zenduck.me: Sudah Masuk Musim Kemarau tapi Hujan Masih Turun Kok Bisa


Untung99 menawarkan beragam permainan yang menarik, termasuk slot online, poker, roulette, blackjack, dan taruhan olahraga langsung. Dengan koleksi permainan yang lengkap dan terus diperbarui, pemain memiliki banyak pilihan untuk menjaga kegembiraan mereka. Selain itu, Untung99 juga menyediakan bonus dan promosi menarik yang meningkatkan peluang kemenangan dan memberikan nilai tambah kepada pemain.

Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian zenduck.me dengan judul zenduck.me: Sudah Masuk Musim Kemarau tapi Hujan Masih Turun Kok Bisa yang telah tayang di zenduck.me terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

KOMPAS.com – Memasuki akhir Mei hingga awal Juni, umumnya Indonesia sudah memasuki musim kemarau.

Namun sudah hampir akhir bulan Juni, hujan dengan intensitas cukup tinggi mengguyur banyak wilayah di Indonesia. Kok bisa?

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), melihat perkembangan musim kemarau saat ini 56 persen wilayah Indonesia seharusnya sudah memasuki musim kemarau.

Di antaranya di wilayah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, sebagian Wilayah Jawa, Sumatera bagian Selatan, Aceh, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat dan Papua.

Baca juga: Sampai Kapan Hujan di Musim Kemarau akan Berlangsung?

Namun, terkait hujan di sebagian wilayah di awal musim kemarau ini, Prakirawan BMKG Gumilang Derandyan mengatakan, perlu diketahui bahwa di Indonesia sendiri terdapat tiga tipe pola hujan.

Ketiga tipe pola hujan tersebut yakni Monsun, Equatorial dan Lokal. Pola hujan tipe Monsun bulan Juni berada pada periode musim kemarau.

Baca juga: Hujan Salah Musim, Puisi Sapardi, dan Krisis Iklim

Sedangkan, pada tipe Ekuatorial dan Lokal, pada bulan Juni ini berada pada periode musim hujan.

“Sehingga wilayah Indonesia yang (berada) dekat ekuator dan (wilayah) timur Indonesia masih terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat,” kata Gumilang seperti dikutip Kompas.com melalui kanal YouTube resmi BMKG.

Adapun, prediksi hujan bulanan pada bulan Juni 2021 ini menunjukkan bahwa di sebagian besar wilayah Indonesia bagian Timur seperti wilayah sebagian Papua, sebagian kecil Sulawesi masih berpotensi terjadi hujan sebesar 300-500 mm per bulan.

Baca juga: Malam Ini Puncak Hujan Meteor Bootid, Begini Cara Menyaksikannya!

Dijelaskan Gumilang, setidaknya beberapa faktor penyebab hujan di musim kemarau di sebagian wilayah di Indonesia pada tahun 2021 ini, antara lain sebagai berikut:

Berdasarkan pengamatan nilai Indeks Indian Dipole menunjukkan bahwa 2 minggu terakhir yaitu pada awal bulan Juni 2021, indeks tersebut bernilai negatif sedang.

Hal ini mengindikasikan suplai uap air basah dari Samudra Hindia memengaruhi pembentukan awan konvektif, khususnya di pesisir barat Sumatera dan Jawa bagian barat untuk beberapa minggu ke depan.

Berikutnya adalah anomali suhu muka laut pada bulan Juni 2021, yang diprediksi pada kondisi netral dan mulai bernilai positif pada bulan Juli 2021.
Meski demikian, anomali suhu muka laut yang bernilai positif pada Juli 2021 masih berada di sekitar wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua.

“Sehingga probabilitas pertumbuhan awan hujan masih cenderung besar di wilayah tersebut,” kata dia.

Baca juga: Penjelasan BMKG dan Lapan soal Hujan yang Masih Turun di Musim Kemarau

  • Aktivitas gelombang ekuator

Faktor ketiga adalah adanya aktivitas gelombang ekuator yang diperkirakan masih aktif di wilayah utara dan tengah Indonesia selama akhir pekan lalu.

Hal ini menyebabkan pembentukan pola tekanan rendah, perlambatan kecepatan angin dan konvektif kuat yang mampu meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah Sulawesi Utara, Maluku Utara dan Papua Barat.

Kemudian, aktivitas gelombang ekuator akan menurun di akhir bulan Juni, sehingga menurunkan potensi pertumbuhan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.

Dominasi angin timuran yang menunjukkan bahwa saat ini di wilayah Indonesia tengah memasuki musim kemarau. Terutama di sebagian besar Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

Diprakirakan dalam sepekan terakhir, angin timur masih akan mendominasi Monsun Australia yang cukup signifikan hingga pekan ini.

“Hal ini menyebabkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia bagian selatan menjadi rendah,” ujar Gumilang.

(Penulis: Ellyvon Pranita | Editor: Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.