Wudhu yang Sempurna
Dalam hadis dengan jelas disebutkan agar sebelum melaksanakan sholat hajat, hendaklah berwudhu terlebih dahulu.

Bahkan, bisa jadi wudhu terbaik dan sholat hajat 2 rakaat adalah satu paket amalan yang tidak bisa saling melepaskan. Karena itu, hendaknya kita mengerjakan wudhu sebaik mungkin sebelum melaksanakan shalat hajat.

Selain itu, hal ini bisa menjadi bahan perenungan bagi kita, apakah wudhu yang selama ini kita kerjakan sudah baik dan benar?

Seringkali kita mengabaikan amalan-amalan yang bersifat rutinitas sehingga hilang makna sejati yang terkandung di dalamnya, contohnya wudhu.

Secara tidak langsung, Rasulullah seperti ingin menyampaikan kemungkinan tidak terpenuhinya berbagai kebutuhan kita disebabkan karena kelalaian dalam beribadah dengan contoh wudhu yang tidak sempurna. Wallahu a’lam.

Memperbanyak Baca Istigfar
Kalimat istigfar adalah kalimat permohonan ampun kita sebagai hamba kepada Allah, atas berbagai dosa dan kesalahan yang kita lakukan.

Sejatinya, manusia memang tidak luput dari berbagai kesalahan baik itu disengaja atau pun tidak. Karenanya, Rasulullah memberikan keteladanan dengan membacanya setiap hari sebanyak 70 kali.

Rasulullah saw saja yang sudah terjamin akan ampunanNya, masih membaca istigfar setiap sebanyak 70 kali.

Rasanya kita sebagai manusia biasa harus lebih banyak dalam membaca istigfar sebagai bentuk pertaubatan atas berbagai kesalahan dan berharap ampunan di hari kiamat nanti.

Disamping itu, kalimat istigfar ini adalah solusi jika kita merasa tak berkecukupan akibat rezeki yang kurang. Sebuah hadis mengatakan, Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya seorang hamba bisa tertahan rezekinya karena dosa yang dilakukannya.”

(HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Ibnu Majah)

Memperbanyak Tilawah
Al Qur’an adalah kalamNya, sebuah tuntunan dan pedoman yang secara khusus diturunkan untuk umat manusia.

Sebagai mukjizat terbesar sepanjang masa, Al Qur’an sudah tentu mampu menjadi solusi atas berbagai masalah yang dihadapi umat.

Oleh sebab itu, selalu berusaha untuk bertilawah dengan hukum tajwid yang benar. Jika belum bisa, niatkan untuk selalu belajar dan terus mendalami ilmu membaca Al-Qur’an. Insyaallah akan tetap mendapatkan pahala.

Hal itu lebih baik dibandingkan dengan orang yang sama sekali tidak mau atau memiliki niat untuk memperbaiki bacaan Al-Qur’an.

Jangan mengurungkan niat atau berujar, “Saya belum bisa, baca Al-Qur’an nanti saja kalau sudah bisa.” Tidak boleh begitu. Karena kalau tidak membiasakan diri untuk terus membaca Al-Qur’an maka lidah akan terasa kaku dan sulit untuk mempelajarinya.

Selain bertilawah, sempatkan juga untuk membaca terjemahan dan mentadabburinya. Insyaallah dengan manisnya iman, kita bisa menemukan solusi atas berbagai permasalahan yang kita hadapi.

Perlu dicatat, mentadabburi disini dengan arti untuk merenungi dan menghayatinya. Bukan untuk menggali hukum secara langsung. Karena dibutuhkan ilmu yang kuat untuk menggali hukum dari ayat Al-Qur’an.

Memperbanyak Sedekah
Sedekah adalah sebuah amalan yang bisa dikategorikan amalan paling mudah. Sedekah tidak memiliki batasan, bahkan hanya berasal dari niatan baik pun sudah termasuk dalam sedekah. Mulai dari sekadar senyum, membuang duri di jalan, hingga mengeluarkan harta di JalanNya (infak).

Ada banyak hadis yang menjelaskan tentang berbagai keutamaan sedekah, di antaranya:

“Barangsiapa ingin doanya terkabul dan dibebaskan dari kesulitannya hendaklah dia mengatasi (menyelesaikan) kesulitan orang lain.” (HR. Ahmad)

“Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sodaqoh.” (HR. Al-Baihaqi)

“Allah Tabaraka wata’ala berfirman (di dalam hadits Qudsi): “Hai anak Adam, infaklah (nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan nafkah kepadamu.” (HR. Muslim)

Dan masih banyak lagi. Insyaallah setelah melaksanakan sholat hajat lantas disertai dengan bersedekah, segala hajat kita akan lekas terkabul.

Hikmah di Balik Sholat Hajat
Setelah kita melaksanakan sholat hajat, maka yang harus diperiksa kembali adalah tingkat keimanan yang kita miliki.

Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui, maka sejatinya Allah pun tahu permasalahan apa sebenarnya tengah kita hadapi dan tahu solusi terbaik apa yang tepat untuk kita.

Dengan demikian, mungkin timbul pertanyaan lantas kenapa mesti repot-repot sholat hajat? Toh sebenarnya Allah sudah tahu juga. Nah, sholat hajat ini adalah sebagai bentuk keseriusan kita dalam membuktikan bahwa kita benar-benar butuh Allah Swt.

Sholat hajat dan doa juga sebagai bentuk pengakuan, bahwa sebenarnya kita adalah manusia yang serba memiliki keterbatasan. Tanpa pertolongan Allah, kita amatlah lemah dan hina.

Sementara itu, kita mengakui bahwa Allah Maha Berkuasa, Maha Tinggi dan Maha penolong serta Maha Mengabulkan doa.

Ini penting, sebab sebagai makhluk yang diperintahkan beribadah kepadaNya, kita tidak diperbolehkan memiliki sifat sombong sekecil apapun.

Merasa diri sanggup menyelesaikan berbagai masalah dan merasa sanggup memenuhi berbagai kebutuhan tanpa meminta pertolongan Allah pun sudah masuk dalam kategori sombong.

Banyak perumpamaan-perumpamaan yang digambarkan dalam Al-Qur’an, bagaimana orang-orang sombong di zaman terdahulu dihukum oleh Allah dengan dilemahkan. Bahkan beberapa di antaranya di azab dengan keras.

Orang-orang ini notabene adalah orang-orang perkasa di zamannya, berkuasa atau kaya raya, tetapi mereka tidak menganggap Allah sebagai penolong, melainkan mengingkari keberadaan-Nya.

Semoga setelah mendapat pemahaman tentang sholat hajat dan berbagai penjelasannya, kita bisa lebih mengenal Allah, mengenal diri sendiri, dan menjadikannya sebagai amalan tambahan yang berkualitas di sisiNya.

Menutup artikel ini, saya ingin kembali mengingatkan sebuah ayat yang berisi jaminan sekaligus ancaman bagi kita sebagai umat Islam.

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka dalam keadaan hina dina.” (Q.S. Ghafir : 60)