Simak Ciriciri Gejala Omicron Ini Cara Mengatasinya

Bisnis.com, JAKARTA – Apakah tenggorokan mulai gatal? Itu menjadi menjaci ciri-ciri gejala Omicron. Gejala sakit tenggorokan atau tenggorokan gatal menjadi keluhan utama pasien Covid-19.

Panagis Galiatsatos, MD, Asisten Profesor Kedokteran dan Dokter Perawatan Paru dan Kritis di Johns Hopkins Medicine di Baltimore mengatakn ciri-ciri gejala omicron adalah tenggorokan sakit atau gatal, yang mungkin telah diabaikan banyak orang.

Mengutip dari Everyday Health, Kamis (10/2/2020), simak 6 hal yang perlu diketahui tentang gejala umum Omicron ini, termasuk cara penanganan untuk menghilangkan rasa sakitnya, seperti yang dilansir dari Everyday Health, Kamis (10/2).

1. Tenggorokan Gatal Bisa Menjadi Tanda Awal Omicron

Beberapa penyedia layanan kesehatan memperhatikan bahwa sakit tenggorokan adalah gejala umum di awal gelombang Omicron, kata Scott Weisenberg, MD, Spesialis Penyakit Menular dan Profesor Kedokteran Klinis di NYU Langone Health di New York City.

Sebuah penelitian yang dirilis 14 Januari oleh Badan Keamanan Kesehatan Inggris menemukan bahwa hilangnya rasa dan bau lebih jarang terjadi, sedangkan sakit tenggorokan lebih sering terjadi pada Omicron.

Faktanya, sakit tenggorokan adalah gejala yang paling umum di antara mereka yang dites positif Omicron, dengan kecepatan hampir 2:1 dibandingkan dengan Delta.

Menurut laporan tersebut, sakit tenggorokan menjadi ciri-ciri gejala omicron pada 53 persen kasus Omicron, sedangkan hanya 34 persen kasus Delta yang mengalami sakit tenggorokan.

“Ini adalah gejala awal yang dominan, tetapi tidak setiap pasien dengan Omicron mengikuti pola gejala yang sama,” kata Dr. Weisenberg.

1. Omicron ‘Hidup’ Lebih Banyak di Saluran Udara Bagian Atas dan Lebih Sedikit di Paru-Paru

Tidak seperti Delta dan varian lainnya, Omicron lebih mungkin mengisi sistem pernapasan bagian atas.

“Ini adalah pergeseran dari varian sebelumnya yang direplikasi di saluran pernapasan bagian bawah, di paru-paru,” kata Dr. Galiatsatos.

Kemungkinan hal ini terjadi karena banyak mutasi Omicron. Varian ini memiliki sekitar 50 mutasi, dan sekitar 30 di antaranya telah diidentifikasi pada spike protein, bagian yang menempel pada sel manusia. Prevalensi Omicron di saluran udara bagian atas dapat menjelaskan alasan penyebab tenggorokan gatal atau sakit.

“Ada beberapa gejala pernapasan atas di Delta dan varian sebelum lainnya, tetapi tidak seperti yang kita lihat dengan Omicron,” jelas Galiatsatos.

Lokasi baru adalah penyebab Omicron begitu cepat menular, “Jika virus itu berkeliaran di sistem pernapasan bagian atas, mungkin lebih mudah bagi orang yang terinfeksi untuk menghirupnya, dan lebih mudah menyebar dari orang ke orang,” ucap Galiatsatos.

1. Orang yang Divaksin dan Tidak Divaksin Dapat Mengalami Sakit Tenggorokan Omicron

Jika Anda terkena Covid-19 sekarang, ada kemungkinan Anda akan mengalami sakit tenggorokan, terlepas dari Anda sudah divaksin atau belum. “Gejala nonspesifik, seperti sakit tenggorokan dan pilek, terjadi kurang lebih sama pada individu yang divaksinasi dan tidak divaksinasi,” ujar Galiatsatos.

Dr. Weisenberg mengatakan bahwa perbedaan utama antara yang divaksinasi dan di-booster, serta yang belum divaksinasi adalah bahwa risiko penyakit parah jauh lebih tinggi pada yang tidak divaksinasi.

Craig Spencer, MD, Asisten Profesor dan Dokter Pengobatan Darurat di Columbia University Medical Center di New York City, cukup aktif membagikan tentang pengalamannya saat merawat pasien Covid-19 di UGD melalui Twitter.

Menurut pengalamannya, orang yang belum divaksinasi cenderung memiliki gejala yang lebih parah atau berbahaya, sedangkan pasien yang divaksinasi dan di-booster memiliki gejala ringan.

“Secara ringan maksudnya kebanyakan (gejala) sakit tenggorokan. Juga beberapa kelelahan, (dan) mungkin beberapa nyeri otot. Tidak ada kesulitan bernafas. Tidak ada sesak nafas. Semua sedikit tidak nyaman, tapi baik-baik saja,” tulis Dr. Spencer di akun pribadinya mengenai gejala ringan yang dialami pasien divaksinasi dan disuntik booster, dilansir pada Kamis (10/2).

Sementara itu, Dr. Galiatsatos menemukan bahwa gejala seperti sakit tenggorokan dan pilek, cenderung bertahan lebih lama pada pasiennya yang tidak divaksinasi. Meskipun belum ada data yang mengonfirmasi hal ini.

“Saya memiliki pasien yang tidak divaksinasi memiliki gejala ini selama 10 hingga 14 hari, sedangkan untuk orang yang divaksinasi, mereka biasanya jauh lebih baik dalam seminggu,” kata Dr. Galiatsatos.

1. Sakit Tenggorokan Tidak Selalu karena Omicron

Selain Covid-19, sakit tenggorokan juga bisa disebabkan oleh pilek, flu, atau radang tenggorokan.

Sayangnya, tidak ada cara untuk mengetahui jenis infeksi yang Anda miliki tanpa pengujian. Menurut R. Scott McClelland, MD, MPH, Profesor Kedokteran, Epidemiologi, Kesehatan Global, dan Dokter Klinis Penyakit Menular di UW Medicine di Seattle, bahkan seorang spesialis penyakit menular tidak dapat menentukan itu.

Meskipun banyak dari kita telah dilatih untuk menganggap sakit tenggorokan bukan masalah besar, tetapi munculnya gejala umum Omicron membutuhkan perubahan mental.

Orang yang memiliki gejala seperti flu atau pilek harus berasumsi bahwa mereka terinfeksi Covid-19 dan segera melakukan tes untuk membuktikannya agar tidak menularkan ke orang sekitar.

1. Pereda Sakit dan Pengobatan Rumahan yang Dapat Dibeli Secara Langsung Dapat Membantu Sakit Tenggorokan Anda

Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan sakit tenggorokan akibat Covid-19, tetapi ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanannya.

“Untuk menghilangkan gejala, menggunakan pereda nyeri – acetaminophen – adalah pilihan tepat yang baik. Penting juga untuk tetap terhidrasi dengan baik,” jelas Dr. Galiatsatos.

Pengobatan ala rumahan juga dapat membantu. Berkumur dengan air garam, minum air hangat, minum teh yang dicampur dengan madu, atau minum air hangat dengan jus lemon, semuanya bisa membantu menghilangkan dan meredakan rasa sakit.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan untuk melakukan tes, baik ketika gejala berkembang atau tidak memiliki gejala, saat lima hingga tujuh hari setelah terpapar seseorang dengan Covid-19.

Seharusnya ini memberi cukup waktu bagi tubuh untuk mengembangkan viral load yang dapat dideteksi dengan tes. Sementara itu, lakukanlah tes Covid-19 melalui hidung bukan tenggorokan, agar hasilnya akurat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Editor : Novita Sari Simamora

Konten Premium Masuk / Daftar